Diandra dan Satria berjalan beriringan menuju kamar Satria yang berada di lantai atas. Di lantai atas ada 3 kamar. 1 kamar Diandra. 1 kamar Teguh dan satu lagi belum digunakan. Mungkin digunakan saat ada saudara Diandra yang menginap di rumahnya. Dan kebetulan kamar itu berhadapan langsung dengan kamar Diandra. Sebelumnya Diandra pernah memakai kamar itu tapi cuma sebentar. Karena Diandra ingin punya kamar ada balkonnya. Jadi, dia tukar kamar yang sekarang dia tempati. Sebenarnya kamar yang sekarang di tempatinya adalah kamar Teguh. Tapi berhubung teguh jarang tidur di kamar jadi ya sudah Diandra menukarnya. Maklum, anak cowok kalau tidur semena-mena. Di sofa bisa. Di lantai yang beralaskan karpet juga bisa.
Dan sekarang kamar yang ada di depan kamar Diandra akan di tempati oleh Satria. Anak teman ayahnya yang akan tinggal di sini dan belum terlalu kenal dengan Diandra, begitu juga sebaliknya.
"Ini kamar lo." Ucap Diandra sembari membuka pintu calon kamar Satria. "Yang itu kamar gue." Ucap Diandra memberi tahu padahal tidak ada yang bertanya mungkin saja Satria berpikir dalam hati bahwa "siapa juga yang nanya kamar lo." Tapi tidak apa setidaknya Diandra sudah mencoba beradaptasi.
"Ayo masuk." Pinta Diandra yang di angguki oleh Satria.
Satria melihat kamar itu. Kamar itu cukup luas. Bahkan ada kamar mandi di dalamnya. Kasurnya pun double size. Satria menyukai kamar ini. Terlihat sangat nyaman dengan adanya televisi di dinding.
"Sorry ya, disini masih ada foto gue. Belum sempet mindahin masalahnya." Ucap Diandra cengengesan sembari mengambil satu persatu figura yang tersusun rapi di atas salah satu meja di kamar itu.
Satria hanya mengangguk. Tidak memberikan respon apapun. Setidaknya dia bisa membantu Diandra membereskan. Eh, dianya malah diam mematung sambil melihat Diandra yang beberes. Cuek banget.
"Ya udah. Lo istirahat aja. Gue mau keluar. Selamat malam." Ucap Diandra akrab banget kayaknya.
Sekali lagi Satria hanya mengangguk. Tak menjawab selamat malam.
"Cuek banget sih. Balas kek selamat malam juga atau enggak mimpi indah ya." Gerutu Diandra dalam hati sambil keluar dari kamar Satria membawa tumpukan figura berisi fotonya.
-
Setelah Diandra keluar dari kamar yang sekarang sudah resmi menjadi kamarnya. Satria langsung duduk di tepian ranjang. Dilihatnya ada sebuah figura yang menarik perhatiannya. Figura itu terbalik. Satria mengambil figura itu dan melihat foto yang ada disana.
"Diandra?" lirih Satria tetap melihat foto di figura itu yang tak lain adalah sosok Diandra. Gadis cerewet yang baru saja keluar dari kamarnya. "Kelihatan cantik." Lanjut Satria tak sadar.
"Lo tuh apaan sih Sat, jangan ngaco deh, baru kenal dia tapi udah menyimpulkan tentang dia." Umpat Satria pada dirinya sendiri.
Tidak ingin berlama lama Satria tenggelam dalam pikirannya tentang Diandra. Dia langsung meletakkan figura yang berisi foto Diandra itu ke dalam laci meja. Setelah itu Satria memutuskan untuk tidur. Karena hari sudah larut malam. Besok dia masih harus pergi ke sekolah.
-
Diandra masuk ke dalam kamarnya. Dia sedikit terkejut kala melihat kakaknya tiduran sambil bermain ponsel di atas ranjang kamarnya.
"Ngapain lo kak?" Tanya Diandra pada kakaknya.
Teguh melihat ke arah Diandra yang sedang berjalan ke arahnya. "Hayo... lo habis ngapain ke kamarnya si Satria?" Tanya Teguh curiga.
"Apaan sih lo kak." Balas Diandra duduk di samping kakaknya yang tetap tiduran di atas ranjang.
"Lo ngapain ke kamar Satria? Mau macam-macam ya?" Tanya Teguh.
"Kayak anak SD deh lo. Ada cewek sama cowok berduaan aja udah cie-cie. Ngobrol bareng di juluki pacaran. Saling senyum di kira saling suka. Lo enggak lihat tadi gue di suruh ibu buat nganterin Satria?" Tegas Diandra kesal. Kenapa hidup ini ribet sekali. Dikit-dikit sudah jadi omongan. Sedikit tingkah sudah di cap jelek. Sekarang ya, logikanya emang ada manusia yang enggak punya salah. Ingat ya! Semua manusia itu pasti punya salah. Entah itu salah yang terlihat atau salah yang tak terlihat. Intinya don't judge seseorang tanpa tahu kesalahannya. Apalagi kalau tak ada fakta yang menguatkan. Dan ingat! Hidup ini pilihan. Kita bisa pilih mana yang baik dan mana yang tidak baik.
"Santai dong. Gitu aja udah sewot." Ucap Teguh sambil mengacak rambut Diandra. "Bawa figura apaan lo?" Lanjut Teguh saat melihat tumpukan figura yang ada di atas meja yang tadinya tidak ada.
"Figura foto gue," ucap Diandra fokus kepada Ponselnya.
Teguh mengambil salah satu figura. Di dalam foto itu ada foto dirinya dan Diandra sewaktu kecil. Foto itu memperlihatkan mereka yang sedang tertawa dan saling bertatap.
Foto itu mengingatkan betapa dekatnya mereka mulai dari kecil sampai sebesar ini.
"Lucu ya foto kita." Ucap Diandra kala melihat kakaknya sedang memandang foto mereka sewaktu kecil. "Aku berharap kita selalu seperti ini. Walaupun nanti kakak bakal pergi tapi kita tetap kayak gini pokoknya." lanjut Diandra kepada kakaknya.
"Mulai deh mulai." ucap Teguh tak suka dengan penjelasan Diandra.
Diandra hanya cengengesan menjawab ucapan Teguh. "Ya udah sana lo keluar. Gue mau tidur!" perintah Diandra kepada Teguh.
Teguh diam tak menjawab. Dia tetap di posisi awalnya, tak bergeming atas perintah Diandra.
Melihat Teguh yang masih tetap di tempatnya. Diandra langsung bangkit dari duduknya dan berdiri di samping kakaknya itu sambil menarik tangannya agar keluar dari kamarnya.
"Keluar kak!" perintah Diandra sambil terus menarik tangan kakaknya itu.
Kakaknya tak melawan dia hanya diam dan terus bermain ponselnya.
Bagaimana bisa Diandra mengangkat kakaknya itu. Secara tubuh kakaknya lebih berat dari pada dirinya. Lagian kakak nya juga gitu. Kalau udah pegang ponsel enggak bisa di ganggu gugat. Mungkin karena dia tidak pernah kali yah mainan ponsel. Secara kan saat sekolah dia enggak pernah bawa ponsel.
"Cepet kak." perintah Diandra lagi kepada kakaknya.
"Ogah." tolak kakaknya.
"Keluar kak, lo kan punya kamar sendiri!" Pinta Diandra lagi kepada Teguh.
"Ogah." Tolak Teguh sekali lagi.
"Keluar kak, gue mau tidur." ucap Diandra mulai kesal.
"Tidur ya tidur aja. Ngapain juga ngurusin gue." Ucap Teguh yang semakin membuat Diandra naik darah.
"Ya udah. Terserah lo." Ucap Diandra menyerah. Dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur di ranjang yang masih kosong sebelah kakaknya berbaring.
Diandra menutup matanya. Hari ini entah kenapa di lelah sekali. Padahal hari ini dia tidak melakukan aktivitas yang berat. Sewaktu di sekolah dia juga fine fine aja. Enggak melakukan sesuatu kecuali belajar dan belajar.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Diandra terlelap. Teguh melambai lambaikan tangannya di depan wajah Diandra. Memastikan kalau Diandra sudah benar benar tidur. Dan benar saja. Diandra sudah terlelap. Teguh pun kembali fokus ke ponselnya. Bermain social media. Sampai dirinya juga lelah sendiri bermain ponsel. Capek matanya melihat layar ponsel. Teguh ingin tidur. Tapi dianya mager mau pindah ke kamarnya sendiri. Dia lebih memilih tidur di sebelah adiknya itu. Toh juga enggak bakal ngapa-ngapain juga kan. So, positif thinking.
Don't forget to like and coment😊😊Selasa, 19 Februari 2019
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡♡
♡♡♡To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra & Satria [END]
Ficção AdolescenteCinta akan berjalan sesuai dengan yang di kehendakinya. Kalau dia ingin itu ya itu. Tidak bisa kita paksakan. Intinya semua akan berjalan semestinya. Terkadang kita tidak sadar akan adanya kehadiran cinta. Cinta datang tiba tiba. Dan Cinta selalu da...