06. Bersama Dipeluk Malam

224 34 7
                                    

"Lo udah lihat dia hari ini? Gila! Pakai seragam pramuka lengkap makin kelihatan ganteng banget."

"Kok gue belum lihat, ya?"

"Dia panitia bagian apa, sih?"

"Gue nggak tahu."

"Kak Keyza, tahu nggak Kak Reyfan panitia bagian apa?"

Tenda tersebut mendadak hening setelah pertanyaan barusan terlontar. Semua pasang mata kini menatap Keyza, termasuk Klea yang kebetulan sekali satu kelompok dengannya. Keyza dan Klea yang sejak tadi hanya bisa diam menyimak obrolan adik kelasnya pun kini terkesiap. "Eum... aku mah nggak tahu," katanya kemudian menoleh ke arah Klea, meminta perempuan itu untuk membantunya menjawab.

Klea mengedikkan bahunya sambil geleng-geleng dan tertawa kecil, mengisyaratkan bahwa ia pun kurang yakin. Ternyata, sejak tadi Reyfan-lah yang menjadi topik pembicaraan mereka. "Kalau nggak salah sih, ya, dia bagian kesehatan," kata Klea kemudian setelah diam sejenak, mengingat pagi tadi dirinya melihat Reyfan sibuk mondar-mandir sembari membawa kotak P3K.

"Iya, bener, kok. Dia bagian kesehatan." Deana, anggota kelompok yang sebaya dengan Keyza dan Klea pun ikut menyahut.

"Emang kenapa, sih?" tanya Keyza penasaran seraya menggulung kertas minyaknya yang sudah bersih dari makanan.

"Nggak apa-apa, Kak, hehehe."

"Ya udah, yang belum habis makanannya cepet dihabisin ya, biar kita nggak terlambat pas materi nanti. Lima menit lagi," lanjut Keyza membuat mereka mengangguk dan mempercepat makannya. Sesuai ucapannya, lima menit kemudian sirene sudah dibunyikan sebagai perintah untuk berkumpul di halaman utama yang dijadikan tempat apel pembukaan tadi. Untungnya, kelompok mereka berhasil datang semenit sebelum sirene berbunyi.

"SEMUANYA JANGAN LUPA MEMBAWA ALAT TULIS, YAA!"

Seruan itu membuat beberapa murid yang lupa membawa alat tulis jadi berputar-balik ke tendanya mau tidak mau, lalu kembali lagi menuju halaman utama dengan tergesa, bahkan sampai ada yang tersandung saking terburu-buru.

Kini, halaman diselimuti oleh riuh para murid yang menyuruh kelompoknya untuk berbaris dengan rapi. Klea hanya diam di tempatnya karena kelompoknya sudah rapi, tinggal harus berdiri tegap dengan tubuh menghadap ke depan.

Suasana berubah menjadi menegangkan saat panitia memandangi para peserta dengan tatapan mengintimidasinya. Memang benar, kebanyakan dari mereka adalah teman sebaya Klea. Namun, jika sudah seperti ini mereka akan mengabaikan masalah sebaya atau tidak sebayanya.

Setelah suasana tidak setegang tadi dan peserta dipersilakan duduk, beberapa panitia terlihat mulai meninggalkan halaman.

"Hai, Klea-ku sayang!"

Klea terkesiap. Ia mengelus dadanya untuk kemudian mendelik pasa Disya yang rupanya berbaris tepat di sebelahnya.

"Tegang banget, sih. Keyza mana?"

"Dia ketua kelompok."

"Gue nanya, Keyza mana? Bukan Keyza jadi apa?"

Klea menghela napas dengan sabar, lalu menoleh pada Disya. "Seharusnya lo tahu, yang namanya ketua ya udah pasti baris di depan."

"Iya juga, sih." Disya terkekeh, "Nanti malam jadi nggak, sih?"

"Nggak tahu." Klea menaikkan kedua bahunya.

"Lo kenapa sih, Kle? Bete banget kayakny─"

"SUDAH, YA. TIDAK ADA LAGI SUARA."

Mendengar seruan itu, Disya langsung mengatupkan kedua mulutnya sementara Klea terkekeh puas.

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang