CHAPTER 35

4.8K 302 41
                                    

Untukmu Aku bertahan

Nikmati saja perosesnya, ikutilah alurnya. Allah tahu kapan kamu akan bahagia.

"Sesuatu yang bernyata tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya." (Q.S Ali'Imran: 145)
___________________________________________

Happy Reading

Syabilla terbangun setelah pingsan beberapa saat lalu, saat ini dia berada di dalam kamar. Dengan sedih Syabilla memandang ke seluruh penjuru kamar, mencari keberadaan Fajar yang beberapa saat lalu bersamanya.

Rasa takut dan resah kembali, takut jika semuanya kembali hanya mimpi. Matanya kini mulai berkaca-kaca, tak menemukan siapa pun di sana. "Tukan mimpi!!" rutuknya marah.

Dia menendang apa saja yang ada di atas kasur dengan kesal. Melempar bantal ke sembarang arah, untuk melampiaskan amarahnya. "Mas...!" ucapnya bersama dengan isak tangis.

Syabilla meringkuk menutupi wajahnya di sela-sela kaki dan tangannya. Dia menangis sejadi-jadinya, merasakan sesak yang jauh lebih sakit. "Mas...!"

Suara pintu kamar terbuka, itu tak membuat Syabilla bergerak dari posisinya. Dia tetap menangis menyembunyikan wajahnya, tak peduli apa yang di pikirkan orang saat melihatnya.

"Astagfirullah, sayang kenapa berantakan gini?" Suara itu yang sangat Syabilla rindukan, inilah yang dari tadi dia cari.

Syabilla mengangkat wajahnya, memastikan dengan kedua matanya jika sosok itu nyata. "Mas..." panggilnya dengan berlinang air mata.

Fajar yang melihat sang istri menangis, langsung mendekat mengusap air mata sang istri. "Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Fajar panik.

Melihat Fajar yang begitu dekat dan nyata di hadapannya, membuat Syabilla tak bisa berhenti mengeluarkan air mata. Suaranya seolah habis, dengan bibir yang kaku tak mampu berucap. Matanya terus memandangi wajah itu, seolah tak akan bosan melihatnya.

"Ini bukan mimpikan?" tanyanya yang ingin memastikan.

"Bukan sayang. Ini aku, nyata." Syabilla menutup mulutnya agar tak berteriak. Kejadian beberapa lalu nyata, dan saat ini suaminya yang begitu dia rindukan benar-benar ada di hadapannya.

"Mas..." Bahkan untuk memanggil saja dia tak mampu.

Syabilla memeluk Fajar dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi. Dia menjerit di dalam dekapan itu, sembari memukul Fajar untuk melampiaskan emosinya.

"Maaf..." Kalimat itu yang dari tadi Fajar ulang dalam hatinya. Dia tak mampu bersuara ketika mendengar jeritan penuh luka dari sang istri. Kata maaf tak cukup untuk menyembuhkannya.

Tangan Syabilla berhenti memukul, dia kini mencengkeram erat baju Fajar hingga tangannya memutih. "Mas," panggil Syabilla pelan.

Merasa sang istri sudah mulai tenang, Fajar mengusap lembut punggung Syabilla. "Kenapa sayang?" jawab Fajar selembut mungkin.

"Ini betulan bukan mimpikan?" tanyanya ingin memastikan lagi. Syabilla sudah lelah di beri harapan dengan sebuah mimpi.

Fajar menghela napas pelan sambil mencium kepala Syabilla lembut. Tangannya kini meraih pipi Syabilla yang basah, mencubitnya pelan. "Masih menganggap ini mimpi?"

Syabilla menggeleng. Dengan mata dan hidung merahnya, dia mendongak menatap wajah Fajar yang semakin jelas. "Bukan hantu juga?" tanyanya entah kenapa.

Mendengar pertanyaan polos itu, Fajar terkekeh pelan. Namun dia segera mengatur ekspresinya ketika, melihat raut wajah sedih dari sang istri. "Memang ada hantu setampan aku?" tanya Fajar balik.

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang