CHAPTER 31

4.4K 299 4
                                    

Andai ikhlas itu mudah.

Pada kenyataannya, inilah yang terjadi. Harapan, keajaiban? Perlahan membuatku menyerah.
___________________________________________

Happy Reading

Kini keduanya tengah berjalan menuju sekolah, sambil melihat-lihat desa tersebut. Suasana pagi di desa menjadi ciri khas tersendiri yang Syabilla rasakan. Para warga sibuk dengan kegiatan mereka, entah menyapu halaman atau berjalan-jalan pagi.

Beberapa kali mereka di sapa oleh warga desa, membuat Syabilla merasa akrab. Semakin mendekati sekolah, semakin banyak rumah yang tak layak huni Syabilla lihat. "Apa tidak ada bantuan untuk mereka?"

"Ada, tapi belum merata. Rencananya pihak desa akan memperbaiki rumah warga dalam waktu dekat."

Ayu berjalan sedikit cepat darinya, karena melihat anak-anak yang sudah menyambut mereka di sana. "Pagi-pagi sekali, kalian di sini. Ini semangat sekolah atau semangat ketemu guru baru?" tanya Ayu ceria.

"Dua-duanya Bu guru!" Ayu mengajak Syabilla untuk menghampirinya, dia di perkenalkan dengan anak-anak desa yang bersekolah di tempat itu.

"Salam kenal semuanya, semoga kita bisa akrab ya. Panggil Bu Billa aja, oke!"

"Siap Ibu Billa! Selamat datang di sekolah kami!" Mereka semua mulai bubar dan menyiapkan posisi.

Syabilla melihat Ayu, namun gadis itu menyuruhnya untuk menanti aksi anak-anak. Dan dengan musik alami dari suara mereka, anak-anak menari menyambutnya. Syabilla tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Dia mengambil ponsel untuk merekamnya.

"Bagus sekali, kalian sangat berbakat ya." Merasa senang di puji, anak-anak itu memeluk Syabilla dan Ayu bersamaan.

"Terima kasih telah mau mengajar kami semua!"

"Terima kasih kembali. Kalian semua lanjutkan kegiatannya sebelum masuk kelas, ibu mau ajak Bu Billa ketemu kepala sekolah dulu." Mendengar ucapan Ayu, anak-anak di sana bubar dan bermain lagi.

Syabilla mengikuti Ayu, sambil sesekali menyapa anak-anak. Dia melihat keadaan sekolah yang hanya terdiri dari beberapa kelas saja.

Bangunannya pun sudah tua, dan terlihat tak begitu layak untuk di tempati. "Ayo Sya," ajak Ayu.

"Sebentar." Syabilla mengambil beberapa foto keadaan sekolah dan sekitarnya, siapa tahu nanti dia bertemu Presiden atau menteri untuk bilang soal tempat ini.

Syabilla masuk ke ruang kepala sekolah yang begitu kecil. Di sana sudah ada Pak Edi dan Bu Vita, kepala sekolah dan juga guru di sana.

"Senang sekali bertemu dengan Anda Bu, semoga dengan mengajar di sini anak-anak bisa lebih berkembang lagi. Mohon bantuannya," ucap Pak Edi.

"Seharusnya saya yang berterima kasih telah menerima saya mengajar di sini. Saya akan semaksimal mungkin membantu anak-anak di sini."

"Maaf jika sekolah kami tak begitu layak untuk di tempati. Tapi hanya inilah satu-satunya sekolah yang ada di sini. Sebagian besar anak desa lain juga bersekolah di sini. Karena kurangnya pengajar di sekolah mereka yang membuat hampir semuanya pergi ke sini."

Dia Imam Terbaikku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang