Satria menghentikan motornya didepan papan besar bertuliskan "Danau Daun Hijau" nama danau yang cukup unik.
"Sebentar." ucap Satria membuka resleting tas yang dia taruh di depan badannya.
Satria merogoh tasnya. Setelah berhasil menemukan apa yang dia cari. Langsung saja menutup tasnya.
"Udah, ayo kita masuk." Ucap Satria kembali melajukan motornya menuju tempat parkir yang ada didanau ini.
"Kita ngapain kesini?" Tanya Diandra turun dari motor.
"Udah, diam aja. Gue yakin bakalan seru." Balas Satria melepas helmnya. "Ayo!" Lanjut Satria mengandeng tangan Diandra.
Diandra merasakan sentuhan hangat tangan Satria. Walaupun bukan pertama kali Satria memegang tangannya.
"Kita naik ini." Ucap Satria kala mereka sampai di depan perahu bebek.
Diandra tampak ragu.
"Udah ayo, jangan ragu gitu." ucap Satria dapat memahami raut wajah Diandra. "Pak dua orang ya." Ucap Satria kepada bapak penjaga perahu.
Bapak itu langsung mendekatkan perahu ke tepi danau tepat di depan Diandra dan Satria.
"Silakan naik mas, mbak!" suruh bapak itu.
"Lo duluan!" perintah Diandra kepada Satria.
Satria langsung naik ke atas perahu. Diandra memegang tangan Satria untuk masuk ke dalam perahu. Mereka duduk dan bersiap untuk menggowes perahu menuju ke tengah danau.
"Kok makin berat ya gowesnya?" Ucap Satria merasa semakin lelah.
"Gue enggak gowes," balas Diandra cengengesan. Sedari tadi dia tidak gowes. Dia hanya mengikuti gerakan pedalnya karena saling bertautan dengan pedal yang di gowes Satria.
"Pantesan, curang lo." Ucap Satria menoel lengan Diandra.
"Biarin, habisnya gue capek. Lagian lo tiba-tiba ngajak gue kesini. Jadinya lo yang harus gowes sendiri!" Jelas Diandra.
"Ya kan gue ngajak lo kesini sekalian mau minta maaf sama lo soal kemarin sore." ucap Satria menuturkan alasannya mengajak Diandra kesini.
"Nyogok nih ceritanya?" Tuduh Diandra kepada Satria yang tiba-tiba mengajaknya jalan.
"Bisa dibilang gitu bisa dibilang enggak." balas Satria yang langsung mendapat pukulan di lengan dari Diandra. "Lo udah maafin gue?" Tanya Satria memastikan.
"Lihat nandi aja deh, kalau tiba-tiba gue bad mood ya lo enggak jadi gue maafin," balas Diandra dengan nada angkuhnya.
"Itu sih mau lo." balas Satria menoel pelipis Diandra.
Yang dicoel malah cengengesan.
Mereka berdua mengelilingi danau menggunakan perahu bebek. Tidak salah kalau Danau ini di namai Danau Daun Hijau. Memang warna danaunya hijau. Dan dipermukaan airnya banyak dedaunan yang gugur dari pohon besar disekitar.
Diandra dan Satria saling tertawa menikmati kebersamaan mereka di tengah danau. Walaupun banyak pasang mata pengunjung lain yang melihat mereka tertawa terbahak-bahak. Seakan-akan alam mendukung mereka, selalu Ada saja hal yang membuat mereka tertawa hingga terbahak-bahak.
"Udah gue capek, capek ketawa sama capek gowes. Kita udahan aja main perahu bebek." Ucap Diandra lelah.
"Cemen banget." ledek Satria mendengar keluh kesah Diandra.
"Hey! Jaga bicaramu! Kamu laki-laki saya perempuan. Kamu sekolah dimana saya sekolah dimana?" Elak Diandra tak terima dibilang cemen walaupun memang kenyataannya. Memang terkadang cewek itu tidak suka dikatai. Cewek juga punya perasaan keles.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra & Satria [END]
Ficção AdolescenteCinta akan berjalan sesuai dengan yang di kehendakinya. Kalau dia ingin itu ya itu. Tidak bisa kita paksakan. Intinya semua akan berjalan semestinya. Terkadang kita tidak sadar akan adanya kehadiran cinta. Cinta datang tiba tiba. Dan Cinta selalu da...