8 - With Devara

965 34 5
                                    

"Cie... yang makan berdua." ucap Kinara masuk ke dalam kelas bersama Bayu dan melihat Devara duduk berdua dan makan bersama Diandra.

"Katanya mau ke koperasi Dev?" Tanya Bayu duduk di bangku kosong sebrang bangku Diandra dan Devara.

"Enggak jadi, gue di ajak makan bareng sama cewek." Ucap Devara kepedean.

"Siapa yang ngajakin. Orang lo yang ngemis-ngemis minta makan." Ucap Diandra tak terima. Bukannya tadi Devara yang memintanya untuk berbagi. Sekarang malah Devara memutar balikkan fakta.

"Santai dong. Enggak usah nge-gas gitu." Ucap Devara kepada Diandra. Sebenarnya dia hanya berniat untuk bercanda tapi Diandra terlalu sensi.

"Ya harus nge-gas lah. Mau taruh mana harga diri kita sebagai seorang cewek. Iya kan Di?" Sahut Kinara dan mendapat anggukan setuju dari Diandra.

"Emang cewek itu selalu pencintraan." Timpal Bayu.

"Betul tuh." ucap Devara setuju.

"Emang cowok juga enggak pencitraan?" Tanya balik Diandra.

"Yah enggaklah." ucap Devara penuh keyakinan.

Mereka ber-empat benar-benar asyik sendiri. Asyik berdebat dengan hal-hal yang seharusnya tak di perdebatkan. Sungguh unfaedah. Mereka juga tak menghiraukan teman sekelas yang sedang menikmati masa-masa setengah jam istirahat.

"Kalau cewek sukanya pencitraan ya udah. Jangan pacaran sama cewek. Pacaran aja sama cowok yang katanya enggak pernah pencitraan." Balas Kinara menekan kata 'katanya'.

"Ya enggak gitu juga kali, Nar. Kita juga masih sehat. Sehat wal'afiat pula." Balas Devara merasa terganggu bahkan sangat terganggu dengan pernyataan Kinara.

"Ya makanya. Jangan asal ceplos aja soal cewek. Mulut tuh di jaga. Kasih gembok kalau perlu. Biar bisa jaga omongan." Jelas Kinara.

"Iya-iya, gue kan tadi niatnya cuma bercanda. Kenapa malah panjang gini yah?" Heran Devara. Bercandaannya benar-benar menjadi perdebatan.

"Bercandaan lo enggak lucu!" Tutur Diandra.

"Mereka aja yang terlalu ribet ya bro." Bisik Devara kepada Bayu. Dan mendapatkan anggukan setuju.

"Udah sana. Minggir. Gue mau duduk." Usir Kinara kepada Devara yang duduk di bangkunya.

"Ya elah. Santai dong. Lo mati mau bawa bangku?" Jawab Devara bangkit dari duduknya dan pindah duduk di bangkunya. Sebelah Bayu duduk.

"Bodo!" ucap Kinara ketus.

---

Hari ini akhirnya selesai juga kegiatan pembelajaran di sekolah. Tepat pukul 15.45 bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid sudah di perkenankan untuk meninggalkan sekolah. Tak terkecuali Diandra dan Kinara.

"Lo bawa motor Di?" Tanya Kinara pada Diandra.

"Lo kan tahu. Sehabis gue jatuh dulu, gue kan kalau mau naik motor harus izin dulu yang ribetnya ngalah-ngalah in ngurus KTP." ucap Diandra hiperbola.

"Emang lo udah ngrasain ngurus KTP?" balas Kinara balik bertanya.

Diandra menggeleng. Memang Diandra belum berusia 17 tahun. Makanya dia belum tahu ngurus KTP itu gimana.

"Terus lo pulang sama siapa?" Tanya Kinara lagi.

Diandra menggidikkan bahu. Tidak tahu.

"Bareng gue?" Ucap Kinara menawarkan.

"Jangan. Kita beda arah." Tolak Diandra tak enak hati. Arah rumahnya dan Kinara berlawanan. Di tambah lagi, rumah Kinara jauh.

"Ya elah. Enggak papa. Gue kayak siapa aja." Ucap Kinara sedikit memaksa. Memang Kinara tahu Diandra anaknya suka enggak enakan hati.

"Bareng gue aja!" Ajak Devara tiba-tiba.

Diandra nampak menaikkan kedua alisnya. Sedikit terkejut dengan ajakan Devara.

"Iya bareng gue aja. Searah juga kan?" Lanjutnya peka melihat ekspresi wajah Diandra yang nampak bingung.

"Yakin?" Tanya Kinara penuh curiga.

"Kenapa lo yang ribet sih Nar, orang yang di ajak pulang itu Diandra bukan lo." Sahut Bayu yang sedari tadi ada di sebelah Devara namun hanya diam tak bergeming.

"Gimana?" Tanya Devara memastikan.

Diandra nampak berpikir. Lalu kemudian dia mengangguk. Menerima tawaran Devara. Daripada nanti dia dipaksa Kinara untuk bareng sama dia yang berlawanan arah. Mending sama Devara yang se-arah.

Devara nampak mengangguk. "Ya udah ayo!" ajak Devara menarik tangan Diandra. Tak sadar. Devara sempat melihat ke arah Diandra yang hanya diam. Yah walaupun sebenarnya Diandra menahan senyumnya. Entah kenapa hatinya senang. Seperti banyak kupu-kupu yang terbang melayang di dalam perutnya.

"Kayaknya Devara suka deh sama si Diandra." Ucap Kinara melihat Devara dan Diandra berjalan beriringan di koridor sekolah yang sepi dengan tangan yang masih dipegang "Dan kayaknya juga si Diandra fine fine aja tuh sama Devara.." lanjutnya.

"Mereka itu sebenarnya saling menyimpan rasa. Sama-sama egois. Egois enggak mau ngutarain perasaannya. Terlebih lagi sama Devara. Dia kan laki-laki. Seharusnya laki-laki tuh berani memulai." Balas Bayu bernasehat.

"Ya elah, bahasa lo kayak orang udah ngerti aja sama perasaan." Kata Kinara memukul lengan Bayu.

"Emang." balas Bayu percaya diri dan meninggalkan Kinara yang berdiri di tempat semula menuju parkiran sekolah.

---

Di perjalanan pulang. Devara dan Diandra tidak berhenti berdebat. Medepatkan hal-hal tidak penting, yang seharusnya tidak diperdebatkan. Hingga munculah pernyataan yang di luar dugaan.

"Kenapa sih kita harus ada pelajaran matematika. Toh, kalau kita mau beli apapun langsung beli aja. Enggak perlu cari nilai X dulu." Kata Devara mengutarakan pikiran yang selama ini ada di benaknya.

"Tau! Lagian misalnya kita beli bakso di abang tukang bakso keliling yang lagi berhenti di depan rumah. Terus masa iya kita nyari nilai X dulu baru beli bakso. Keburu pergi abang tukang baksonya." Balas Diandra menimpali.

"Betul juga. Apa nanti kalau kita beli bakso harus ngukur diameter mangkoknya dulu? Kan enggak gitu juga." Ucap Devara.

"Bukan ngukur diameter mangkok-nya. Tapi ngukur diameter baksonya hahaha...." balas Diandra yang diakhiri tawanya.

Mendengar balasan Diandra, Devara juga ikut tertawa. Tertawa lepas di jalan raya pada sore hari. Tak peduli lalu lintas sore hari yang kian memadat.

"Lo lucu juga ya!" Pernyataan Devara tiba-tiba.

"Baru tahu?" Jawab Diandra di iringi tawa ringannya.

"Ya, enggak gitu juga. Tumben aja gitu sifat lo gini. Lagi good mood yah?" Tanya Devara bingung. Bukannya tadi disekolah mereka sempat berselisih paham. Sekarang malah terlihat sangat akrab.

"Bisa jadi." balas Diandra tetap tersenyum.

---


Hai... hai...
Maaf nih ceritanya makin aneh, makin gak jelas ys pokoknya makin gimana gitu. Yah maklumin aja lah yauw...
Part ini khusus Devara sama Diandra nih. Satria Diandra nya nanti dulu dong. Gantian nih sama yang ganteng satu ini. Si Devara...
Ngomong-ngomong kalian lebih suka siapa?

a. Devara-Diandra

Atau

b. Diandra-Satria

Whhh... bingung yah. Jangan bingung dong. Kan masih ada meja kalau dirumah enggak ada tiang...
Udahlah. Udah panjang banget nih basa-basi yang gaje ini. Sekian dan terima kasih. Jangan lupa Vote and Comment...

Rabu, 6 Maret 2019













♡♡
♡♡♡

To Be Continue

Diandra & Satria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang