30 - Sendiri

550 21 2
                                    

"Kayaknya aku minggu besok pulang." Ucap Satria tiba-tiba.

"Kenapa? Tumben." Balas Diandra heran. Tidak biasanya Satria pulang. Biasanya dia bilang malas pulang karena nanti dirumahnya dia juga kesepian. Kalau disini kan ada Diandra.

"Mau ngurus pendaftaran." Jawab Satria singkat.

"Oh gitu." Balas Diandra mengangguk paham. Tapi masih fokus dengan halaman novel yang dia baca.

"Enggak sedih?" Heran Satria yang tidak mendapat jawaban dari Diandra. Dia masih sama, tetap sibuk membaca novel digenggamannya. "Kalau ada orang ngomong dijawab!" sindir Satria.

"Kenapa harus sedih?" Balas Diandra menatap Satria malas.

"Kan aku pergi." Ucap Satria santai.

"Sat." lirih Diandra menutup dan meletakkan novel yang tadi sibuk dibacanya. "Buat apa aku sedih saat kamu pergi. Toh kamu perginya buat meraih cita-cita kamu. Bukan untuk yang lain. Kecuali kalau kamu pergi karena seorang cewek selain aku. Baru aku sedih." Jelas Diandra lirih.

"Bener enggak sedih?" Tanya Satria memastikan.

Diandra menggeleng tanpa ragu.

"Ya udah, aku mau pergi buat cewek lain aja!" Goda Satria.

"Silakan." jawab Diandra tak ragu. Dia tau kalau Satria hanya sekedar menggodanya.

"Ish... enggak. Enggak mau aku. Aku maunya cuma sama kamu." Ucap Satria merangkul lengan Diandra sok manja karena tak berhasil menggoda Diandra.

Diandra tersenyum. Menatap mata tajam Satria yang sangat dekat dengan wajahnya.

-

Bulan selanjutnya, semakin dekat dengan Ujian Nasional.

"Kamu enggak bosen? Aku lihat-lihat kamu menghabiskan waktu untuk baca novel, belajar, nonton film, baca novel lagi, belajar lagi, nonton film lagi." omel Satria melihat kesibukan Diandra yang monoton.

"Udah diam aja, jangan bawel. Ini udah kesenengan aku. Jadi kamu diam." Sengit Diandra. "Lagian bentar lagi juga udah UN." Lanjutnya.

"Iya Di, tapi jangan ngeforsir diri sendiri gitu. Refreshing dikit lah." Jawab Satria.

"Ini refreshing." Balas Diandra mengangkat novel yang dia baca.

"Ya enggak gitu juga refreshingnya." Ucap Satria malas. "Kurang berapa minggu sih kita UN?" Lanjut Satria bertanya.

Diandra menatap Satria sedikit emosi. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu.

"Kamu kurang seminggu aku kurang 2 minggu." Tutur Diandra dalam satu tarikan napas.

"Kurang bentar lagi ternyata." balas Satria santai.

"Kamu itu benar-benar cuek atau pura-pura?" Heran Diandra.

Satria hanya bisa diam. Tidak menjawab Diandra. Malah lebih fokus melihat layar ponselnya.

"Katanya kalau ada orang ngomong harus didengerin dan dijawab." Sindir Diandra. "Memang benar, terkadang banyak orang salah yang tidak mau disalahkan." Lanjut Diandra.

Satria diam tidak bisa menjawab. Dia bingung mau menjawab apa. Takut salah bicara. Diam lebih baik sepertinya untuk situasi saat ini.

-

Diandra diam dibalkon kamar, novel yang dia bawa tidak kunjung dibaca. Pandangannya kosong menatap kedepan. Entah apa yang dilihatnya hingga dia bisa mengabaikan novelnya.

"Neng?" panggil mbak Ipah masuk kedalam kamar Diandra dan berjalan kearah balkon setelah melihat Diandra ada disana.

Diandra menoleh, mendapati mbak Ipah berdiri disampingnya. "Ada apa mbak?" Tanyanya.

Diandra & Satria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang