25. Surat Dari Seseorang

128 25 0
                                    

"Hari ini Bunda, Ayah, sama Mama-Papanya Zekair mau pergi. Hari ini doang, kok. Kalau kamu mau main keluar sama teman-teman, jangan lupa dikunci pagar sama pintunya."

"Asal nggak dititipin ke rumah Zekair lagi, aja." Klea membalas dengan sedikit bergumam, membuat bunda yang mendengar itu berhasil terkekeh. Klea baru saja bangun tadi ketika bundanya yang sedang bersiap-siap di depan cermin, sementara ayahnya sudah memanaskan mobil di depan rumah. "Mau ke mana sih, Bun? Masih pagi juga."

"Udah jam delapan begini, pagi dari mana? Kamu kali tuh bangunnya siang banget."

"Ya, tapi kan kalau buat hari libur begini terlalu pagi buat pergi."

"Biarin, dong. Bunda ini yang pergi."

"Emang mau ke mana?"

"Jalan-jalan, dong."

"Terus Klea nggak diajak, gitu? Zekair ikut, nggak?"

"Mau double date kayak anak remaja jaman sekarang. Cuma El aja yang ikut. Yang udah gede nggak boleh." Bunda mengedipkan sebelah mata di penghujung kalimatnya. "Makanya, tadi Bunda bilang kalau mau main ke Zekair, main aja."

"Bunda tadi bilangnya kalau mau main sama teman-teman."

"Emang Zekair bukan teman kamu?"

Klea hanya menyeringai menanggapi bundanya. Dan kalimat tersebut menjadi penutup obrolan Klea dengan sang bunda pagi ini, sebab setelahnya ia membuntuti bunda yang berjalan sampai depan rumah. Gadis itu berdiri di sana hingga mobilnya lenyap di ujung gang. Lantas, niatnya untuk kembali masuk rumah ia urungkan ketika mendapatkan sosok Jeff yang berhenti di depan rumah bersama motor dan lengkap dengan helmnya.

"Maaf, Mas ojol, tapi saya nggak pesan apa-apa."

"Saya mau ke rumah yang ada di depan rumah Mbak itu kok, bukan ke rumah Mbak-nya. Ge-er banget, Mbak?"

"Emang di depan rumah saya mesan apaan?"

"Mesan bawang merah sama bawang putih, nih. Tadi mintanya sambil ngomel-ngomel karena katanya saya main game terus."

"Jauh banget emang tempat beli bawangnya sampai pakai helm gitu?"

"Sekalian jalan-jalan, Mbak." Jeff membalas demikian yang membuat tawa Klea pecah seketika. "Receh banget lo, ah."

"Udah nge-game terus, disuruh beli bawang bukannya langsung pulang malah jalan-jalan dulu. Definisi anak teladan banget lo, Jeff."

"Bodoamat! Yang penting hari ini gue bakalan pergi, mau main keluar. Lo di rumah sendiri, kan? Ck, nggak enak banget, cuy. Ditinggal orang tua pacaran, double date pula."

"Kok tahu?!"

"Jeffara mah apa, sih, yang nggak tahu?" Jeff mengukir senyumnya dengan songong. Namun, ia kembali menoleh ketika menyadari Klea tak segera membalas dan malah diam menatapnya. "Ya udahlah, lo pasti nebak gue tahu dari siapa. Makanya nih, kalau bantuin Mama-nya udah kelar, gue mau ke rumah dia."

"Dih, enak banget!"

"Lo mau ikut? Ayo aja gue mah. Tapi, masalahnya gue nggak yakin lo mau ikut. Mau, nggak?"

"ENGGAKLAH! Ngapain?!"

"Ssstt! Masih pagi, jangan teriak-teriak," sahut Jeff disusul cengiran lebar lawan bicaranya. "Ya udah, gih. Mending lo beres-beres rumah, terus mandi. Belum mandi kan, lo?"

"Kok tahu?!"

"Baunya semerbak dari pas gue sampai di ujung gang sana, tuh." Jeff sampai menoleh untuk menunjuk ujung gang rumahnya, kemudian tertawa kecil melihat ekspresi kesal Klea yang khas.

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang