Percayalah
Skenario Allah lebih indah dari apa yang kamu pikirkan. Percayalah, semua akan baik-baik saja selama Allah ada bersamamu.
-Dia Imam Terbaikku-
___________________________________________Kini sudah memasuki pencarian ke dua. Masih belum ditemukannya tanda-tanda keberadaan para kru yang lainnya di dekat lokasi itu. Hal itu menyebabkan, tim pencarian memutuskan untuk memperluas lokasi pencarian hingga lebih dalam masuk ke hutan.
Cuaca yang tak bersahabat membuat pencarian semakin sulit dilakukan. Karena itu, kemungkinan besar waktu pencarian akan semakin lama.
Kru yang sudah di temukan, saat ini sedang di persiapkan untuk segera di kirim pilang ke tanah air. Pihak keluarga yang saat ini masih menanti kabar, masih terus berharap ada keajaiban yang dapat membawa pulang kru lainnya dalam keadaan selamat.
Mendengar berita itu, membuat Syabilla segera mematikan TV. Dia menarik napas pelan, lalu tersenyum menatap Mama yang tengah mengupas jeruk di hadapannya.
“Sya, kamu mau lagi jeruknya?” Syabilla menggeleng pelan. “Kasih Nana aja Ma, kayaknya dia doyan tu.”
Dengan mulut penuh jeruk, Nana menatap dua orang dewasa itu. “Nenek, jeluknya acam,” ucapnya sambil mencoba menelan jeruk itu.
Erna tertawa, melihat tingkah lucu cucunya itu. “Kalau asam gak usah di makan toh ndok.”
“Kata Mama, gak boleh buang-buang makanan.” Syabilla mengusap lembut kepala gadis itu. “Nana Pintar banget sih.”
Kehadiran keluarganya, membuat rumah itu tak tampak begitu sepi. Rasa sedihnya beberapa hari lalu, kini tak terlalu menghantui. Dia mencoba tegar menghadapinya, dengan kehadiran dan dukungan orang-orang sekitarnya.
Walaupun kadang, rasa takut itu selalu datang. Syabilla lebih mendekatkan diri pada Allah, percaya jika tak ada ujian di luar batas kemampuan hambanya.
Dia pasrah dengan apa yang sudah Allah rencanakan untuknya. Baik, buruk, semuanya ada hikmahnya. Siap, tidak siap, kabar yang dia terima itulah yang terbaik.
“Ma, Sya ke dapur dulu ya.” Erna mengangguk, membuat Syabilla melangkah pergi meninggalkan mereka.
Anita yang saat ini tengah sibuk dengan makanannya, menoleh ketika menyadari kehadiran sang putri. “Mau apa Sya?” Syabilla menggeleng, lalu duduk di hadapan Anita.
“Abi sama Papa belum pulang?” Anita menggeleng. “Kamu tahu mereka yang paling sibuk saat situasi seperti ini.”’
Kedua laki-laki paruh baya itu, belum pulang semenjak kabar menghilangnya helikopter di tengah hutan Afrika. Keduanya sibuk dengan urusan militer mereka, mencari dan menunggu kabar baik yang mereka dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
Fiction généraleBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...