CHAPTER 43

3.4K 266 9
                                    

Happy Reading
#_________________________________________#

Cahaya matahari bersinar menembus jendela, membangunkan Syabilla yang tengah tertidur pulas. Mengerjapkan mata beberapa kali, dia duduk menyandarkan diri kepala ranjang.

Melirik ke samping tempat tidur yang sudah rapi, terdengar hela napas pelan darinya. Fajar sudah pergi pagi-pagi sekali, tanpa membangunkannya. Ini awal baru untuk hidup sendiri lagi.

Mengusap perutnya pelan, dia mengambil handphone di atas nakas, melihat apakah ada pesan singkat atau panggilan dari Fajar. Nihil, tidak ada apa pun. Sepertinya suaminya itu sedang sibuk, jadi tidak bisa di ganggu.

Syabilla meletakan handphone-nya, lalu turun dari tempat tidur. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Walau matahari sudah meninggi, dia tetap melaksanakan salat subuh daripada tidak sama sekali.

Beberapa menit di habiskan untuk beribadah, kini tugas awal Syabilla di mulai. Melangkah menuruni satu persatu anak tangga, menatap seluruh penjuru rumah.

Semua rapi tidak ada yang perlu di bereskan. Dia membuka semua gorden agar cahaya matahari masuk menerangi rumah itu. Tak lupa pintu halaman di buka agar udara segar masuk ke rumah.

Syabilla mengambil segelas air dan satu apel. Dia duduk di teras kolam sambil memandang pemandangan sederhananya. Matanya kini beralih menatap lahan kosong di dekat dinding pembatas, terbesit sebuah ide di kepalanya.

Sambil tersenyum bersemangat, Syabilla mencari keberadaan peralatan berkebunnya. Setelah mendapatkannya, dia bangkit berjalan ke dapur untuk menaruh gelas kotor.

Sekalian mengumpulkan beberapa piring kotor untuk di cuci. Tak membutuhkan waktu lama, semuanya selesai. Membuka kulkas, melihat isi di dalamnya. Hampir habis, melihat tanggal, ini saatnya dia belanja bulanan.

"Mari belanja!" Syabilla kembali ke kamar, bersiap untuk pergi belanja.

Turun dengan pakaian yang sudah rapi, dia mengambil kunci mobil sebelum mengunci pintu rumah. Duduk sebentar di teras depan, hanya berjalan sebentar dia sudah lelah.

Bangun dari duduknya, Syabilla membuka gerbang sebelum masuk ke mobil. Setelah Mobil di luar, dia harus turun untuk menutupnya lagi. Beginilah jika hidup sendiri.

Akhirnya mobil melaju pelan menuju pasar. Pagi-pagi begini memang waktu terbaik untuk belanja ke pasar. Setelah memarkirkan mobilnya, Syabilla keluar dengan membawa kantong belanja.

Dia berjalan di antara banyaknya manusia. Sebenarnya ini tidak baik jika Syabilla sendiri, tapi mengingat yang lain sedang sibuk tak ada pilihan lain. Dia hati-hati melewati orang-orang, takut jika ada yang menyenggolnya kuat.

Sampai di tempa sayur, dia beli apa saja yang butuh kan. Setelah sayur, kini giliran buah-buahan, dan terakhir ikan. Sesak, itu yang dia rasakan. Buru-buru dia memilih aneka ragam ikan dan teman-temannya.

Dia harus cepat-cepat keluar dari sana. “Panas banget!" Sambil mengelap keringat, dia merapikan susunan belanjaan yang begitu banyak. Dua kantong besar yang beratnya tak bisa di bilang ringan.

Menarik napas panjang, Syabilla mengangkatnya. "Permisi," ucapnya sepanjang jalan menyuruh dengan sopan orang-orang agar sedikit memberinya jalan.

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang