Dia Kembali
Dia yang pergi setelah membuat luka, kini kembali. Menuntut untuk memiliki.
⅏
Suara langkah kaki mendekat, membuat beberapa pasang mata menatapnya. "Akhirnya yang baru selesai bulan madu, datang juga."
Mendengar ucapan Aisyah, membuat Syabilla tersenyum mengejek. "Bagaimana dengan pernikahanmu?"
Meminum Coffee miliknya, seraya menyuruh Syabilla untuk duduk. "Ya lancar, walaupun sedikit tegang."
"Di mana yang lain? Hanya kita berdua saja yang kumpul?" tanyanya mencari yang lain.
"Entahlah, kita tunggu saja. Mungkin mereka masih terjebak macet?"
Syabilla memesan minuman, seraya menunggu kedatangan yang lain. "Aduh Sya, aku ke toilet dulu ya." Dengan sedikit berlari, Aisyah meninggalkannya sendiri di sana.
Minuman datang, bersama dengan sebuah cake coklat. "Maaf, tapi saya tidak pesan cake ini."
Waitress itu tersenyum, lalu menunjuk meja paling ujung. "Laki-laki itu yang memberikannya."
Pandangan Syabilla mengikuti arah yang di tunjukkan. Matanya membulat terkejut, dengan wajahnya berubah tanpa ekspresi. Segera dia memalingkan wajahnya ke arah lain, sembari menyuruh Waitress itu untuk membawa kembali cake itu.
"Dia kembali?!" tangannya menggenggam erat ponselnya, mencoba menghubungi siapa pun.
Suara kursi terdengar, membuatnya menoleh ke sumber suara. "Hai Sya," ucap laki-laki itu, yang kini sedang duduk di hadapan Syabilla.
Tidak ingin memedulikan laki-laki itu, Syabilla bangkit dari duduknya, berjalan ke arah toilet menghampiri Aisyah di sana. "Dia kembali... Dia kembali..," ucapnya berulang-ulang kali.
Aisyah yang baru keluar dari toilet, tak sengaja menabrak sahabatnya itu. "Syabilla," panggilnya, tetapi tidak di dengar oleh Syabilla.
"Sya," panggilnya sekali lagi.
Syabilla seolah tidak mendengar panggilan Aisyah yang ada di hadapannya. Wanita itu terus saja berbicara kalimat yang membuat Aisyah bingung.
Takut sang sahabat kesurupan, dia segera mengambil air di wastafel. Menyemprot sedikit ke arah wajah Syabilla. "Sya," panggilnya kembali, tetap tidak mempan.
Tidak kehabisan cara. Aisyah mengambil air kembali, menampungnya dalam mulutnya. Membaca doa dalam hati, semoga cara yang dia lakukan berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Imam Terbaikku (END)
General FictionBerawal dari pertemuan pertama yang tak di sengaja, lalu tumbuh sebua rasa yang tak bisa di jelaskan. Serumit itukah sebuah rasa? Awalnya terasa begitu semu, hampir tak terlihat. Aku pikir itu akan menghilang seiring berjalannya waktu, tetapi takdi...