"kadang. Apa yang kau anggap remeh itu sangat berarti bagi orang lain"
Di depan mereka ada 2 sejoli yang tengah becanda. Tertawa berbahak bahak.Tatapan mata elang seseorang menusuk tepat di manik mata risi. Beberapa saat mereka saling pandang, namun tak lama
"gen. lo tau gak. Tadi di kelas ada cowo yang nembak gue masa, cupu lagi"
"trus trus gimana sel" ucap gentral antusias
"mana dia bawa boneka gede yaudah deh gue bilang gini " bukannya gimana ya, gue ga suka lo." lebih baik jujur kan"
"wahhh. Parah lo sel"
Mereka terbahak kencang tanpa peduli ada seseorang yang terus menatap lekat kedua sejoli itu dengan tatapan, ntahlah
"eh kak. Pulang yuk" risi tiba tiba berdiri
"lah kenapa ris. Mendadak banget pesanannya aja belom dateng"
"udah mau malem nih kak. Ntar di cariin mama"
"aduh lupa gue. Yaudah yuk pulang"
Sedangkan di lain sisi, gentral menatap lekat lekat punggung risi yang semakin tak terlihat
"gen"
"gen"
"WOY. DENGER KAN APA YG GUE BILANG"
"eh iya lah sel, udah yuk pulang mau malem nih. Gabaik buat kesehatan lo"
.
.
.
.
.
.
.
.Seorang gadis berdiri seperti biasa di balkonnya. Ntahlah. Dia tak suka hujan, apalagi pelangi. Dia lebih suka galaxy dan bintang. Ntah apa yang di pikir saat ini. Dia hanya diam menatap bintang paling terang
" riss. Udah malem dek gak tidur? "
Gadis itu menoleh
"eh abang, biasalah bang, gabisa tidur"
"jangan di biasain dong dek. Inget kesehatan. Jangan sampe drop lagi. Abang takut" di akhir kalimatnya, irza berkata dengan sangat lirih
"namanya juga insom bang, kalo bisa sih dari tadi juga risi juga tidur" ujar risi santai
"yaudah nih minum. Jangan ke seringan gini ya. Abang gamau kondis kamu makin melemah. Kamu bisa aja nyembunyiin sakit yang kamu rasa ke orang lain tapi ga bisa ke abang"
Irza memberikan minuman kesukaan risi. Yaitu teh kayu manis. Menurut risi bau kayu manis dapat menenangkan batinnya
"makasih bang" risi tersenyum. Namun irza tak dapat mengartikan senyum itu. Senyuman yang mampu membuat fikiran irza kacau. Karna semenjak kejadian itu risi tak pernah lagi melihatkan senyum itu.
Senyuman. Yang amat sangat menakutkan bagi seorang Ardiloa Meirza Alexoluis
Risi menyenderkan kepalanya ke pundak irza. Mereka menatap bintang bersama. Tanpa mereka sadari. Mama dan papa mereka ada di belakangnya sambil merangkul dan tersenyum
"semoga mereka slalu bahagia" clarisa tersenyum tulus
"semoga aja ma" dirga sambil mengusap bahu yang di rangkulnya
**
Selasa pagi yang sama saja bagi risi, namun bedanya, pagi ini hujan mengguyur kota jakarta
" DEKK. UDAH BLOMM. AYOK BURU NTAR TELAT" teriak irza dari dalam mobil
"IYA IYA BENTAR BANG" risia berlari sambil menenteng tasnya di pundaknya
"RISIII. JANGAN LARII"
"ADUH MAH KEBURU TELAT INI"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Teen Fictionclarisia niandra tatapan mata tajam dengan wajah datar adalah ciri khas seorang clarisia. bukan tiba tiba ataupun bawaan dari lahir dia menjadi orang yang dingin terhadap sekitar. melainkan sebuah tragedi, tragedi masalalu yang merampas seseorang s...