09. Dia Yang Dinanti

222 33 4
                                    

Klea berhenti melangkah tepat di pintu kelas ketika Jeff serta merta muncul, menghadang perempuan itu diiringi dengan senyuman lebar khasnya. Sedikit terhenyak, Klea lalu menghela napasnya sambil mengelus dada. Kedua alisnya kini menyatu menatap Jeff penuh tanya.

"Lo ngapain, sih? Datang nggak diundang kayak jailangkung aja!" Bukan Klea, tapi Disya yang barusan berseru ngotot.

"Orang gue ke sini mau ketemu Klea, bukan elo," balas Jeff seraya mendelik pada sang lawan bicara. Lelaki itu lalu berjalan memasuki kelas, membuat Klea dan Disya sontak sedikit menyingkir bermaksud memberi jalan. "Bunda lo nyuruh pulang bareng gue, Kle, tapi─ gue-nya nggak bawa motor."

"Jeff emang aneh banget. Kalau gitu mending lo nggak usah bilang ke Klea deh, Jeff. Yang bener aja lo ngajak dia pulang jalan kaki."

"Ya enggak jalan kaki juga, Adisya yang cantik jelita kayak bidadari tapi bohong."

"Nggak jelas." Disya berdecak, memilih untuk beralih pandang pada Klea, "Udah ah, ke kantin yuk, Kle."

"Oh iya, kalau lo nyari Keyza, dia udah duluan ke kantin tadi," ujar Jeff sebelum Disya maupun Klea menanyakannya.

Dua perempuan itu segera ke kantin setelah menanggapi ucapan Jeff dengan anggukan paham. Seperti biasa, mereka membeli jajanan terlebih dahulu sebelum mencari tempat duduk yang nyaman. Atensi Disya yang mendapatkan sosok Keyza yang baru saja duduk lantas membuatnya buru-buru menarik Klea untuk menghampiri kawannya tersebut.

"Pas banget! Gue kira lo udah selesai makan," celetuk Disya sembari meletakkan plastik berisikan cilok serta sebuah cup berisikan es teh. Ia duduk disusul oleh Klea.

"Enggak, kok, gue juga baru keluar. Tadi pengen nungguin kalian dulu sebenernya, tapi kelihatannya masih ada guru karena belum pada bubar."

"Anak-anak mah diem di kelas karena nyatetnya belum pada selesai. Tadi juga Jeff dateng buat nyamperin Kean sama Zekair," jelas Klea, membuat Keyza hanya manggut-manggut saja mendengarnya. Setelah itu pun mereka bertiga saling diam untuk menikmati makanannya masing-masing.

Berada di tengah keramaian kantin seperti saat ini membuat kepala Klea kembali memikirkan foto yang sore kemarin ditemukan oleh bunda. Semalaman penuh, foto tersebut tak lepas dari tangan Klea untuk sekadar diperhatikan. Entahlah, padahal hanya foto yang bentukannya tidak jelas alias hanya kaki Klea dan Jeje saja. Sebetulnya ingin sekali Klea bertanya pada bunda apakah masih menyimpan foto-fotonya yang lain bersama Jeje, tetapi pada akhirnya Klea urung daripada harus membiarkan semua momen kala itu kembali melintasi benaknya.

"Oh iya, Klea."

Lamunan Klea langsung buyar mendengar panggilan dari Keyza. "Hm?" balasnya kemudian, lalu mengerjapkan mata sejenak sebelum mengalihkan pandangannya penuh ke arah Keyza.

"Itu... surat lo─"

"Udah gue bilang, nggak usah mikirin surat itu lagi, Key."

"Masa iya gue ngelupain gitu aja surat berharga punya orang yang udah gue hilangin?" Masih dengan perasaan penuh bersalah, Keyza sedikit cemberut. Sementara Disya yang menyaksikan kedua sobatnya sekarang hanya bisa terkekeh pelan. "Duh, semoga hilangnya nggak jauh-jauh dari meja belajar lo, deh."

"Yah, semoga. Tapi nggak ketemu juga nggak apa-apa. Yang ngasih surat aja pasti udah lupa sama gue, ngapain juga gue masih nyimpen suratnya?"

Disya langsung berdecak heran mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Klea barusan. "Emangnya lo nggak ada sedikit pun harapan buat bisa ketemu sama dia lagi ya, Kle?" tanyanya dengan serius sekaligus penasaran. "Ayolah, Kle. Entah kenapa, gue malah berfirasat kalau lo sama dia itu nggak bener-bener terpisah. Suatu saat nanti kalian pasti ketemu lagi."

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang