Telepon Darinya
Mendengar suaranya saja membuat bahagia, apalagi jika bertemu dengannya? Sudah di pastikan akan tambah cinta.
-Dia Imam Terbaikku-
⅏
Dengan keadaan basah kuyup, Syabilla masuk ke dalam mobil. Membuat perhatian Dimas tertuju padanya. "Ibu guru gak papa?"
Tersenyum simpul seraya mengangguk pelan. "Habis ini Dimas langsung ke panti ya, semuanya sudah nunggu Dimas di sana."
"Iya! Tapi Bu guru, Dimas bakalan punya teman di sana?" Mengusap lembut kepala bocah itu. "Tentu saja, kan semuanya keluarga. Kamu jangan khawatir ya."
"Baik Bu guru!" ucap Dimas semangat.
"Kalau gitu, ayo kita berangkat!" Syabilla menyalakan mesin mobilnya, melaju pergi ke tempat tujuan.
Hujan yang cukup deras, membuat Syabilla mengendarai mobil dengan pelan. Rasa dingin yang menusuk tubuh, membuatnya menggigil kedinginan.
Sesekali pandangannya beralih menatap memar tangannya yang tampak begitu jelas. Menarik napas panjang lalu di hembuskan perlahan. "Syabilla ayo! Kamu kuat!"
Sesampainya di panti, mereka sudah di sambut dengan yang lain. Melihat itu Dimas bersembunyi di belakang Syabilla karena malu. "Ayo, kenalan."
"Kakak cantik!" sapa Ana dengan balon berwarna-wani di tangannya.
Syabilla menghampiri gadis itu, mencubit pipinya gemas. "Ana apa kabar?" Gadis itu tersenyum manis padanya. "Tentu saja baik!"
"Kakak ada teman baru untuk kalian. Namanya Dimas, sekarang dia akan jadi bagian keluarga kita." Dimas yang malu-malu hanya tersenyum kecil.
Anak-anak yang memang tidak kenal rasa canggung, langsung menarik Dimas untuk gabung bermain bersama. "Hai, Aku Edo. Sekarang kita teman!"
Satu persatu dari mereka memperkenalkan diri, membuat Dimas mulai merasa nyaman. Halaman sudah di hias indah untuk menyambut kedatangan Dimas, bersama kue dan makanan ringan di sana. "Cepat ya mereka akrab," ucap Syifa melihat interaksi para bocah itu.
"Namanya juga anak kecil, tidak mengenal rasa canggung. Oh iya, kenapa kamu basah Sya? Kehujanan?" tanya Asyila menatap penampilan Syabilla.
"Iya, tadi hujannya deras makanya basah." Syabilla menarik lengan bajunya, menutupi memar tangannya yang belum sempat di lihat sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...