CHAPTER 44

3.6K 269 8
                                    

"Tetapi cinta tanpa disertai kepercayaan, maka ibarat meja kehilangan tiga dari empat kaki-kakinya, runtuh menyakitkan."
- Tere Liye -
___________________________________________

Happy Reading

“Mas ganti dulu bajunya, baru pulang!” Syabilla menarik seragam Fajar yang belum di gantinya.

“Malas, nanti di rumah aja.” Fajar yang baru tiba segera merapikan barang-barang Syabilla yang ada di atas tempat tidur.

Syabilla memajukan bibirnya tak suka. “Nanti mengundang perhatian! Sya malas jalan sama Mas, kalau masih pakai seragam!”

“Gak papa, biar semua tahu aku sudah ada pawangnya.” Fajar menghentikan kegiatan mengemasnya sebentar, dia menangkup wajah Syabilla hingga kedua pipi istrinya menjepit mulutnya. “Mirip Ikan Mas kalau begini.”

Mencubit pinggang Fajar kesal, sambil melepaskan tangan lelaki itu dari wajahnya. “Mama! Mas Fajar nakal ganggu Sya!”

“Ih ngadu, mana bisa begitu.” Syabilla berjalan mundur, bersama dengan langkah Fajar yang semakin mendekatinya. “Coba teriak lagi, Mas mau dengar.”

“Mas, jangan mendekat!” pintanya sambil tertawa takut.

“Kenapa? Mas mau peluk, mau cium, mau gigit, mau makan mau...?” Fajar menatap Syabilla dari atas sampai bawah.

“Tidak ramah, Mas dapat bintang satu!” Syabilla menyilangkan tangannya di dada, sambil sesekali mendorong tubuh Fajar menjauh.

“Kalau begitu harus di kasih pelayanan terbaik biar dapat bintang lima, iyakan? Sini sayang.”

Syabilla semakin mundur hingga menabrak pintu, tangannya mencoba menyentuh gagang pintu agar bisa kabur. “Mas jangan dekat dong! Sya mau pergi aja!”

Menggerakkan gagang pintu beberapa kali, tapi tidak kunjung terbuka. “Untung tadi Mas kunci, jadi kamu gak bisa kabur.”

“Mama! Mas Fajar seram!” Syabilla menutup matanya, adegan seperti ini sering dia baca di novel. Tapi jika terjadi, sungguh dia tidak kuat.

“Kok tutup mata?” Kedua tangan Fajar kini mengunci Syabilla, membuat wanita itu bisa merasakan hembus nafas dari sang suami.

“Mas geli!” Syabilla menghentikan Fajar yang ingin mencium tengkuk lehernya. “Aduh perut Sya ke jepit!”

Fajar menarik kembali wajahnya lalu menatap ke arah perut sang istri yang menghalangi jarak antar mereka. “Gak kena kok, kamu jangan alasan untuk menghindar ya sayang.”

“Mas!” Syabilla menaruh tangannya di dada Fajar menahan lelaki itu agar tidak terlalu mendekat.

Baru ingin mencium, teriakan Erna menghentikan aksinya. “Fajar, jangan ganggu istrimu!”

Syabilla memanfaatkan kelengahan sang suami, untuk memutar kunci pintu agar bisa kabur dari kandang singa. “Gak Ma, ini lagi mau olahraga buat kesehatan Bumil.”

“Gak Ma, itu bohong! Kesehatan Mas aja, Sya yang tumbang!” Sebelum sang istri kabur, Fajar lebih dulu mengangkat tubuhnya menjauh dari pintu. “Mas turuni!”

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang