Aku kira hanya mampir, ternyata dia takdir.
-Dia Imam Terbaikku-
⅏Langit biru begitu cerah, seperti senyum seorang gadis yang tengah duduk di atas mobilnya sambil menatap lapangan udara yang di penuhi dengan pesawat tempur.
Angin berembus sedikit kencang, membuat jilbab gadis itu sedikit berantakan. Sebanyak enam pesawat tempur berjenis F-16 Fighting Falcon bermanuver di langit, membuat gadis itu mendongak menatapnya.
Setelah melakukan latihan, enam pesawat tempur pun turun. Dari jauh gadis itu memperhatikannya, menantikan para pilot pesawat itu keluar.
Beberapa orang mulai turun dari pesawat mereka masing-masing, mengenakan flight suits berwarna orange, flight vest berwarna olive serta harness berwarna hitam, lengkap dengan helm berwarna senada.
Mereka berjalan dengan biasa. Namun di mata seorang gadis, itu terlihat begitu mengagumkan. "Benar-benar pemandangan yang langka," ucapnya pelan.
"Sedang melihat apa, Sya?" tanya laki-laki paruh baya yang berhasil mengagetkannya. Gadis bernama Syabilla itu tersenyum. "Apa Abi dulu seperti mereka, turun dari jet masing-masing dengan keren?"
Aristo Dirgantara, Ayah dari gadis itu. "Dari pada mereka, Abi dulu sangat populer."
Aris membanggakan dirinya, membuat sang putri tertawa. "Apa urusan Abi sudah selesai?" Aris menggeleng. "Masih ada yang harus di urus, kamu tunggu di dalam mobil aja kalau tidak mau masuk."
Aris pergi, membuat Syabilla kembali menatap sekitar sebelum memutuskan masuk ke mobil. Matahari yang sedikit menyengat, membuatnya segera mengenakan topi.
Ponselnya berbunyi, terlihat sebuah pesan masuk dari grup chatnya. "Ada apa dengan mereka?" gumamnya pelan setelah membaca semua pesan masuk dari grup.
Dari jauh dua orang laki-laki terlihat memperhatikannya, seolah penasaran dengan keberadaan Syabilla. "Siapa wanita itu?" tanya laki-laki bernama Reza yang tiba-tiba saja muncul.
"Mengapa bertanya padaku, tanyakan saja langsung pada wanita itu," jawab Fajar, teman di sampingnya dengan nada tak tertarik.
"Sangat tidak membantu sekali!" Fajar hanya mengacuhkan bahu, seolah tak peduli.
Karena penasaran, Reza mencoba mendekati Syabilla yang menarik perhatiannya. "Hai," sapanya kaku. Fajar tertawa geli, melihat gerak-gerik temannya itu. Sedangkan Reza berdiri kaku, menunggu balasan.
Syabilla menoleh, bersamaan dengan angin yang bertiup kencang dari arah belakang, membuat topi yang dia kenakan terbang. Untung saja Fajar segera menangkapnya, namun ketika ingin mengembalikannya Syabilla malah masuk mengabaikan Reza di sana.
"Yah malah kabur." Fajar yang melihat itu kembali tertawa lepas, berjalan mendekati temannya yang masih kaget karena diabaikan.
"Sabar, mungkin bukan rezekimu." Fajar menyindir temannya itu. "Lalu rezeki siapa?" tanyanya dengan nada kesal.
"Aku mungkin?" Reza menggeleng tak percaya dengan ucapan temannya ini. "Kamu berniat menikungku secara terang-terangan ya?!"
"Mungkin?" godanya, semakin membuat Reza kesal, dan menendang tulang keringnya. "Tadi bersikap tidak peduli, sekarang malah ingin menikung!"
Fajar yang merasakan sakit pun hanya tertawa. "Kamu pernah mendengar kalimat ini. Apa yang melewatiku tidak akan menjadi takdirku, dan apa yang di takdirkan untukku tidak akan pernah melewatiku. Nah, berarti gadis tadi mungkin bukan takdirmu karena dia mengabaikanmu," jelasnya menahan tawa. "Lalu apa yang meyakinimu, jika dia takdirmu?"
Fajar mengangkat topi yang dia dapat. "Mungkin ini." Reza menggeleng heran. "Dasar aneh, bisa-bisanya kamu tertarik hanya karena, mendapatkan topinya."
"Lalu kamu? Bagaimana bisa tertarik hanya karena melihat wajahnya saja?" tanya Fajar kembali.
"Itu normal. Lah kamu... Patut di pertanyakan," ujar Reza sambil tertawa. "Kejarlah jika kamu yakin dia takdirmu!" suruh Reza di sela tawanya.
"Tidak sekarang, jika pun jodoh nanti akan di pertemukan lagi. Saat ini waktunya kita bersantai, selagi masih ada waktu!"
"Ya, ya, ya, terserahmu saja. Jangan menyesal jika dia di ambil orang nanti."
"Kalau begitu, berarti dia bukan milikku." Fajar melihat topi yang dia pegang, di dalam topi itu ada sebuah nama sang pemilik topi. "Syabilla Anastasia Ciara? Seperti tidak asing?"
"Siapa?" tanya Reza.
"Nama di topi ini, seperti tidak asing. Apa kamu mengenalnya?" Reza membaca nama itu sambil mengingat-ingat.
"Tidak." Reza pergi meninggalkan Fajar yang masih terdiam. "Hey ayo! Katanya ingin bersantai?"
"Sabar!" Fajar menyusul Reza sambil mencoba mengingat sesuatu. "Allahuakbar!" Dia berbalik menatap mobil yang gadis itu tumpangi. "Rencana Sang Pencipta memang tak terduga."
Di publis 25 Februari 2019
Di revisi 21 juni 2021Selamat datang kembali..
Semoga suka sama ceritanya, setelah di revisi:) Selamat membaca;)Cerita ini murni kehaluan Author. Jangan ada yang plagiat!! Berhayal itu gratis, jadi mikir sendir pakai otak. Jika ada yang mencoba mengcopy, siap-siap muntah paku!! Sekian terima gaji!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
Ficção GeralBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...