28. Katakan Saja

131 24 0
                                    

Para pejalan kaki meramaikan jalan raya di penghujung minggu ini tanpa adanya pengguna kendaraan bermotor maupun mobil alias car free day. Mereka bertujuh pun termasuk di antara ramainya pejalan kaki tersebut. Cukup banyak anak-anak sebaya mereka yang datang bergerombol meski dapat dipastikan kebanyakan dari mereka hadir di sini bukan untuk jogging, melainkan hanya jajan.

Sebagai laki-laki yang merasa paling tampan─meski sadar temannya yang lain tak kalah tampan, Jeff, yang berjalan bersama Kean di belakang Zekair dan Reyfan, tak berhenti menebarkan senyum kepada siapa pun manusia yang tak sengaja bersitatap degannya. Kean di sebelahnya tentu saja merasa risih dan entah sudah berapa kali tangannya memelintir kulit lengan Jeff.

Dari sekian banyaknya pedagang kaki lima yang berbaris, pada akhirnya mereka memilih salah satu gerobak bertuliskan soto ayam dengan tempat yang masih kosong. Kehadiran mereka tentu membuat bapak penjual buru-buru berdiri, mendekat pada gerobak dan mempersilakan mereka duduk. Karena satu meja panjang hanya disediakan enam kursi, Jeff memilih untuk mengambil satu kursi dari meja lain dan duduk di sisi yang berbeda. Jika diibaratkan sedang meeting, dia adalah bosnya.

"Ayam atau telor, sih?"

"Hah?" Sontak, semuanya menoleh pada Jeff yang barusan bertanya, membuat laki-laki itu langsung memecah tawa menyaksikan bagaimana keenam temannya memperhatikan dirinya.

"Yang duluan, ayam apa telor?" Jeff mengulang, untuk kemudian kembali menatap layar ponselnya. Pertanyaannya membuat Reyfan dan Kean berdecak, Zekair tak menanggapi, dan ketiga cewek lainnya jadi berpikir.

"Ayam, ya?"

"Enggaklah. Ayam kan menetas dari telor."

"Pikir deh, telor juga adanya dari ayam."

"Menurut gue telor dulu, sih." Klea menyela sambil mengarahkan pandangannya pada satu arah, tampak berpikir dengan keras sebab alisnya ikut menyatu. "Tapi ayam juga bisa...."

"Nah, kan!? Berarti ayam dulu!"

Disya menggeleng-geleng kemudian dan berdecak kesal. "Tahu ah, Jeff. Cari aja di internet."

"Lah, emangnya gue nyuruh lo pada jawab? Kayaknya enggak, deh." Jeff menjulurkan lidahnya disusul cubitan keras di lengannya dari Klea yang duduk paling dekat dengannya. "Tangan gue berdosa banget perasaan, hari ini disakitin terus."

"Bukan tangan lo, tapi lo-nya." Kean memberi jeda dalam beberapa detik ketika bapak penjual membawa nampan dengan tujuh mangkuk berisikan soto ayam di atasnya. Kemudian, ia melanjutkan, "Udah mencemarkan nama baik sekolah lo, Jeff."

"KOK─!?"

Kean menarik sebelah ujung bibirnya ke arah Jeff yang mendelik tidak terima. "Kan nggak semua orang suka sama senyum lo yang lebih terkesan... pedofil─"

BRAK!

"Jeff, ih." Reyfan memperingati ketika laki-laki yang baru saja disebut namanya itu refleks menggebrak meja cukup kencang secara tidak sadar. Kemudian, Jeff cengar-cengir.

"─nanti kalau mereka ngomongin elo nih dari sekolah mana, terus teman-teman lainnya tahu kalau lo dari Galaksi, kan nama baik sekolah jadi tercemar kalau ada titisan pedofil gitu." Kean melanjutkan, sementara Jeff masih mendelik tidak terima dengan emosi yang tertahan.

"Lagian, mana mungkin mereka tahu kita anak Galaksi?" Reyfan ikut menyambung.

"Kenal, dong. Kita kan famous."

"Apa-apaan famous?" Klea menyahut ucapan Jeff dengan nada tidak terima. "Kak Laksi atau Kak Marlee, tuh. Baru yang namanya famous."

"Oouuuuuwww! Ada nama Kak Marlee yang keluar dari mulut Klea." Disya sedikit meninggikan suaranya. Tentu saja ia berani karena ada Keyza yang duduk di antaranya dan Klea. Jadi, kecil kemungkinan tangan Klea akan menjulur ke arah Disya untuk mengapa-apakan perempuan itu. Lalu tanpa mereka semua sadari, ada satu laki-laki di antara mereka yang hampir saja tersedak kalau tidak bisa mengontrol tenggorokannya saat Disya berucap seperti tadi.

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang