2 - Akan Ada Dia

1.9K 55 0
                                    

Hari ini ayah Diandra pulang dari dinas di luar kota. Setelah hampir 4 bulan berdinas. Satya baru pulang sekarang. Rencananya hari ini Satya akan pulang pada sore hari bersama dengan Tara yang sedang menjemput Satya di kantornya.

Diandra sibuk berkutik dengan alat-alat didapur. Membantu Mbak Ipah membuat makanan untuk makan malam nanti karena sekarang sudah jam 3 sore.

"Mbak ini ayamnya dimasukin?" Tanya Diandra kepada Mbak Ipah.

"Tumisan bumbunya tadi udah wangi belum?" Balas Mbak Ipah balik bertanya.

"Udah kok Mbak," jawab Diandra sambil menghirup pelan pelan aroma tumisan bumbunya.

"Ya udah. Masukin ayamnya. Nanti setelah ayamnya di masukkin tambah air dikit. Biar bumbunya enggak gosong. Sambil masukin potongam tomat, daun jeruk, sama daun serai." jelas Mbak Ipah yang masih sibuk menggoreng bakwan jagung sebagai teman makan ayam rica-rica yang di buat Diandra.

Diandra menuruti perintah Mbak Ipah. Memasukkan bahan tambahan satu persatu. Termasuk gula dan garam. Setelah di rasa semua bahan sudah masuk. Diandra membiarkan bumbu-bumbu itu meresap ke dalam daging ayam.

"Tumben masak lo!" Ucap Teguh sembari membuka lemari es dan mengambil botol air putih didalamnya. Menuangkannya ke dalam gelas dan meneguknya hingga tandas.

"Baru bangun tidur?" Tanya Diandra kala dia melihat kakaknya itu menggunakan kaos oblong dengan celana pendeknya. Di tambah lagi dengan wajah dan rambutnya yang kusut. "Katanya mau jadi Tentara, tapi kerjaannya di rumah cuma molor mulu. Pantesnya lo tuh ya kak jadi Angkatan Kasur. Iya kan mbak?" Lanjut Diandra mengejek kakaknya sekaligus meminta dukungan dari mbak Ipah.

Mbak Ipah hanya bisa terkekeh karena kelakuan kedua kakak beradik ini.

"Berisik lo." Umpat Teguh sambil melemparkan bawang yang ada di meja kepada Diandra, tepat di keningnya.

"Awas aja lo kak," teriak Diandra kepada kakaknya yang sudah berlalu pergi dari dapur.

-

"Teguh... Diandra... ayah pulang." Teriak Satya memanggil kedua nama anaknya bergantian seperti sang anak masih kecil saja. Memang Satya adalah seseorang yang tegas. Tapi jika itu menyangkut tentang mereka. Sifat ayahnya akan berubah menjadi 180° berbeda dari sebelumnya. Memang sih Teguh dan Diandra sudah besar. Tapi Satya selalu menganggap mereka masih anak kecil. "Kalau kalian udah sukses baru ayah enggak anggap kalian anak kecil lagi." Kata Satya selalu seperti itu jika mereka bertanya mengenai Satya yang selalu menganggap mereka masih kecil.

"Ayah!" panggil Diandra kepada Satya dan langsung berhambur ke dalam pelukan Ayah tercintanya ini.

"Gimana kabar kamu?" Tanya Satya melepas pelukan Diandra.

"Baik kok yah, ayah sendiri baik?" Balas Diandra balik bertanya.

"Seperti yang kamu lihat." Jawab Satya singkat. "Teguh mana?" Lanjutnya menanyakan anak laki-laki nya itu.

"Tuh!" ucap Diandra menunjuk kakaknya dengan dagu yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Gimana kabarmu?" Tanya Satya kala Teguh menyalami tangan kekar Ayahnya itu.

"Baik." Jawab Teguh singkat.

"Sekolah gimana?" Ucap Satya bertanya kembali kepada Teguh.

"Baik juga." Balas Teguh singkat lagi.

"Ya udah, ayah bersih-bersih dulu gih. Habis itu kita makan sama-sama." Sela Tara memerintah.

"Iya yah, tadi Diandra udah masakin ayam rica-rica buat ayah." Ucap Diandra riang.

"Mbak Ipah kale yang masak." Balas Teguh tak terima dengan pengakuan Diandra.

"Apaan sih lo kak. Iri aja jadi orang." Jawab Diandra tak terima juga.

"Udah udah... Ayah kalian itu baru sampek. Capek. Tapi kalian malah ribut." Lerai Tara mereka.

"Iya iya..." jawab Diandra dan Teguh bersamaan.

Satya dan Tara berjalan meninggalkan Diandra dan Teguh menuju kamar mereka. Sedangkan Diandra dan Teguh lebih memilih menonton TV di ruang keluarga sembari menunggu waktu makan malam tiba.

-

Hening. Tak ada suara di antara mereka. Mungkin hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu menyentuh piring, menemani makan malam mereka kali ini.

"Di, Guh..." panggil Satya memecah keheningan.

Teguh dan Diandra menoleh ke arah Ayahnya. Seolah olah bertanya 'apa?'.

"Mulai nanti malam anak teman Ayah akan tinggal disini!" Ucap Satya membuka topik pembicaraan.

"Siapa?" Tanya Diandra spontan.

"Anaknya Om Ardi sama Tante Ajeng." Sahut Tara mereka menjawab pertanyaan Diandra.

"Cowok apa cewek?" Tanya Teguh memastikan.

"Cowok." Balas Satya singkat.

"Yes!" ucap Teguh spontan.

"Kenapa?" Tanya Diandra pada kakaknya yang kegirangan itu.

"Yah enggak kenapa-kenapa. Seru aja. Selama ini kan gue selalu nonton bola sendiri. Jadi kalau ada anak cowok kan gue bisa nonton bareng-bareng." Jelas Teguh.

"Kan selama ini aku juga sering nemenin kakak nonton bola." Ucap Diandra tak terima. Merasa pengorbanan dirinya selama ini yang selalu menemani kakaknya nonton bola hingga dini hari tak dihargai.

"Alah... nonton bola sama lo tuh percuma. Bukannya lo yang nemenin gue nonton bola. Tapi guenya yang nemenin lo tidur." Ucap Teguh sengit. Memang benar, selama ini jika Diandra menemani Teguh nonton bola selalu saja Diandra tertidur di setengah permainan bolanya.

"Iya juga sih, tapi seenggak-nya dihargai dong." Balas Diandra tak kalah sengit.

"Emang mau di hargai berapa?" Ucap Teguh balik bertanya.

"Di hargai belum tentu di rupiahkan tau kak!" Ucap Diandra penuh penekanan pada setiap kata yang terlontar dari mulutnya itu.

"Di jadiin quotes hari ini bagus tuh. Dapat quotes dari mana lo?" Tanya Teguh tanpa merasa bersalah.

"Bodo." balas Diandra Acuh. Melanjutkan makan makanannya yang sempat terhenti karena perdebatannya bersama Teguh.

"Udah. Ini nih yang Ayah paling enggak suka. Setiap Ayah pulang ke rumah pasti kalian selalu ribut." Omel Satya.

Diandra diam. Tak berucap apapun. Tak terkecuali Teguh yang terlihat santai tak merasa bersalah. Inilah sifat Teguh yang paling Diandra tak sukai. Dia terlalu menyebalkan.

"Ngomong-ngomong anak temen Ayah sekolah dimana?" Tanya Teguh flat.

"Di SMK Taruna." Balas Satya singkat.

"Taruna?" Tanya Diandra merasa tertarik dengan perbincangan Teguh dan Satya.

"Dia sama kok kayak Diandra." Tambah Tara.

"Berarti dia adik kelas aku dong." Jawab Teguh semangat.

"Ingat kak! Lo sekarang udah kuliah. Udah tua. Jangan sama-samain sama anak masih sekolah." Protes Diandra tak terima.

"Apaan sih lo, sewot amat dari tadi." Ucap Teguh.

"Dia juga ngambil jurusan sama kayak kamu loh Guh." Ucap Tara memberi tahu.

"Dia mau terjun ke militer juga?" Tanya Teguh bertanya pada ibunya.

"Katanya sih iya," sahut Ayahnya.

"Mungkin aja. Papanya, Om Ardi kan juga di militer." Balas Tara.

Jangan lupa vote dan coment...
Thank you

Kamis, 14 Februari 2019












♡♡
♡♡♡

To Be Continue

Diandra & Satria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang