39. Ujung Pertemuan

131 16 3
                                    

"Gue ngelakuin hal yang salah besar ya, Jeff?"

Alih-alih menjawab pertanyaan dari perempuan di seberang jendela kamarnya, Jeff malah ikut-ikutan diam, termenung dengan kedua netra yang terarah pada langit malam itu. Setelah berpikir sejenak, ia berucap, "Kita udah lama kenal kan, Kle? Dari awal kita ketemu, dari gue masih manggil orangtua lo Om sama Tante sampai sekarang gue berasa anak mereka sendiri ikutan manggil Ayah-Bunda, semuanya kerasa lama banget. Tapi jujur, gue baru ngerasa sebal banget sama lo hari ini."

Klea menghela napasnya dengan berat. Ia juga sangat heran dengan dirinya sendiri. Kali ini, Klea menopang dagunya di jendela sambil mendongak, tidak berani memandang Jeff yang mendadak menyeramkan di matanya.

"Lo tahu apa yang bikin gue kesal?" Jeff bertanya seperti itu dan dibalas anggukan dari Klea. Namun, ia tetap melanjutkan, "Lo terus-terusan merasa bersalah sementara Zekair udah bilang nggak apa-apa.

"Gue nggak berani ketemu dia lagi, ah. Cukup hari ini terakhir kalinya."

"Gila, lo. Terus besok lo nggak bakal ngantar dia ke bandara, gitu? Udah gue bilangin, mending gue aja yang jadi perantara kalau lo mau confess ke dia. Ujung-ujungnya juga lo ngaku sendiri." Jeff mencibir sambil merotasikan kedua bola matanya. "Lo tetap harus nemuin dialah besok, mau nggak mau. Lo mau ngebiarin dia pergi gitu aja tanpa lo datang ke bandara? Lagian nih ya, Ayah sama Bunda lo bakal curiga kalau lo-nya nggak datang."

Klea jadi merengut kesal, merutuki kebodohan dirinya sendiri. Memang, setelah Klea mengungkapkan segalanya tadi, Zekair tidak bereaksi sesuatu yang membuatnya kecewa, tapi Klea tetap dibuat kepikiran oleh hal itu.

"Udah, nggak usah terus-terusan nyalahin lo apalagi sampai nyesal. Daripada nggak ngungkapin ke Jeka, nanti lo makin nyesal. Sekarang mendingan lo tidur."

"Kayaknya gue nggak bisa tidur malam ini, Jeff. Gue mau di sini aja ngelihatin bulan."

"Jangan ngada-ngada, deh. Masuk angin aja lo baru tahu rasa," celetuk Jeff sedikit dongkol, membuat Klea terkekeh puas menyaksikannya. "Buruan tutup jendelanya, Kle. Jangan aneh-aneh."

"Iya, gue mau masuk, deh. Pengen nangis aja," balas Klea dan mulai bergerak untuk menutup jendela kamarnya. "Makasih, Jeff."

"Eh, lo beneran─pengen nangis?!" Jeff berseru sedikit panik, tapi Klea hanya mengangguk seraya tersenyum tipis ketika menutup jendela kamarnya. Jeff sempat melihat perempuan itu betulan berkaca-kaca dan menghindar kontak mata dengan Jeff, menolak untuk Jeff menyadarinya. Padahal tanpa itu pun Jeff bakal tahu Klea akan menghabiskan malam ini dengan menangis.

"Siap-siap mah udah dari kemarin, kali."

"Terus sekarang lo lagi ngapain?"

"Lagi main sama El, nih. Di kamar."

Jeff melirik jam dinding di kamarnya sejenak. Sekarang pukul 8 pagi dan Zekair akan berangkat ke bandara pukul 12 siang nanti. Dan sampai sekarang, Jeff belum melihat tanda-tanda Klea keluar dari rumahnya. Jeff tidak yakin jika perempuan itu belum bangun. Bisa Jeff pastikan, Klea sedang mematikan ponselnya dan tidak ingin menerima pesan dari siapa pun termasuk dirinya.

"Zekair, ah, sial. Gue sedih banget, nggak bohong."

Jeff terkekeh melihat bagaimana ekspresi Reyfan saat berucap demikian. "Nanti lo pada ikut datang ke bandara, kan?"

"Ya kali gue nggak datang, Jeff."

"Jek, nanti kabarinnya jangan mepet-mepet kalau mau berangkat."

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang