CHAPTER 02

12.4K 781 33
                                    

Tentang Dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang Dia

Ini bukan tentang siapa dia sebenarnya, bukan juga tentang kapan dia mencintaiku. Tetapi, ini tentang siapa dia di masa depan dan tentang keseriusannya menjalin hubungan denganku.

-Dia Imam Terbaikku-

Syabilla membuka jendelanya sedikit, menikmati tetesan hujan dan udara sejuk malam hari. Menyandarkan kepalanya di dinding kamar, sambil memejamkan mata. Hampir saja Syabilla tertidur, jika suara ketukan pintu tak membangunkannya.

Tok! Tok!

"Sya, kamu sudah tidur nak?" tanya Anita dari balik pintu.

Syabilla menutup jendelanya, lalu berjalan membuka pintu untuk sang Umi. "Ada apa, Umi?"

Anita duduk di atas tempat tidur, menatap Syabilla yang masih berdiri sambil mengusap wajah bantalnya. "Apa Umi mengganggu?"

Dengan cepat Syabilla menggeleng, kemudian duduk bersama Anita di sana.
"Tumben sekali malam-malam begini Umi datang?"

Syabilla cukup heran, karena tidak biasanya Uminya itu datang ke kamarnya setelah makan malam. Jika pun datang, itu hanya karena merawat Syabilla sakit atau membicarakan hal penting padanya.

"Begini, tadi Umi ke rumah Tante Erna. Beliau setuju untuk menjodohkan kamu dan anak pertamanya. Dan Umi juga bertemu dengan putranya, dia juga menyetujuinya."

"Lalu bagaimana dengan Syarat yang Sya berikan?"

Anita tersenyum, lalu memberikan sebuah buku kecil. "Bacalah surat ini, kamu akan mendapat jawabannya."

Syabilla menerima suart itu. "Sudah malam, Umi balik dulu. Kamu juga tidur gih, bacanya besok pagi saja."

Setelah Anita pergi, Syabilla segera menutup pintu. Duduk di atas meja belajarnya, sambil memandang suart yang masih tersegel rapi.

Rasa penasarannya sudah sampai ubun-ubun, tangannya gatal sekali ingin membukanya. "Bismillah."

Teruntuk kamu, calon makmumku. Aku menulis surat ini untuk menegaskan keseriusanku dalam hubungan ini. Aku tahu kamu tak mengenalku, tapi aku mengenalmu dengan baik melalui Umi-mu.

Beliau menceritakan banyak hal tentangmu, dan juga tentang syarat yang kamu ajukan. Aku menerimanya, dan memilih mendekatimu melalui surat ini sampai kamu memperjelas hubungan kita.

Wanita baik, perjodohan ini bukan untuk memaksa atau menekanmu untuk segera menikah. Aku hanya ingin kamu memikirkan matang-matang tentang hubungan ini, dan mengambil keputusan yang menurutmu baik. Aku siap menerima apa pun itu, karena aku percaya takdir Allah jauh lebih baik dari apa pun.

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang