Semenjak kejadian tadi pagi. Devara dan Diandra jarang sekali mengobrol. Mungkin hanya mengobrol sebentar, itupun kalau ada yang penting. Biasanya mereka selalu membicarakan hal-hal yang tidak penting tapi entah kenapa sekarang berubah.
"Lo pulangnya gimana?" Tanya Kinara kepada Diandra setelah bel pulang sekolah berbunyi beberapa saat lalu.
"Ojek, ini mau pesen." Balas Diandra membuka screen lock ponselnya.
Saat dia membuka aplikasi ojek online, tiba-tiba ponselnya bergetar. Menandakan ada panggilan masuk. Diandra sempat memutar bola matanya kala melibat nama Satria tertera dalam layar ponselnya.
"Apa?" Jawab Diandra angkat telpon.
"Santai aja dong. Enggak usah gitu." Ucap Satria kenapa Diandra yang lebih galak daripada dirinya.
"Lo ngapain telpon gue?" Tanya Diandra mencoba dengan nada yang masih sedikit kasar.
"Gue tunggu di depan gerbang!" Ucap Satria to the point.
"Gue enggak ma..." balas Diandra terpotong karena tiba-tiba sambungan telponnya terputus dan hanya mesnyisakan suara tut-tut-tut.
"Dasat nyebelin!" Umpat Diandra mematikan layar ponselnya tidak jadi order ojek online.
"Siapa yang nyebelin?" Tanya Kinara mendengar umpatan Diandra.
"Tau ah, gue mau ke depan. Udah di jemput." Balas Diandra bangkit dari duduknya berjalan ke arah luar kelas.
"Gue bareng ke depan!" Teriak Kinara ikut berjalan terburu-buru.
"Lo enggak bawa motor?" Tanya Diandra kepada Kinara yang berjalan di sampingnya.
Kinara menggeleng.
-
Benar apa yang dibilang Satria saat di telpon tadi. Diandra melihat Satria bertengger di atas motornya. Masih menggunakan helmnya yang tidak full face. Dengan jaket yang dibuka separuh.
"Itu anak caper emang. Biasanya jaketnya selalu rapat. Sekarang malah di longgarin." umpat Diandra kala melihat tampilan Satria yang berbeda dari biasanya.
"Di jemput sama siapa lo?" Tanya Kinara.
Diandra tak menjawab. Dia langsung berjalan ke arah Satria. Diikuti oleh Kinara di belakangnya.
"Lo caper ya? Pakek jaketnya dibuka. Geli gue ngelihatnya!" Ucap Diandra saat sampai di depan Satria dan langsung mengambil alih resleting jaket Satria untuk ditutup hingga batas leher.
Satria nampak terkejut dengan perlakuan Diandra kepadanya. Satria sempat melihat wajah Diandra. Mungkin setiap hari Satria sudah sering menatap wajah Diandra. Tapi tatapannya yang berbeda. Wajah Diandra di siang yang terik membuat Satria lebih tertarik untuk melihatnya. Wajah penuh butiran-butiran keringat.
Tanpa di duga dan tanpa perintah, tangan Satria menyelipkan anak rambut Diandra ke belakang telinganya. Sedikit mengusap peluh keringat yang ada di pelipis Diandra.
"Ehem." dehem Kinara merasa kacang. Sedari tadi tak dihiraukan "berasa milik berdua!" lanjutnya menyindir.
Mendengar deheman Kinara, dengan segera Diandra menjauh dari Satria.
"Siapa Di? Kayaknya udah akrab banget." Bisik Kinara kepo.
"Satria, ini temen gue Kinara." Ucap Diandra memperkenalkan Kinara. Peka terhadap perasaan Kinara. Memang Kinara adalah satu-satunya teman Diandra yang paling heboh kalau ada cowok. Apalagi cowoknya dari SMKN 2. Berasa ada artis datang.
"Satria." ucap Satria mengulurkan tangannya.
"Kinara." balas Satria menerima uluran tangan Satria.
"Dia siapa?" Tanya Kinara lagi semakin kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra & Satria [END]
Roman pour AdolescentsCinta akan berjalan sesuai dengan yang di kehendakinya. Kalau dia ingin itu ya itu. Tidak bisa kita paksakan. Intinya semua akan berjalan semestinya. Terkadang kita tidak sadar akan adanya kehadiran cinta. Cinta datang tiba tiba. Dan Cinta selalu da...