13. Langit Favorit

159 30 8
                                    

Sekolah menengah pertama bukan menjadi satu-satunya alasan mengapa Kean dan Disya bisa saling mengenal. Ada alasan lainnya, yakni kompleks perumahan lantaran tempat tinggal keduanya yang hanya berbeda gang saja. Kedekatan mereka bermula di acara Agustus-an yang rutin diadakan oleh penduduk kompleks. Disya dan keluarganya belum lama pindah ke kompleks tersebut saat itu, lalu dirinya disuruh sang papa mendaftar sebagai anggota kepanitiaan acara 17 Agustus supaya berbaur dengan anak-anak kompleks.

Tanpa disuruh papa pun sebetulnya sudah pasti Disya akan mendaftar anggota kepanitiaan karena kepribadiannya yang memang mudah berbaur. Maka dari itu, berakhirlah Disya berkumpul di lapangan kompleks pada hari-H, bersama anak-anak yang sebaya dengannya atau pun yang lebih tua, memakai kaus berwarna merah bertuliskan 'Kompleks Matahari Agustusan' berwarna putih.

Dalam beberapa kali rapat yang diadakan sebelum acara, pandangan Disya dibuat salah fokus kepada sosok laki-laki yang ia ketahui merupakan anak kelas sebelah di sekolahnya. Namun, ia baru mencoba menyapa laki-laki itu pada hari-H acara 17 Agustus.

"Iya, bener, gue Keanu dari kelas 7B. Lo... sekelas sama gue?"

"Oh... enggak. Kalau gue dari 7C."

Kean mengangguk paham. "Ayo kita berangkat bareng naik sepeda besok. Lo punya sepeda, kan?"

"H-hah?"

"Sepeda. Lo punya, kan?"

Bukan itu maksudnya. Pendengaran Disya tidak seburuk itu untuk dapat mendengar pertanyaan Kean sebelumnya, hanya saja─ apa katanya tadi? Naik sepeda? Gila! Manusia tukang mager sejenis Disya mana bisa berangkat ke sekolah dengan sepeda? "A-ayo! Gue punya sepeda, kok." Namun, justru kalimat itu yang terlontar begitu saja dari mulut Disya untuk menanggapi ajakan Kean.

"Sip. Besok jam setengah tujuh kita ketemuan di gerbang kompleks, ya."

Disya memberanikan diri menyapa Kean di acara kompleks sekaligus memperkenalkan sebagai teman satu sekolahnya seperti itu sebetulnya dengan maksud tertentu, yaitu membuktikan kebenaran desas-desus yang beredar di antara teman-teman sekelasnya; Keanu anak kelas sebelah itu tidak cuma tampan, tapi juga baik banget.

Lantas, setelah hari di mana Kean memberi tawaran pergi ke sekolah bersama-sama mengendarai sepeda, Disya mempercayai kata teman-temannya. Disya tidak bisa percaya begitu saja sejak awal karena selama ini, yang Disya ketahui, cowok ganteng pasti lebih menonjol sikap angkuhnya dibanding sikap baiknya. Dan Keanu Bramantyo adalah laki-laki pertama yang berhasil mematahkan stereotipe itu di kehidupan Disya.

Kalau Disya ditanya tentang perasaannya, misalnya seperti pertanyaan Klea saat malam perkemahan; apa yang membuat Disya menyukai Kean? Gadis itu betulan tidak tahu jawabannya. Saat Kean mengajak Disya untuk membawanya ke hubungan yang lebih jelas, Disya rasa yang harus ia lakukan adalah menyetujuinya karena bersama dengan Kean, Disya merasakan nyaman yang aman.

"Ojan mau oleh-oleh apa?"

Dan suara itu membuat Disya mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menatap sekitar, baru ingat jika kini sedang berada di warung Ojan yang terletak di ujung gang rumahnya bersama Kean, membeli tujuh botol air mineral untuk bekal perjalanan nanti.

"Nggak usah deh, Kak. Kecuali kalau Kak Kean sama Kak Disya liburannya ke Jogja, baru aku nitip oleh-oleh. Emang Kak Kean mau bawain aku oleh-oleh apa dari Dufan?"

"Oleh-oleh bianglala, mungkin?" Kean tertawa renyah. "Ya udah, makasih ya, Ojan."

"Sama-sama, Kak. Hati-hati nanti di jalan."

Kean mengacungkan jempol sebelum berbalik meninggalkan warung tersebut, sementara Disya mengikuti saja sambil diam seribu bahasa, memikirkan apa yang dibicarakan Kean dan Ojan tadi selama kesadarannya melambung entah ke mana.

Kisah Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang