CHAPTER 09

8.9K 552 18
                                    

Tentang Kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang Kita

Saat aku berjalan sendiri tanpa tujuan, dan hanya menjadikan Tuhan satu-satunya petunjuk. Saat itu juga, Tuhan mengirimkan kamu untuk berjalan bersamaku, sekaligus menjadi Rumah untukku berpulang.

-Dia Imam Terbaikku-

Langit masih tampak gelap, hawa dingin menusuk tubuh yang hanya tertutup selimut. Menggeliat sembari mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap langit-langit kamar hotel dengan kepala yang terasa sedikit pusing.

Berbalik menghadap sang suami dengan lekat. "Tampan," ucapnya tanpa sedar.

"Dari lahir sayang," ucap Fajar dengan mata yang masih terpejam.

Tersenyum tipis, lalau mencium pipi sang suami. "Ayo bangun." Menggeleng tak mau, lalu menarik tubuh Syabilla untuk merapat padanya.

"Biarkan hari ini kita berdua seperti ini, aku lelah."

"Lepaskan Mas, gak usah meluk juga. Aku geli!" ucap Syabilla dengan wajah memerah.

"Kamu gak sakit?" Mendengar ucapan itu, Syabilla menatap bingung. "Sakit?"

Fajar mengangguk, sambil menyentuh perut istrinya. "Biasanya orang yang lagi datang bulan sakit," jelasnya membuat Syabilla mengangguk mengerti.

"Tidak, aku baik-baik saja." Tersenyum seraya mengusap wajah Fajar yang begitu dekat dengannya. "Mas sendiri, tidak lihat jam?"

"Jam?" Mengambil ponselnya, lalu melihat jam yang ada di sana. "Belum sayang, masih lama."

Syabilla yang tak percaya, mengambil ponsel itu, lalu melihatnya sendiri. "Lama apanya! Sudah sana cepat ambil Wudhu, gak usah manja-manja kayak anak gorila gini."

Menekuk wajahnya cemberut, Fajar memeluk sang istri erat. "Padahal aku masih ingin memelukmu," ucapnya tak ingin bangun.

"Kan bisa nanti lagi. Sudah sana Salat," suruhnya.

Dengan berat hati, Fajar bangun lalu beranjak wudhu. Kembali menyiapkan perlengkapan Salat sang suami, Syabilla duduk di atas kasur. "Kamu mandi aja dulu," ujar Fajar setelah selesai wudhu.

Syabilla mengangguk, lalu masuk ke kamar mandi. Waktu mandi Syabilla cukup lama, membuat Fajar bosan menunggunya keluar. "Sayang, kalau kamu lama aku dobrak," ucapnya sambil menggedor.

Keluar dari kamar mandi, dengan menatap sinis sang suami. "Apa liat-liat?" ucapnya membuat Fajar melotot.

Berdiri di hadapan sang istri sambil bersedekap, menatap dengan cara yang sama saat pertama kali bertemu. "Coba ulangi, ngomong apa tadi?"

Syabilla yang tak mau kalah pun, bergaya persis seperti sang suami. "Kenapa lia..-"

Cup

Mengedipkan matanya beberapa kali, dengan mulut yang sedikit terbuka. "Mas ngapa..-"

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang