45 - Tergores

472 16 0
                                    

Kinara membuka mata perlahan, melihat keadaan sekelilingnya. Ini adalah sebuah kamar tapi bukan kamar milik Kinara. Kinara bangkit dari tidurnya. Duduk bersila diatas ranjang. Betapa terkejutnya Kinara saat melihat ada laki-laki tidur memunggunginya.

"A!" Teriak Kinara melihat punggung laki-laki itu.

Dengan spontan Odello langsung bangkit dan membungkam mulut Kinara.

"Aw, sakit." ucap Odello kala Kinara menggigit tangannya.

"Odel!" Kaget Kinara menyadari kalau yang dia gigit tadi adalah tangan Odello. "Lo ngapain disini?" Lanjutnya.

"Ini kamar kost gue." Jawab Odello tenang.

"Lo bawa gue kesini?" Tanya Kinara.

"Ya lo pikir siapa lagi?" Jawab Odello. "Tadi lo tidur, mau gue bangunin enggak tega gue. Kan tadi lo bilang kepala lo pusing." Lanjut Odello menjelaskan.

Kinara mengangguk. "Yaudah, gue capek. Gue tidur lagi ya." Lanjut Kinara kembali berbaring.

"Lo iyu gimana sih? Baru kali ini gue ngelihat ada orang kayak lo. Biasanya kalau orang ditolong itu buru-buru pergi. Nah lo malah balik tidur." Heran Odello.

"Udah Del, lo jangan berisik please. Tambah pusing gue." Jawab Kinara.

"Tau ah," jawab Odello menyerah dan kembali berbaring dilantai, beralaskan karpet.

-

"Ini barang kamu mau dibawa semua?" Tanya Diandra membantu Satria mengemasi beberapa buku, pakaian dan barang lainnya.

"Iya, kalau enggak dibawa semua kapan ngambilnya? Aku di asrama." Jawab Satria.

"Emang kamu nanti udah langsung diasrama?" Tanya Diandra yang diangguki oleh Satria. "Kita sama." Lanjut Diandra.

Satria mengerutkan keningnya, "sama apa maksudnya?" Tanya Satria.

"Ya sama, kamu pendidikan 4 tahun, aku kuliah juga 4 tahun." Jawab Diandra.

"Mungkin kita udah ditakdirin begitu, biar enggak jenuh ldr-an!" Ucap Satria.

"Sama aja. Enggak ada bedanya. Kalau udah kangen ya kangen enggak bisa ditunda. Gimana sih kamu Sat!" Ucap Diandra langsung duduk disamping Satria yang sedang memasukkan buku-bukunya kedalam kardus.

"Itu memang kamu aja yang kangenan sama aku, ditinggal balik sehari aja kangennya udah kayak ditinggal satu windu aja." Jawab Satria terkekeh.

"Apaan sih, wajar aku kangen. Karena aku benar-benar niat sayang sama kamu." Sengit Diandra. "Emangnya kamu enggak pernah kangen sama aku? Curiga aku sama kamu, beneran niat enggak sih sama aku?" Lanjut Diandra bertanya.

"Enggak usah pakek curiga gitu." Jawab Satria menatap Diandra yang sedang menyusun buku milik Satria didalam kardus.

Diandra menghela napas panjang, menghentikan aktivitas menyusun buku dan menoleh kearah Satria, memandang matanya dalam. "Karena kamu itu patut untuk dicurigai." ucap Diandra memalingkan pandangannya kembali pada buku.

"Ini yang bikin aku enggak suka sama sifat kamu, terlalu kekanak-kanakan. Sampai bosan aku ngehadepinya." Omel Satria bangkit dari duduknya, berjalan kearah almari.

Diandra terdiam mendengar penuturan Satria, dia bingung dengan sikap Satria yang tiba-tiba berubah. Selama ini Satria selalu fine-fine aja dengan sifat Diandra yang selalu kekanak-kanakan dan manja kepada Satria. Kalau boleh jujur, Diandra melakukan ini semua hanya semata-mata mencari perhatian dan juga penghilang rasa canggung diantara mereka. Lagian wajar kalau cewek suka meminta perhatian. Yang penting cari perhatian sama cowoknya sendiri, bukan cowok punya yang lain.

"Maksud kamu apa?" Tanya Diandra bangkit dan berdiri tepat dibelakang Satria.

Mendengar pertanyaan Diandra, Satria langsung diam membeku. Menyadari apa yang sudah dia ucapkan pada Diandra.

"Maksud apa? Aku enggak punya maksud apa-apa." Jawab Satria balik badan dan berlagak lupa ingatan.

Diandra menatap mata Satria dalam, "udah, kamu enggak usah berlagak bodoh gitu. Aku tau sebenarnya kamu pura-pura. Aku tau aku emang kekanak-kanakan, manja, dan suka minta perhatian. Mungkin memang kamu udah bosan kali ya sama aku?" ucap Diandra tertawa renyah. "Dan aku tau kamu itu sempurna." Lanjut Diandra melemparkan buku yang dia pegang keatas ranjang. Berjalan meninggalkan Satria dengan air mata yang membendung.

Satria menahan tangan Diandra, "itu kan Di, kamu l selalu membesarkan masalah. Udah, masalah kayak gini enggak usah dibesarin." Lanjutnya berucap.

Diandra membulatkan matanya, baru kali ini Satria bilang seperti ini kepadanya. Kalimat yang membuat hati Diandra tergores.

Diandra langsung menghempaskan tangan Satria yang menahannya. Langsung berlari keluar kamar Satria menuju kamarnya sendiri. Dan langsung membanting pintu kamarnya. Menangis sesenggukan dibawah daun pintu.

"Di." Ucap Satria menggedor pintu kamar Diandra. "Buka pintunya!" Teriak Satria. "Diandra." Teriak Satria tanpa henti. Menyadari apa yang sudah dia lakukan kepada Diandra itu sudah kelewat batas. "Diandra." Teriak Satria lagi sambil terus mengetok pintu kamar Diandra. Berharap sang pemilik kamar membukakan pintunya.

"Pergi. Aku mau sendiri." Teriak Diandra dari dalam mengusir Satria.

Satria mendengar teriakan Diandra yang memintanya untuk pergi. Tapi nyatanya Satria enggan untuk pergi. Tetap berharap Diandra membukakan pintu kamarnya.

"Aku bilang pergi ya pergi Sat, aku mau sendiri." Teriak Diandra lagi dari dalam sambil menangis. Seperti ada yang memberi tau kalau Satria masih setia didepan pintu kamarnya.

"Tapi Di." jawab Satria.

Diandra sudah kesal, dadanya naik turun. Antara menangis dan kesal beradu menjadi satu. Mengambil sling bag nya yang ada diatas nakas kamar. Ingin keluar rumah. Sekedar untuk menenangkan dan mendinginkan pikirannya yang sumpek memikirkan hubungannya dengan Satria.

Ceklek

Diandra membuka pintu kamarnya.

Satria berbinar kala melihat Diandra keluar dari kamarnya. Meski dengan mata sembab sehabis menangis atau mungkin mata yang masih menangis.

"kalau kamu enggak mau pergi. Aku aja yang pergi." Ucap Diandra berlalu pergi meninggalkan Satria yang masih mematung didepan pintu kamarnya.

"Kamu kenapa? Kok jadi marah gini. Aku minta maaf kalau aku punya salah." Ucap Satria ditelinga kanan Diandra, menahan pergelangan tangannya.

"Lepasin." Balas Diandra mencoba melepas cengkraman tangan Satria.

"Jangan marah," lirih Satria.

Diandra menatap Satria tajam. "Lepasin Sat!" Pinta Diandra yang tak dihiraukan oleh Satria, "Aku bilang lepasin ya lepasin. Tuli?" Sentak Diandra.

Satria menebalkan gendang telinganya. Tidak menghiraukan ucapan Diandra. Namun percuma, Diandra bebas dari cengkramannya.

"Kamu mau kemana?" Teriak Satria bertanya kepada Diandra yang berjalan mengarah ke tangga.

Diandra yang sudah menuruni 2 anak tangga langsung naik kembali, "bukan urusan kamu!" Ucap Diandra menoleh kearah Satria, dan kembali menuruni tangga.

Berjalan keluar rumah entah mau apa. Perasaannya campur aduk. Tak peduli dengan langit malam yang mendung. Langit malam yang tak menampakkan bulan bintangnya karena tertutup awan hitam.





Gimana? Gimana? Makin absurd kan? Pasti dong. Ya mau gimana lagi. Mau gak mau. Harus namatin cerita ini lah akunya. Tapi ya gitu, maafin kalau makin jelek ceritanya.

Dont forget to Vote and Comment

Sabtu, 3 Agustus 2019








♡♡
♡♡♡

To Be Continue

Diandra & Satria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang