Kapal telah sampai di pelabuhan kebahagiaan, saatnya untuk beristirahat sebelum memulai perjalanan yang jauh lebih menantang.
-Dia Imam Terbaikku-
___________________________________________
DISCLAIMER
Bab ini mengandung lebih dari 5k kata, jika kalian pusing sebaiknya jangan membaca. Nanti tambah puyeng:)
___________________________________________Happy Reading
Di bawah terik matahari keduanya berjalan menyusuri jalan. Memakai seragam sekolah di jam yang belum memasuki waktu pulang, orang yang melihat pasti akan mengira jika mereka bolos sekolah.
Fajar menengok ke belakang melihat keadaan istrinya yang setia mengikutinya. "Kamu capek?"
"Enggak Mas, jangan khawatirkan Sya. Mas sendiri gak capek dorong motor begitu?"
"Sebentar lagi ada bengkel, sabar ya sayang."
Syabilla sama sekali tidak keberatan jika harus seperti ini, justru dia malah menertawakan ketidakberuntungan mereka.
Cukup jauh dia mendorong, akhirnya bengkel terlihat. Buru-buru Fajar membawa motornya ke sana, di susul istrinya di belakang.
Syabilla duduk sambil mengibas-ngibas tangannya. Dia bisa merasakan keringatnya tengah meluncur bak air terjun di dalam bajunya.
"Panas? Aku belikan minum dulu di warung seberang sana." Fajar menitipkan helmnya, lalu menyeberang untuk membeli minuman dingin.
Sambil menunggu suaminya kembali dia mengecek handphone-nya takut jika orang tuanya menghubungi. Dan benar saja, beberapa menit yang lalu ada panggilan tak terjawab yang tertera di layar.
Dia menghubunginya kembali. Nada dering ketiga, panggilan itu di angkat. Tapi bukan suara Uminya, namun suara sang anak yang memanggilnya.
"Azka sayang..."
Terdengar suara senang Azka di seberang sana, bercampur suara Nana dan juga Uminya.
"Umma ganti ke video call dulu ya." Langsung Syabilla berpindah ke panggilan video.
Ketika tersambung, sudah terpampang jelas wajah Azka yang memenuhi layar handphone-nya. Melihat itu Syabilla tertawa gemas. Buru-buru dia mengambil gambar untuk mengabadikannya.
Di saat itu juga Fajar kembali sambil menempelkan sebotol air meneral di pipinya. "Dingin Mas."
Fajar duduk dan melihat ke handphone sang istri. "Ih! Ada siapa itu?"
Melihat Papanya, Azka menjerit kegirangan. Tangan kecilnya menunjuk-nunjuk layar handphone-nya seolah ingin menggapai kedua orang tuanya.
"Wawawaaa!" Bayi itu melihat ke samping, seolah meminta bantuan.
"Azka mau ke Papa sama Umma?" ucap Anita yang tak masuk di layar.
Dia terus memencet layar handphone hingga tak sengaja mematikan panggilan. "Lah, mati Mas."
Fajar mengambil alih, dan menghubunginya kembali. Sementara Syabilla menyegarkan dahaganya terlebih dahulu setelah melewati perjalanan yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
Fiction généraleBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...