Detik demi detik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari. Sudah dilewati oleh Diandra dan Satria. Sejak kejadian malam itu mereka semakin dekat. Sering menghabiskan waktu berdua sepulang sekolah. Termasuk yang sedang mereka lakukan sore ini. Menikmati senja di atas rooftop gedung kosong yang tidak jauh dari rumah Diandra. Saling berbagi cerita satu sama lain. Tidak peduli dengan awal pertama mereka bertemu yang terkesan sangat tak bersahabat.
"Di!" lirih Satria memanggil Diandra yang duduk disampingnya.
"Apa?" jawab Diandra.
"Yang kemarin cowok lo?" Tanya Satria mengingat cowok yang dulu pernah mengantar Diandra pulang. Walaupun kejadiannya sudah beberapa hari yang lalu. Tapi Satria masih bertanya-tanya siapa cowok itu. "Kayaknya dia suka sama lo." Lanjutnya.
"Mana gue tau, lagian gue sama dia cuma temenan. Kenapa tiba-tiba nanya gitu? Aneh banget." Jawab Diandra.
"Ya enggak papa. Nanya doang. Siapa emang namanya?" Balas Satria balik bertanya.
"Devara." balas Diandra singkat.
Satria nampak mengangguk-angguk kala mendengar jawaban Diandra tentang nama cowok itu.
"Oh ya, habis ini kan udah mau kelas 12 nih kita. Lo mau lanjut kemana?" Tanya Diandra berganti topik.
"Yaelah, masih lama juga." Jawab Satria acuh.
"Kok enggak tau sih. Kita tuh seharusnya udah punya planning buat nanti. Lo tuh enggak pernah berfikir apa masa depan lo gimana?" Balas Diandra kesal dengan jawaban Satria yang tak memuaskan baginya.
"Lo cerewet banget sih," ujar Satria berdiri dari duduknya. Bad mood-nya meledak.
"Mending cerewet dari pada lo sok cuek." Umpat Diandra.
"Oh... lo udah berani ya ngatain gue. Awas aja lo. Gue enggak bakal peduliin lo sampai kapan pun. Ngerti?" Ucap Satria terpancing emosi. Sebenarnya Satria tak ingin mengatakan itu kepada Diandra. Tapi dia juga tak ingin ada seorang pun yang mengatur dirinya. Kecuali kedua orang tuanya dan guru yang ada di sekolah. Apalagi disaat mood nya yang hancur ini. Seakan akan tak akan ada kata yang tepat kecuali umpatan.
"Lo bercanda?" Jawab Diandra memastikan dengan pernyataan yang baru saja meluncur cepat di mulut Satria.
"Muka gue kelihatan bercanda? Asal lo tahu ya gue enggak suka di atur atur ngerti!" Jawab Satria menekan setiap kata yang muncul dalam mulutnya.
"Gue nggak nyangka, lo bisa marah-marah gini sama gue. Gue kira lo bercanda. Tapi nyatanya? Padahal kan tadi gue niatnya cuma nanya baik-baik. Tapi lo udah emosi. Benar-benar gak habis pikir gue sama lo." Diandra berjalan cepat menuruni tangga gedung tua itu, meninggalkan Satria yang masih terpaku di posisinya semula.
"Kenapa gue jadi sensi sama Diandra?" Tanya Satria dalam hati pada dirinya sendiri. Hari ini mood Satria memang benar benar hancur. Sejak tadi dia pulang sekolah, ingin rasanya dia meluapkan semua kekesalannya kepada setiap orang. Sedari awal dia dan Diandra pergi. Dengan sekuat hati Satria menahan amarah atas mood nya yang sedang anjlok.
-
Satria berjalan di koridor sekolah. Menelusurinya hendak ke kelas sebrang untuk menemui sang pacar. Geofany, mungkin kalian berpikir. Di sekolah seperti ini ada seorang cewek? Jawabannya pasti ada lah, ya walaupun perbandingannya 7:1.
Satria dan Geofany sudah menjalin hubungan sekitar 6 bulan, sejak mereka ada di semester 4 ini. Entah kenapa mereka bisa kenal dan berpacaran. Sedangkan Satria sendiri adalah tipe-tipe cowok yang dingin. Pasti kalian berpikir bahwa yang mengejar itu Geofany bukan Satria. Tebakan kalian benar, tapi juga salah.
Dulu saat kelas 10 Satria memang suka dengan Geofany, saat Satria mencoba mendekati Geofany, dia langsung di tolak mentah-mentah oleh Geofany. Karena pada saat itu Geofany masih berhubungan dengan kakak kelas. Salah Satria juga sih, tidak mencari tahu status Geofany. Tapi ya sudah lah. Semua sudah terlanjur. Sejak saat itulah Satria memutuskan untuk move on dari Geofany.
1 tahun berjalan, masuk pada semester 3. Semester ini mungkin adalah semester yang cukup menyenangkan bagi Satria. Karena dia sudah berhasil melupakan Geofany. Tapi sayang, perasaan yang sudah dia buang selama ini muncul kembali karena Geofany kembali mendekatinya. Mungkin karena Geofany sudah di tinggal pacarnya lulus.
Dengan enaknya Satria menerima kedekatannnya dengan Geofany. Dia tak ingat betapa malang nasibnya saat dulu tertolak mentah-mentah oleh Geofany. Dan kedekatan mereka pun terjalin. 1, 2, 3, 4 bulan berjalan tak ada beban dan hambatan. Semua berjalan semestinya. 5 bulan barulah muncul beberapa hambatan. Geofany terlihat dekat dengan teman sekelasnya bernama Gavin. Satria juga sedikit mengenal Gavin. Tapi beberapa kali Satria melihat Geofany jalan berdua dengan Gavin tanpa sepengetahuan Satria. Ya walaupun status Satria hanya seorang pacar. Tapi setidaknya Geofany bilang padanya. Saat di kemudian hari, Satria bertanya mengenai Geofany dan Gavin. Geofany selalu bilang kalau dia ada tugas kelompok dengan Gavin. Meskipun dalam hati Satria kurang mempercaya. Dia selalu mencoba berpikiran positif tentang Gavin dan Geofany.
Satria masuk kedalam kelas Geofany. Apa yang dilihatnya di depan mata saat ini benar-benar di luar dugaan. Melihat Geofany dan Gavin sedang mengobrol dengan tangan mereka yang saling bertautan ada di atas meja. Sungguh pemandangan yang membuat Satria menyesak dalam diam.
"Ehem..." ucap Satria tiba-tiba, membuat Geofany tersentak berdiri dan melepaskan tautan tangannya.
"Satria..." lirih Geofany. "Ini enggak seperti apa yang lo pikirin Sat!" lanjutnya.
"Tenang aja, gue kesini cuma mau bilang. Kita cukup disini aja." Balas Satria singkat dan berlalu meninggalkan kelas Geofany.
Yang ada dalam pikiran Satria saat itu hanyalah kenapa Geofany seperti itu pada dirinya, bukankah dulu dia yang rela mempertaruhkan harga dirinya untuk mendapatkan Satria? Hidup manusia itu abu-abu. Tidak ada satupun yang bisa tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia selanjutnya. Bisa hitam. Dan juga bisa putih. Tergantung manusianya itu sendiri.
-
Diandra berjalan menelusuri trotoar yang membawanya kembali ke rumah. Dia tak habis pikir dengan sikap Satria tadi kepadanya. Bukankah mereka baru saja menjalin hubungan pertemanan yang baik? Tapi kenapa tiba-tiba hubungan itu kembali tidak enak? Apa yang sebenarnya terjadi. Diandra tau memang butuh waktu yang lama untuk saling memahami. Tapi bukankah waktu satu minggu ini sudah cukup untuk Diandra mengetahui beberapa sifat atau kehidupan Satria? Entahlah....
Dont Forget to Vote & Comment....
Senin, 11 Maret 2019
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡♡
♡♡♡To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra & Satria [END]
Novela JuvenilCinta akan berjalan sesuai dengan yang di kehendakinya. Kalau dia ingin itu ya itu. Tidak bisa kita paksakan. Intinya semua akan berjalan semestinya. Terkadang kita tidak sadar akan adanya kehadiran cinta. Cinta datang tiba tiba. Dan Cinta selalu da...