29 - Omelan Satria

559 18 4
                                    

Suara azan subuh menggema diseluruh penjuru rumah. Maklumlah, keberadaan rumah Diandra tak begitu jauh dari masjid. Jadi cukup terdengar nyaring jika ada azan yang berkumandang.

Satria mengerjapkan matanya saat mendengar azan subuh sudah berkumandang. Dilihatnya jarum jam menunjukkan pukul 4 lebih.

Satria melihat Diandra yang masih tidur nyenyak dipangkuannya.

"Di, Diandra...." panggil Satria mencoba membangunkan Diandra dengan sesekali menepuk pipinya. "Di..." panggil Satria lagi.

Diandra nampak membuka matanya perlahan. Bangun dari tidurnya.

"Ada apa Sat?" Tanyanya lirih.

"Udah subuh, sholat gih!" Perintah Satria kepada Diandra.

"Aku lagi dapet, kamu aja sholat dulu. Masih ngantuk. Kemarin malam tidurnya kemalaman." Keluh kesah Diandra sambil bangkit dari duduknya, berdiri berjalan kearah ranjang Satria. Matanya benar-benar masih berat untuk terbuka. Dia pun memutuskan untuk kembali tidur.

Satria mengerti apa yang dimaksud Diandra. Satria hanya bisa menatap Diandra yang kembali tidur.

Tak ingin ambil pusing, Satria langsung bangkit dari duduknya. Berjalan kearah toilet untuk segera mengambil wudhu bersiap untuk sholat ke masjid yang tak jauh dari rumah. Benar-benar laki-laki idaman kan? Pertahankanlah laki-laki yang rela bangun pagi untuk menunaikan salat subuh. Karena dia bisa melawan semua godaan setan. Godaan setan aja kalah, berarti godaan wanita lain juga bakalan kalah.

Satria melirik sejenak Diandra yang masih tidur diatas ranjangnya. Lalu bergegas keluar kamar menuju masjid takut salat berjamaahnya keburu dimulai.

"Mau ke masjid mas?" Tanya mbak Ipah ketika melihat Satria buru-buru turun dari anak tangga. Mbak Ipah memang sudah biasa melihat Satria pergi ke masjid. Tapi kali ini berbeda, seperti berburu waktu.

"Iya mbak." jawab Satria.

"Neng mana?" Tanya mbak Ipah lagi.

"Tidur lagi mbak, katanya lagi dapet. Ya udah mbak, takut telat." Ucap Satria pamit. Berlari meninggalkan mbak Ipah.

-

Satria memasuki kamarnya sepulang dari masjid. Dilihatnya Diandra yang masih tidur dengan pulas. Dengan keusilan Satria, dia melemparkan sajadah yang tadi dia bawa ke arah Diandra.

Diandra langsung terbangun kaget.

"Jahat banget, kaget!" Kesal Diandra kepada Satria sembari bangun dari tidur dan bersila.

Satria langsung berjalan kearah Diandra. Duduk didepan Diandra yang duduk bersila.

"Aku masih ngantuk." Tutur Diandra lesu dan matanya yang tertutup.

"Cemen banget, gimana kalau udah nikah." Balas Satria sewot.

"Kan nanti bukan sekarang," balas Diandra malas. "Ngantuk." lanjutnya langsung meletakkan keningnya didada bidang Satria. Memejamkan mata. Sesekali mencium aroma parfum Satria yang menenangkan baginya.

"Diandra, jangan malas gini." omel Satria.

Diandra tidak menanggapi. Sudah bosan mungkin menanggapi omelan Satria yang selalu protes dengan sikapnya yang sedikit pemalas. Maklum, Satria sekolah disekolahan semi-militer jadinya kan disiplin pakek banget.

"Udah siap-siap!" suruh Satria mencengkram bahu Diandra. Menahannya agar Diandra tidak tidur lagi didadanya. Bukan apa-apa. Tapi Satria ingin membuat Diandra tidak malas.

"Tau ah." balas Diandra melepas cengkraman tangan Satria dibahunya dan bangkit dari duduknya berjalan meninggalkan kamar Satria menuju kamarnya sendiri.

Diandra & Satria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang