CHAPTER 07

9.8K 611 16
                                    

Ana Uhibbuka Fillah, Suamiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana Uhibbuka Fillah, Suamiku

Semua orang bisa mengatakan cinta, tetapi tidak semua orang mampu memberikan kesetiaan. Semoga Allah menjaga hati dan cinta kita, selamanya.

-Dia Imam Terbaikku-

Fajar duduk menatap sang istri yang tengah asyik membaca novel. "Sayang, dengarkan aku." Syabilla menutup novelnya, dan saat itu juga Fajar mulai melantunkan ayat suci Al-Quran begitu merdu.

Suara itu, membuat Syabilla terhanyut hingga merinding kagum. Bibirnya perlahan mengikuti ucapan sang suami, walaupun tanpa suara itu mampu membuat Fajar tersenyum.

Surah Ar-Rahman, Surah yang memiliki banyak keutamaan dan keajaiban yang telah Allah sampaikan kepada hambanya. Sampai pada ayat terakhir, dan berakhirlah hafalan Fajar.

"Aku baru hafal sampai sepuluh. Ajari aku, biar bisa mengikuti bacaan Mas hingga selesai."

"Bahkan sampai kamu khatam, aku siap ajari." Syabilla bangkit, lalu duduk di atas kasur. "Memang idaman."

Membaringkan dirinya di atas pangkuan sang istri, sambil memainkan jilbab sang istri. "Sayang, kenapa kamu memilihku? Bukankah banyak laki-laki jauh lebih sempurna diriku?"

Mengusap lembut kepala Fajar. "Jika aku mencari yang sempurna, itu tidak akan ada habisnya. Yang aku inginkan bukan mereka, tapi Mas. Walaupun di luar sana banyak yang lebih dari Mas, namun rasanya tidak akan sama seperti bersama Mas. Jika menurut Mas begitu, mengapa Mas jatuh cinta padaku? Bukankah banyak wanita jauh lebih cantik dan berkarier bagus melebihi aku?"

"Tentu saja, aku jatuh cinta padamu tanpa alasan. Itu sudah takdir Tuhan, mempertemukan kita dan mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Aku tidak pernah ragu untuk menjalin hubungan denganmu, karena aku yakin kita memang takdir."

"Jika Mas tidak ragu dengan keputusan itu, maka jangan pernah ragukan keputusanku. Mas terbaik, yang telah Tuhan kirimkan."

Fajar tertawa, mendengar kata-kata puitis dari sang istri. "Pintar banget sih ngomongnya."

Tok! Tok!

Pintu terbuka memperlihatkan kepala Fajri yang muncul mengintip ke dalam. "Pengantin baru, dalam kamar terus. Keluar gih, di tanggui sama yang lain di bawah." Fajar bangun, lalu melempar guling pada sang adik.

"Ganggu aja kamu, dasar jomblo!" Fajri melempar guling itu kembali, namun bukannya mengenai sang kakak, itu malah mendarat di kepala Syabilla dengan indah.

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang