Happy Reading
___________________________________________“Sudah semua? Gak ada yang tertinggal, kan?” Syabilla memeriksa kembali ruangan itu. Setelah memastikannya, dia menggeleng.
Fajar mendorong stroller keluar kamar, bersama Syabilla yang berjalan di belakangnya.
Hari ini, Syabilla keluar dari rumah sakit, setelah tiga hari berada di sana. Kondisinya sudah jauh lebih baik, dengan tubuh yang terasa sedikit ringan.
Dia di jemput oleh Fajar seorang, karena keluarga yang lain menunggu di rumah. Setelah melewati waktu yang panjang, akhirnya mereka pulang dengan satu anggota baru.
Pintu lift terbuka, segera mereka masuk. Syabilla melihat keadaan Azka yang tertidur pulas di dalam stroller-nya.
Dia menyandarkan kepalanya pada sang suami. Telinganya dapat mendengar dengan jelas detak jantung Fajar, sambil merasakan usapan pelan di perutnya.
“Capak?” tanya suaminya sambil melirik ke arahnya. Dia tak menjawab, tanpa di jelaskan pun Fajar sudah pasti tahu jawabannya. Rutinitas orang tua baru.
“Mau makan dulu?” tawarnya yang langsung di tolak Syabilla.
“Langsung pulang aja, pasti sudah di tunggu yang lain Mas.”
Sampai di lantai tujuan, mereka keluar. Syabilla celingak-celinguk mencari keberadaan mobil mereka, sambil berjalan mengikuti Fajar.
“Mas beli mobil baru?” tanyanya yang melihat bentuk mobil yang berbeda.
“Punya Fajri, mobil kita belum datang. Besok atau lusa baru kamu bisa lihat,” jelas Fajar sambil meletakan Azka di car seat bayi.
Syabilla mengangguk, dia berjalan ke bagasi untuk meletakan barang-barangnya. “Kopernya aku aja yang angkat.”
Setelah memastikan anaknya aman, Fajar membantu sang istri. “Mas, maaf ya. Mobilnya jadi rusak gara-gara Sya.”
Fajar menutup bagasinya, lalu menatap Syabilla. “Masih aja di bahas.” Menarik Syabilla ke dalam pelukannya. “Sudah lama aku gak peluk kamu begini.”
Syabilla terkekeh geli, padahal baru tadi siang suaminya bermanja-manja seperti ini. “Mas, pelukannya lanjut di rumah aja. Sya pegal.”
“Siap, Bu bos.” Dengan cepat Fajar membukakan pintu untuk Syabilla, lalu berputar untuk ke kursi pengemudi.
“Oke, kita pulang.” Mesin menyala, perlahan mereka meninggalkan tempat itu.
Langit hari itu terlihat jauh lebih indah dari biasanya, entah karena fenomena alam atau hanya karena perasaannya yang bahagia. Mimpinya untuk memiliki keluarga kecil yang lengkap, sebentar lagi akan terlaksana.
Ini adalah halaman pertama, dalam lembar hidup barunya. Sebentar lagi, kertas putihnya akan tercoret oleh berbagai warna tinta. Entah gelap atau berwarna, semuanya seperti sudah menunggunya di depan sana.
“Kenapa senyum-senyum gitu, lagi pikirkan aku ya?” tuduh Fajar percaya diri.
Syabilla melirik suaminya sambil mengangguk mengiyakan. “Mas makin hari tambah ganteng aja, Sya jadi terpesona.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...