CHAPTER 23

5.1K 373 39
                                    

Badai atau Hanya Gerimis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Badai atau Hanya Gerimis?

Percayalah, ketika badai itu datang. Aku benar-benar belum siap...

-Dia Imam Terbaikku-

Bersandar di kepala ranjang, Syabilla melihat sekeliling ruangan. Hanya kekosongan yang dia rasa, tidak ada siapa pun yang menemaninya saat ini. “Kenapa coba harus rawat inap, kan jadi bosan.”

Melihat ke luar ruangan, ada sebuah taman di sana. Syabilla berencana untuk keluar mencari udara segar. Dia turun dari ranjang pasien, lalu membawa tiang infus bersamanya. “Selamat sore,” sapa beberapa pasien yang berpapasan dengannya.

Dia membalas sapaan itu dengan ramah. Dengan langkah sedikit tertatih, Syabilla berhasil duduk di salah satu kursi di sana. Menikmati udara sore yang terasa begitu segar sehabis hujan. “Nyamannya...”

“Hai Syabilla,” sapa Atta sambil tersenyum.

“Ngapain kamu di sini?! Pergi dari sini!” Syabilla berdiri, berjalan mundur membuat jarak yang cukup jauh dari laki-laki itu.

“Hey tenang, aku hanya ingin menjengukmu. Nih bunga Lily dariku, bukankah kamu menyukainya.” Syabilla menepis kasar tangan Atta, membuat bunga itu jatuh.

“Aku tidak menyukai apa pun yang pernah di sentuh olehmu! Sampai kapan pun tidak akan pernah aku suka! Sekarang lebih baik kamu pergi!!”

Syabilla menginjak bunga Lily itu hingga hancur, tak peduli tatapan kosong yang Atta perlihatkan padanya. “Aku bilang pergi!”

Atta menghela napas pelan, lalu menatap tajam Syabilla. “Sya...” panggilnya seraya mendekat.

“Berhenti Atta, jangan macam-macam kamu!” Karena banyak gerak, darah Syabilla naik ke selang infus. Namun dia tak peduli, dan bergerak mundur menjauhi Atta.

“Kamu takut? Kenapa? Aku akan pergi, jika kamu mau mendekat Sya,” Syabilla menggeleng cepat. “Pergi atau aku teriak?!”

“Silahkan.” Melihat Atta yang tak takut dengan ancamannya, membuat Syabilla bersiap untuk berteriak. Namun baru mulutnya ingin mengeluarkan suara, dengan cepat tangan laki-laki itu membungkamnya.

“Sst... diam! Lama-lama kamu menyebalkan ya Sya?!” ucapnya sembari menarik infus Syabilla hingga terlepas.

Syabilla yang masih di bungkam hanya bisa menjerit tanpa suara, merasakan sakit di punggung tangannya. “Kalau kamu begini terus, aku bakal bawa kamu pergi jauh lagi. Kamu mau?”

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang