Hallo, saya kembali di malam ahad ini. Menemani kalian yang bosan. Semoga suka ceritanya, sampaikan kritik dan saran di kolom komentar.
___________________________________________Selamat Membaca
Azan subuh berkumandang, memanggil umat muslim untuk menjalankan ibadahnya. Fajar masuk kamar setelah selesai berwudhu. Dia melangkah mendekati Syabilla yang masih tertidur pulas.
“Sayang, ayo bangun udah subuh ini. Nanti telat loh Salatnya.” Syabilla mengubah posisi menyamping, menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Fajar menggeleng pelan, masih berusaha membangunkan sang istri. “Sayang bangun,” bisiknya lembut di samping telinga Syabilla.
Ujung bibir Syabilla menarik membentuk senyum. Matanya perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali untuk membiasakannya dengan cahaya lampu.
“Masih ngantuk Mas,” gumamnya dengan muka bantal.
“Nanti kalau sudah wudhu ngantuknya hilang. Sekarang bangun, keburu telat.” Fajar menarik selimut yang Syabilla kenakan. “Sayang, katanya mau ke dokter?”
Syabilla menyipitkan matanya. “Memang siapa yang sakit Mas? Kok mau ke dokter?” tanya Syabilla yang setengah sadar.
“Masa kamu lupa sudah garis dua. Ayo cepat bangun, tadi malam bilang udah gak sabar mau lihat anaknya?”
Mendengar penjelasan Sang suami, seketika kesadarannya terkumpul semua. Syabilla duduk sambil tersenyum lebar. Bagaimana dia bisa lupa dengan kabar gembira itu?
Kepalanya menunduk menatap perutnya yang sedikit terisi. “Sya baru ingat Mas,” ujarnya sembari mengusap lembut perutnya.
Fajar tersenyum melihat kelakuannya. “Sekarang ambil wudhu, terus kita Shalat. Mas tunggu...”
“Siap bos!” Syabilla turun dari kasur, segera pergi mengambil wudhu.
“Semangat sekali.” Fajar mengambil sajadahnya, lalu menghamparkannya ke arah kiblat. Sembari menunggu Syabilla, dia melaksanakan salat qobliyah subuh dua rakaat.
Tak lama Syabilla keluar dengan terburu-buru, wanita itu menggigil kedinginan. Dia memakan mukenanya lalu menghamparkan sajadahnya, duduk menunggu.
Tepat setelah Fajar selesai, suara Iqomah terdengar. Mereka berdiri untuk melaksanakan salat subuh berjamaah. “Allahu Akbar!”
Sampailah pada salam. Syabilla menitikkan air mata yang sudah tak mampu di bendung. Ada sesuatu yang membuat hatinya tergetar, dia mengangkat kedua tangannya.
Syabilla mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Sang Maha Kuasa atas karunia yang Allah titipkan padanya.
Setelah penantian dan lika liku kehidupan yang tak ada habisnya, akhirnya dia tiba pada momen luar biasa ini. Hal yang ingin di rasakan oleh seluruh ibu di dunia, impian hampir semua setiap perempuan.
“Terima Kasih Ya Allah, Engkau telah mempercayai hamba untuk menjaganya. Akan hamba jaga dan rawat hingga dia menjadi anak yang membawa kami ke Surgamu.”
Dengan berurai air mata, Syabilla mengusap perutnya. Tanpa Syabilla sadari, suaminya juga menitikkan air mata sambil tersenyum mendengar ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...