"Lo pacarnya Satria?" Tanya Kinara membuka topik pembicaraan. Karena sedari tadi mereka hanya diam. Menunggu Satria ataupun Diandra kembali.
"Dulu." ucap Geofany terbuka. Mungkin tidak ada salahnya untuk dia memberi tahu yang sebenarnya kepada Kinara. Diandra pasti tidak akan mau mendengarkan omongannya. Jadi, mungkin saja Kinara bisa membantu menyelesaikan kesalah-pahaman ini. Kesalah-pahaman yang Geofany buat sendiri.
Kinara menautkan kedua alisnya menatap Geofany.
"Iya, gue dulu pacarnya Satria. Setengah tahun yang lalu." Balas Geofany menjawab kebingungan Kinara.
"Sekarang?" Tanya Kinara makin tak santai. Tak sungkan lagi. Dia berpikir Geofany akan menceritakan semuanya.
"Semenjak gue mengkhianati Satria dengan teman sekelas gue, Satria langsung mutusin gue. Dia berpikir gue bakalan bahagia sama Gavin. Tapi nyatanya tidak. Gavin enggak sebaik Satria. Gue nyesel udah mengkhianati Satria. Karena dengan mudahnya ngelupain Satria yang merjuangin gue. Satria itu cowok paling baik yang pernah gue kenal. Buktinya lo lihat sendiri tadi kan? Sebenarnya tadi Satria enggak bermaksud untuk memeluk gue. Dia cuma mencoba menenangkan gue. Saat gue tahu kalau dia udah enggak suka lagi sama gue." Jelas Geofany panjang lebar kepada Kinara.
Kinara mengangguk. Mencerna kata demi kata yang Geofany ucapkan.
"Terus sekarang dia sukanya sama siapa?" Sanggah Kinara.
"Sama teman lo. Diandra." Balas Geofany berbesar hati. Mengiklaskan Satria untuk memperjuangkan kebahagiannya. Mencintai bukan berarti harus memiliki.
Kinara mengangguk. "Kita makan aja ayo! Gue udah laper. Belum makan siang." Lanjut Kinara cengengesan.
Geofany mengangguk. Sepertinya Geofany dan Kinara tidak perlu waktu banyak untuk akrab. Buktinya dalam hitungan menit. Mereka sudah mulai akrab. Padahal baru saja kenal satu sama lain.
-
Diandra terus berjalan. Entah kemana. Yang terpenting dalam pikirannya adalah pergi jauh menghindar dari Satria. Meskipun nanti hasilnya nihil. Toh mereka berdua tinggal dalam satu rumah.
"Diandra." teriak Satria.
Diandra menoleh. Mendapati Satria yang sedang berlari kecil kearahnya. Diandra kira adalah Kinara. Tapi bukan. "Kemana sih itu anak, dasar temen kurang ajar." Kesal Diandra kepada Kinara. Bukannya mengejarnya malah menghilang entah kemana.
"Di, gue mau ngejelasin sama kamu!" Ucap Satria didepan Diandra.
"Jelasin apa?" Tanya Diandra sok bingung. Sok melupakan semua kejadian yang baru saja dialami.
"Soal tadi. Soal aku sama Geofany." Ucap Satria sedikit terengah-engah karena berlari mengejar Diandra.
"Bukan urusan gue, gue bukan siapa-siapa lo!" Ketus Diandra. Tidak ingin membahas kejadian tadi.
"Iya aku tahu. Menurut kamu memang aku bukan siapa-siapa. Tapi sebaliknya bagi aku, kamu itu penting. Kamu pernah nggak ngerasain bukan siapa-siapa bagi orang lain, padahal kamu sendiri menempatkan dia segalanya? Itu yang aku rasain sekarang sama kamu. Kamu menganggap bukan siapa-siapa. Tapi, aku menganggap kamu itu semuanya." Ucap Satria membuat Diandra diam. Tidak berani untuk menjawab. Hatinya ingin sekali berteriak kalau dia sebenarnya suka sama Satria. Tapi mulutnya mendadak membeku. Tidak bisa bicara apa-apa. "Dan aku mau ngasih tahu. Bukannya selama ini kamu yang udah ngegantungin aku? Aku rela nunggu lama demi kamu, Diandra." Lanjut Satria.
Benar apa yang dikatakan Satria. Selama ini yang membuat hati Diandra sakit adalah dirinya sendiri. Bukan siapa-siapa.
"Kenapa diam aja?" Tanya Satria geram. Sedari tadi dia udah ngomel panjang lebar. Diandra malah diam tak bergeming.
Diandra menarik napas. Membuka mulutnya hendak berbicara "gue sendiri enggak tahu Sat, apa yang terjadi dengan hati ini." Ucap Diandra.
Satria menautkan kedua alisnya. Bingung dengan makna dari perkataan Diandra.
"Hati gue enggak terima kalau lo deket sama cewek lain. Kayaknya gue suka sama lo!" Balas Diandra jujur dari hati yang paling dalam mengenai perasaannya kepada Satria.
Satria tidak tahu harus sedih atau senang dengan ucapan Diandra membalas perasaannya yang sudah setengah tahun menggantung. Sebelumnya Satria tidak pernah berpikir bahwa Diandra akan bilang disaat waktu yang kurang tepat. Tempat tidak sesuai ekspetasi Satria. Satria berekspetasi ingin rasanya dia dan Diandra makan malam bersama dan saat itulah Diandra menerima cintanya. Ekspetasi memang tidak selamanya sesuai dengan realita.
"Serius?" Ucap Satria tidak percaya.
Diandra mengangguk mantap.
"Kenapa baru bilang sekarang? Udah setengah tahun digantung perasaannya." Ucap Satria meminta penjelasan dari Diandra.
"Gue tahu, gue minta maaf." Ucap Diandra meminta maaf atas perilakunya kepada perasaan Satria selama ini. "Gue kemarin cuma ragu aja sama perasaan gue sendiri." Lanjut Diandra.
"Ragu kenapa?" Tanya Satria semakin kepo dengan alasan Diandra selama ini menggantung perasaannya.
"Ya gue sendiri juga bingung saat itu ragu kenapa. Yang ada dalam pikiran gue saat itu gue cuma enggak mau nantinya gue merasa kehilangan lo." Ucap Diandra.
"Kehilangan? Aku enggak kemana-mana selama ini. Mungkin cuma pulang kerumah sendiri." Balas Satria ikut bingung.
"Iya sekarang. Nanti?" Ucap Diandra bertanya namun Satria diam. Tak menjawab. Dia bingung ingin menjawab apa.
"Tuj kan, lo aja enggak bisa jawab." Ejek Diandra. "Gue itu takut. Waktu itu kak Teguh bilang sama gue kalau lo bakalan lanjutin sekolah taruna lo. Gue kan jadi takut. Misalnya gue sama lo jadian. Gue bakalan lo tinggal terus." Ucap Diandra akhirnya. Membeberkan alasannya karena sudah menggantung Satria.
Satria mengerti sekarang. Jadi masalah itu yang membuat Diandra ragu untuk menerima cintanya.
"Emang benar apa yang dibilang bang Teguh. Aku bakalan lanjutin sekolah taruna. Tapi aku janji. Suatu saat nanti kalau ada dinas jauh. Aku bakalan sering memberi kabar!" Ucap Satria memberikan janji kepada Diandra.
"Lo yakin sama janjinya? Gue takut janji lo cuma penenang perasaan gue yang sifatnya sementara." Ucap Diandra merasa ragu.
"Seorang taruna enggak ingkar janji." Ucap Satria mantap. "Jadi, sekarang mau nggak jadi pacar?" Lanjut Satria memegang kedua tangan Diandra. Menanyakan pertanyaan yang masih sama dengan pertanyaan setengah tahun lalu.
Diandra mengangguk. Menerima perasaan Satria.
Satria tersenyum puas dengan jawaban Diandra. Tidak menyesal sama sekali. Meskipun sudah digantung setengah tahun lamanya oleh Diandra. Tapi penantiannya sudah terjawab dengan jawaban yang sangat memuaskan bagi Satria. Jawaban yang Satria harapkan.
"Tangan kamu dingin, gugup aku tembak?" Tanya Satria meledek Diandra yang sejak tadi tangannya sudah dingin.
"Apaan sih, enggak ada!" Balas Diandra tersipu malu. Menghempaskan tangan Satria yang memegang tangannya.
"Boleh peluk?" Tanya Satria ragu.
Diandra mengangguk. Memperbolehkan Satria untuk memeluknya.
Satria merentangkan kedua tangannya. Memeluk Diandra erat. Meskipun bukan pertama kalinya mereka berpelukan. Tapi rasanya beda. Status mereka sudah berubah. Dari yang dulu hanya sebatas sahabat. Sekarang berubah menjadi sahabat hidup.
Tuh kan, Diandra dan Satria udah jadian.
Dont Forget to Vote and Comment....Senin, 15 April 2019
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡♡
♡♡♡To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra & Satria [END]
Ficção AdolescenteCinta akan berjalan sesuai dengan yang di kehendakinya. Kalau dia ingin itu ya itu. Tidak bisa kita paksakan. Intinya semua akan berjalan semestinya. Terkadang kita tidak sadar akan adanya kehadiran cinta. Cinta datang tiba tiba. Dan Cinta selalu da...