BONCHAP II

30 8 2
                                    

Terhitung sudah 3 hari, daniel dan yaemi tidak saling bertegur sapa. Hari ini, yaemi berniat untuk menemui daniel dan meminta penjelasan kenapa daniel tiba-tiba perang dingin padanya, sampai-sampai ia tidak lagi menjemput yaemi di kampus. Jangankan menjemput yaemi, mengirim pesan saja tidak pernah.

Setelah mengirim pesan lewat via line pada daniel yang hanya dibaca olehnya, yaemi pun segera meleset pergi menuju cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Di cafe itulah, mereka akan membahas permasalahan dalam hubungan mereka.

"Kumohon datanglah." Gumam yaemi lirih, setelah mendudukan dirinya di bangku cafe. Hatinya benar-benar berdebar tak karuan. Hembusan napasnya pun terdengar gusar. Bagaimana tidak, tadi saat mengirim pesan yaemi sempat mengatakan jikalau daniel tidak datang menemuinya, maka hubungan mereka akan berakhir hari ini juga.

Itulah alasan kegundahan yaemi. Ia benar-benar takut, jika daniel tidak datang menemuinya, maka perjalanan kisah cinta mereka, tutup cerita sampai disini.

"Oh god, help me please." Batin yaemi berharap. Matanya mulai menelusuri area depan cafe, berharap ia akan melihat daniel.

30 menit menunggu, daniel belum juga muncul. Yaemi masih sabar, dan mencoba berpikir positif kalau daniel akan tetap menemuinya.

Dan 1 jam pun berlalu, hilanglah sudah harapan yaemi jikalau daniel akan datang. Hatinya seakan dilempari pecahan kaca, benar-benar menyakitkan.

"Apa semuanya berakhir sampai disini?" Batinnya berkata pedih. Tanpa sadar, setetes air mata mulai mengalir dipipinya yang terlihat begitu tirus, akibat jarang makan beberapa hari ini. Ah bukan jarang makan, tapi ia memang tidak makan. Dan dengan langkah gontai, yaemi mulai beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya dengan berat, keluar dari cafe.

Lihatlah, dalam keadaan seperti ini, ia masih berharap daniel datang menemuinya, memeluknya saat ia menangis seperti sekarang ini.

Langkah kaki yaemi mulai mengalun menelusuri jalanan, melangkah tanpa arah, dengan pandangan kosong nan hampa. Tidak perduli suara klakson yang saling bersautan dan memekikan telinga, akibat ulahnya. Entahlah, tiba-tiba ia seakan menulikan pendengarannya. Ia tidak perduli bahwa dirinya tengah dalam bahaya. Persetan dengan semua itu, bukankah lebih baik ia mati? dengan begitu ia tak lagi merasakan sakit yang begitu menyiksa didalam hatinya.

"Lihatlah gadis itu, apa ia sudah bosan hidup?"

"Hei menyingkirlah nona, kau bisa ditabrak nanti."

"Astaga, apa yang dilakukan gadis itu? Apa ia sedang putus cinta?"

"Dasar gadis bodoh, apa dia pikir semuanya akan berakhir jikalau dia mati?"

Suara-suara mulai bersautan, yaemi? sudah dikatakan bukan, ia tiba-tiba tuli. Ia benar-benar menulikan pendengarannya, tak perduli jikalau suara-suara itu mulai menjadi, meneriakinya agar cepat menyingkir. Tubuhnya seakan kaku tak kalah matanya memandang kearah bus besar yang tengah melaju kearahnya. Ia mematung ditempat, menantikan bus itu untuk menabraknya.

Dan saat bus sudah berada 1 meter didepannya, tiba-tiba sebuah tangan kekar menarik tubuhnya hingga terpental dipinggiran jalan dengan posisi orang itu yang memeluk erat tubuhnya, seakan berusaha untuk melindunginya. Ia benar-benar merasa de javu dengan kejadian ini.

"Non, michiseo?!" Satu kalimat bentakan itulah yang berhasil masuk kedalam pendengarannya. Suara itu, sangatlah tidak asing bagi yaemi. Suara orang yang sedari tadi diharapkannya. Ya dia kang daniel, orang yang tengah memeluknya begitu erat. Air matanya kembali menetes, kali ini bukan hanya setetes, air mata itu mulai mengalir dengan derasnya.

The Real Of Love《Kang Daniel》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang