Bel pulang berbunyi sekitar sepuluh menit lagi, tapi guru mata pelajaran terakhir hari ini sudah keluar kelas sejak dua puluh menit yang lalu, membuat kelas Klea sekonyong-konyong bising tanpa keheningan satu menit pun. Tubuhnya yang belum cukup fit untuk datang ke sekolah membuat Klea berkali-kali menyandarkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam. Ia memaksakan diri demi mempersiapkan acara open house yang dilaksanakan dalam hitungan hari, tentu saja setelah berdebat panjang dengan Zekair yang menyarankan dirinya beristirahat di rumah untuk sehari saja.
"Gue sama Kean kedepannya gimana ya, Kle?"
"Kenapa nanya kayak gitu?" Klea langsung membuka mata dan menatap perempuan di sebelahnya itu masih dengan posisi kepala di atas meja.
"Nggak apa-apa, sih." Disya menggeleng sambil tersenyum. "Wajar kan, Kle, kalau gue mikir kayak gitu? Tentang gimana kedepannya gue sama dia."
Klea mengangguk, lalu kembali memejamkan mata.
"Kadang gue nyesal pacaran sama dia. Kadang juga mikir, kalau gue sama dia nggak pacaran kayaknya rugi banget."
Masih dengan matanya yang terpejam, Klea menyeringai mendengar itu. "Rugi gimana deh, Sya?"
"Kean orangnya penyayang soalnya, Kle. Kalau gue nggak pacaran sama dia dan sikap dia perhatian kayak gitu ke gue, mungkin malah gue yang kecapekan nahan-nahan baper. Kayak elo, kan? Baper sendirian?"
Klea membuka matanya sejenak untuk melotot. "Udah gue bilang, gue nggak baperan."
"Yang bener?" Disya mengerling jahil. Tangannya kemudian menyentuh kening Klea dan bertanya mengalihkan, "Tapi, Kle, lo beneran mau latihan? Nggak langsung pulang terus istirahat aja?" tanyanya yang langsung dibalas oleh Klea dengan gelengan.
"Gue kan sekolah karena mau latihan."
"Kecanduan ngelihat muka-muka mereka, ya?"
"Nggak secakep itu kali muka mereka buat dilihat terus-terusan."
"Mereka tuh ganteng!"
"Biasa aja."
"Oh iya, gue lupa. Yang ganteng di mata lo kan cuma─"
Klea lebih dulu mencubit lengan Disya karena dirinya sudah tahu, nama siapa yang akan Disya sebutkan. "Berisik."
"Nanti mau gue antar ke aula, nggak?"
"Nggak usah, makasih. Kasihan gue sama Kean."
"Kok Kean?"
"Lo ke aula mau curi-curi pandang ke anggota Mellifluous, kan?" tanya Klea yang langsung membuat Disya nyengir lebar. "Kasihan Kean, ceweknya genit."
"Rasa suka gue ke mereka mah beda, kayak mengidolakan artis aja. Kalau ke Kean... ya jelas beda lagilah."
"Ya udah, nanti anterin gue, ya?"
"Siap! Sekarang aja, gimana? Kelas lain juga udah pada bubar, tuh." Disya segera berdiri setelah Klea menyetujui. Kemudian, mereka langsung menuju aula yang terletak di lantai dasar. Disya memutuskan untuk langsung pergi meninggalkan aula karena Pak Dudung tampak sudah menunggu sejak tadi, sementara Klea segera menghampiri Pak Dudung yang sedang berbincang dengan Laksi dan Marlee.
"Maaf, Pak. Saya telat."
"Enggak, kok. Sini duduk. Bang Jevan sama Bang Dikta belum datang juga." Laksi yang membalas, sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh Klea untuk duduk di sana. "Lo kenapa maksain datang, Kle?"
"Loh, emang Klea kenapa?" Pak Dudung langsung menyahut.
"Semalam badannya sempat panas katanya, Pak."
![](https://img.wattpad.com/cover/183370235-288-k64686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...