"perkenalan tidak semuanya berawal dengan baik"
Empat pasang kaki jenjang menapak menuju kantin, menyibak kerumunan yang semula saling berdesakan
Banyak pasang mata yang tertuju, menatap dengan kagum, pujian bahkan ada pula cacian
Tak peduli
Ke empatnya berjalan santai. Menuju salah satu bangku kantin kosong yang biasa mereka tempati. Tak ada yang berani
"Gue pensen dulu" salah satunya mengacir menuju stand yang di inginkan, tanpa bertanya, seakan sudah mengetahui apa yang di inginkan dari ke empatnya
Tak lama terdengar suara bising yang cukup membuat ketiga gadis yang masih setia di meja jengah, biasa
"Pesenin gih" perintah seorang lelaki dengan wajah datar pada sahabatnya
"Lah gue?" Erza menyeru protes. Lelaki bertubuh sedikit lebih pendek dari ke tiga lelaki lain
"Siapa lagi?" Ujar Glen dengan nada menusuk. Lelaki dengan mulut pedas yang tak akan pernah terkalahkan dengan pedasnya bon cabe
"Dia noh" seorang gadis satu satunya yang tengah memainkan handphone mendongak
"Gue?" Tanya selia. Gadis yang memiliki garis keturunan Jerman itu menunjuk dirinya sendiri
"Siapa lagi?" Ujar erza membalas
"Tiru Mulu idup Lo. Ga kreatip" ucapan Glen membuat erza mengatupkan mulut. Lelah hati ia meladeni cowok mube itu. Mulut cabe
"Lelah hayati bang" ujar erza dramatis
"Ngalay"
Brak
"Ada masalah idup apa sih Lo ma gue. Capek gue capek" erza mengebrak meja itu membuat sebagian orang yang ada di kantin menoleh
"Pada ngalay. Gue aja" Vano tanpa basa basi beranjak meninggalkan kegaduhan
"Gen gue pengen jus strawberry" selia berucap, memelaskan wajah
"Bantar gue aja yang beli" gentral. Wajah dinginnya mampu membuat seluruh pasang mata melekat, tak ingin berpaling
"Berisik Mulu nih meja tetangga" Randa , gadis pecinta karate dengan tempramental yang melekat
"Julid Mulu Lo" Mera. Gadis itu datang dengan membawa nampan yang berisi makanan di atasnya
Jangan heran mengapa Mera bisa tau padahal ia baru datang memesan makanan. Mera sangat hafal di luar kepala tabiat Randa yang buruk itu
"Heran gue. Drama Mulu idupnya" ujar Randa sebal
"Heh gue ga bawa jusnya. Kaga muat tangan gue. Gantian lah" Mera mendudukkan pantatnya di kursi
Gadis itu berdiri, sedari tadi menyimak tanpa berprotes, mendengarkan tanpa berpendapat. Tatapan tajam tak pernah lepas dari matanya
Ke tiga gadis lainnya ternganga. Diam tak bersuara
"Gercep dia mah" ujar nada, sedari tadi gadis itu sibuk dengan game yang ada di handphonenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Teen Fictionclarisia niandra tatapan mata tajam dengan wajah datar adalah ciri khas seorang clarisia. bukan tiba tiba ataupun bawaan dari lahir dia menjadi orang yang dingin terhadap sekitar. melainkan sebuah tragedi, tragedi masalalu yang merampas seseorang s...