Perjalanan
Dia yang selalu ada, akan kalah dengan dia yang selalu berdoa. Dia yang selalu mengatakan cinta, akan kalah dengan dia yang mengucapkan ijab. Memperjuangkan, bukan hanya mengatakan. Tapi bagaimana caramu membuktikan, cinta itu secara nyata.
-Dia Imam Terbaikku-
⅏
Menunggu keberangkatan, Syabilla menyandarkan kepalanya di dada sang suami sembari memainkan jari tangan Fajar yang melingkar di perutnya.
"Sayang, kamu ngantuk?" tanya Fajar sambil mengusap kepala sang istri dengan tangan satunya.
Mendongak menatap Fajar. "Mas, dingin." Mendengar itu, segera dia memeluk sang istri erat. "Masih dingin?"
"Sesak Mas," ucap Syabilla menyembunyikan wajahnya malu. "Sesak atau malu."
Bangun dari pangkuan sang suami sambil memperbaiki bajunya. "Mas Fajar gak tahu tempat ya, malu tahu di liat orang."
Fajar tertawa melihat tingkah gemas sang istri. "Wong kamu-nya yang manja gitu."
Perhatian, para penumpang Pesawat Aurora Airlines dengan nomor penerbangan A379 tujuan Sorong, dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12.
Syabilla mengambil tasnya, lalu menuju ke pintu yang sudah di beritahukan. Fajar berdiam, melihat tingkah sang istri yang kesal padanya.
"Satu.. Dua.. Tiga.." Hitung Fajar, bersamaan dengan Syabilla yang menoleh ke arahnya. "Mas Ayoo," rengeknya tak berani sendiri.
Tersenyum puas. Fajar mengambil tas yang di bawa sang istri, lalu menggandeng tangannya. "Pegang yang erat, nanti ilang."
"Memangnya aku anak kecil, pakai acara hilang segala." Walaupun memprotes, wanita itu tetap menuruti ucapan sang suami.
Berjalan menuju lokasi pesawat yang lumayan jauh dan kondisi cuaca yang gerimis, membuat mereka di antar oleh Bis, hingga ke lokasi. Di dalam bis, Fajar melepas jaketnya agar di kenakan oleh sang istri. "Biar gak dingin."
Setelah turun dari bis, mereka segera masuk ke dalam pesawat. Sesudah menaruh barang di bagasi kabin, Fajar ikut duduk di samping sang istri.
"Sayang, kalau ngantuk tidur aja. Ini masih lama juga," ucapnya sembari merapikan jilbab sang istri.
"Nanti aja Mas, aku mau lihat pemandangan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...