"Gue mau berangkat sendiri."
"Bercanda, lo?"
"Seriuslah."
"Nanti gue yang dimarahin Mama."
"Mama nggak akan tahu, kali. Udah di luar rumah ini."
"Capek ya, jadi Dilan harus naik motor pelan-pelan buat ngajak Milea ngobrol." Menghela napasnya berat, Zekair lalu benar-benar berhenti dan turun dari motornya. Ia buru-buru memposisikan tubuhnya untuk berdiri tepat di hadapan Klea. "Eh, dengerin gue dulu." Zekair memegang kedua bahu perempuan itu. Beruntungnya, mereka masih berada di gang rumah Zekair yang masih sepi.
"Je, ih─"
"Gue kira semalam lo bercanda. Lo beneran marah sama gue? Gue cuma bercanda, sumpah. Gue-cuma-bercanda."
Klea merotasikan bola mata untuk kemudian melepas genggaman tangan Zekair dari bahunya. "Iya, iya. Ya udah, gue bareng lo. Puas?"
"Tapi jangan marah."
"Gue tanya, siapa yang marah?"
"Semalam lo bilang."
"Kan gue cuma bilang, 'nggak tahu besok'. Gue nggak bilang 'besok gue marah'."
"Tapi dari bangun tadi lo jutek ke gue."
"Emang orang jutek tanda lagi marah?" Klea berdecak kesal. "Udah buruan, ayo. Kalau enggak, gue berangkat sendiri dan bilang ke Mama kalau lo nggak mau ngantar gue."
"Enak aja!" Zekair mencibir dan buru-buru kembali duduk di atas jok motornya.
Sementara itu, Klea hanya diam di sepanjang perjalanan. Sesekali kedua ujung bibirnya tertarik saat Zekair bersenandung pelan. Klea masih bisa mendengarnya sebab suara laki-laki itu terbawa angin hingga ke belakang. Zekair punya suara yang bagus. Kalimat tersebut selalu muncul di benak Klea setiap mendengar laki-laki itu bernyanyi.
Sampai di parkiran, Klea buru-buru turun dan meninggalkan Zekair setelah menyeletuk, "Gue duluan ya, Je. Bye!"
"You're welcome, Zeklea Hanindhiya."
Klea menoleh untuk melemparkan cengiran pada laki-laki itu kemudian. "Thank you!" serunya, lantas berlari kecil memasuki pintu utama sekolah dan segera ke dalam kelasnya. Dari tiga puluh siswa, baru enam orang yang sudah berada di dalam kelas termasuk Klea.
Ia segera duduk dan buru-buru mengeluarkan buku Bahasa Inggris untuk memastikan tugasnya sudah selesai, sekaligus memastikan tidak ada coretan macam-macam di bukunya. Dan saat itu Klea baru sadar, bahwa malam ketika mengerjakan tugas, ia juga menulis beberapa kalimat di halaman buku tersebut.
Bisa nggak ya waktu berhenti berputar? Buat ngebiarin gue nikmatin waktu sama lo lebih lama lagi. Tentang lo yang lagi-lagi bakal pergi ninggalin gue dan semua cerita kita waktu itu, sejujurnya gue belum bisa nerima. I'm sorry to write this but you hurt me. Sorry, gue cuma mau habisin waktu sama lo sebagaimana yang kita lakukan di masa lalu.
Kalimat itu adalah kalimat yang Klea tuliskan di halaman belakang buku pelajarannya. Klea juga yakin, bahwa dirinya hanya menulis paragraf tersebut tanpa meninggalkan kalimat maupun coretan yang lain pada halaman itu. Namun, Klea betul-betul heran saat bola matanya beralih pada beberapa baris berikutnya. Ada beberapa kalimat yang juga tertulis di sana. Klea betul-betul yakin tidak menulis kalimat di bawahnya.
Ingat ini, I'll never forget what we did in the past. Momen-momen itu bakalan selalu datang di pikiran gue nggak peduli seberapa jauh gue pergi dari sini, nggak peduli seberapa keras gue berusaha melupakan. Momen-momen itu akan selalu gue ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Bulan Juni
Teen Fiction[COMPLETED] Seusai itu, ada banyak sekali sesuatu dalam dirinya yang membuatku sukar untuk kembali mengenalinya. Waktu demi waktu rupanya terus berlalu, hingga kisah pertemuan bertahun-tahun yang lalu telah berubah menjadi kisah lampau, dan membuat...