Happy Reading
*_________________________________________*Sebuah ciuman mendarat di kening Syabilla, membuat sang empu membuka matanya. Samar-samar dia melihat wajah Fajar yang tersenyum padanya. "Mas sudah pulang ya." Lelaki itu baru saja selesai Shalat Jumat.
"Kamu ketiduran di sini, pasti tunggu aku ya?" Mengangguk pelan, Syabilla menaruh novel di tangannya sambil memperbaiki mukena yang masih dia kenakan.
Mencium tangan sang suami lalu kening dan kedua pipi, rutinitas sehabis Shalat yang hanya bisa dicontoh pasangan halal. "Tadi habis Sya Shalat Zuhur, niatnya gitu. Eh pas baca novel matanya tiba-tiba berat, dan akhirnya bablas."
"Sudah makan belum?" tanya Fajar sambil merangkul sang istri.
"Belum." Syabilla mendapat tatapan dari Fajar karena melewatkan waktu makannya. "Ets! jangan marah. Sya berinisiatif untuk menunggu suami tersayang," lanjutnya.
"Alasan, kamu pasti lupa. Ayo makan, kasihan dedek bayinya kelaparan."
"Aku gak di kasihan, Mas?" tanya Syabilla yang merasa di duakan.
Fajar memukul mulutnya pelan. "Kamu juga, pasti lelah menunggu Mas pulangkan, sayang."
Syabilla mengangguk-angguk, sambil mengangkat kedua ibu jarinya. "Mas memang cepat tanggap, gak salah Sya pengen cara suami lagi."
"Apa? Mau apa sayang?" Mengangkat tangannya, Syabilla mengisyaratkan untuk diam sebentar. Dia menuangkan segelas air, lalu memberikannya untuk Fajar.
"Mulut Sya typo tadi Mas. Tapi kalau Mas mengizinkan, InsyaAllah Sya siap." Fajar yang tengah minum, seketika tersedak mendengar itu.
Uhuk! Uhuk!
"Yang ini pasti bukan typo mulut. Sini sayang, Mas cubit bibirnya." Syabilla membungkam mulutnya, sambil menggeleng. "Mas gak suka begitu. Kalau ada yang berani maju, aku pastikan dia melebur menjadi satu dengan tanah."
"Keren," seru Syabilla menepuk tangan.
"Serius sayang."
Syabilla berjinjit, mengusap wajah Fajar yang begitu emosi. Dia sudah kelewatan memancing suaminya. "Sudah Mas, kalau begitu bukan lelaki saja yang takut, tapi Sya juga."
"Nah kan, berarti kamu ada niatan kan sayang." Fajar memegang dadanya, seolah tersakiti. Syabilla tertawa pelan, melihat tingkahnya.
"Mas, Sya bercanda. udah, jangan jadi gila benaran." Fajar berhenti, lalu mencium beberapa kali wajah Syabilla, sebelum tangannya menarik kursi untuk sang istri.
"Duduk." Wanita itu duduk, seraya menunggu piringnya di isi. "Mau dada, paha, atau ketiak?" tanya Fajar memilih potongan ayam.
"Sayap Mas, bukan ketiak." Fajar menaruh sayap di piring Syabilla, lalu memberikannya. "Makasih Mas."
"Sama-sama, ini sayurnya jangan lupa. Makan yang banyak ya Sayang." Fajar duduk di samping Syabilla, menikmati makan yang sama.
...
Matahari mulai sedikit turun, menandakan waktu jalan sore telah tiba. Setelah menurunkan nasi dan beristirahat sebentar, mereka kini tengah bersiap untuk berolahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...