Di manapun itu, i'll find you.
(Sayap Pelindung-TOV)
___________Dione menegadahkan kepalanya. Banyak bintang malam ini. Syukurlah, dengan begitu bulan tak perlu takut kesepian.
Malam ini, Dione tengah duduk di taman kecil di halaman rumah ayahnya. Dione menyenderkan punggungnya pada kursi tempatnya duduk.Angin berhembus pelan, menerbangkan rambut Dione yang mulai melewati batas alisnya. Laki-laki itu menyugar rambutnya ke belakang, namun sia-sia sebab angin terus membuatnya kembali ke posisi semula.
Dione menghela napas pelan. Sepertinya Aksa terlambat pulang lagi. Dione sebenarnya sedikit khawatir karena akhir-akhir ini ayahnya itu sering lembur. Ia khawatir, mengingat usia ayahnya yang tak lagi muda. Ia memang tak pernah bisa membenci ayahnya, karena Aksa lah satu-satunya yang tersisa bagi Dione. Dione tak bisa membencinya, buktinya, Dione sekarang sedang mengkhawatirkan ayahnya itu.
Mata segelap arang itu tak lepas dari langit malam. Dione tertawa getir, rasa sedih paling kentara di hatinya.
"Papa keliatan kacau banget akhir-akhir ini, Mama liat juga kan?" Tanya itu hanya dijawab oleh hembusan angin yang terasa semakin dingin.
Dione menghela napas sekali lagi. Gemintang seolah tak pernah terlihat buruk di matanya, selalu saja punya magis yang dapat membuat senyumnya mengembang.
'Coba deh lo buka mata lo, Yon.'
Terekam jelas diingatannya, gadis itu tertawa pelan setelah mengatakan kalimat itu.
Dione terkekeh pelan. Tiba-tiba saja ia teringat Rhea.
'Jangan liat ke gue, entar lo jatuh cinta lagi.'
Dione pengingat yang baik, jadi tidak mungkin ia lupa kalimat jenaka itu. Lucu rasanya, mengingat Rhea terasa selalu menyenangkan, seperti anak kecil yang selalu mengingat hari ulang tahunnya.
Masih dengan senyum yang tak kian memudar, Dione mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Dione menatap layar ponsel seraya mengulir layar, namun gerakan itu terhenti saat matanya baru saja menangkap nama kontak gadis itu di ponselnya. Wah! Dione tidak tau kalau Rhea se-alay ini. Jelas saja Dione berasumsi begitu, orang Rhea menulis namanya di kontak Dione dengan; SumpahtigakaliRheacantikbanget. Dione menatap tak percaya saat dibacanya kalimat absurd sekaligus ajaib itu, namun hanya tiga detik karena detik ke empat, laki-laki itu langsung menekan tombol hijau pada layar.
"Hallo?" Dione tersenyum lebar saat gadis itu menyapanya dari ujung telpon.
"Sumpah tiga kali Rhea cantik banget." Kalimat yang sengaja diucapkan Dione dengan lambat itu membuat Rhea tertawa renyah di sambungan telpon, ia tau bahwa yang menelponnya sekarang adalah Dione.
"Dione ih!" Gadis itu berseru di sela tawanya. Lucu.
"Lo selain suka makan banyak, ternyata narsis juga, ya?" tanya Dione jenaka.
"Emang gue cantik, kan?"
Dione tertawa lagi, kali ini kepalanya juga ikut geleng-geleng. "Semua perempuan ditakdirkan cantik."
"Tapi tadi kata lo, Sumpah Tiga kali Rhea cantik banget, jadi artinya Rhea itu cantik banget pake sumpah tiga kali lagi."
Dione menghela napas. "Iya, asal lo seneng."
Samar-samar di telinganya, Rhea juga ikut menghela napas, mungkin lelah karena terlalu banyak tertawa. "Jadi, kenapa saturnus ke-empat nelpon gue malem-malem?" tanya Rhea setelahnya.
"Karna gue ingin ... mungkin?"
"Dih? nggak penting banget sih lo," lalu terdengar kembali suara tawa dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATURNUS
Teen FictionKarena bersembunyi di Saturnus lebih aman daripada terjebak di pulau penghakiman seperti Bumi.