•21•

44 14 4
                                    

" biasalah. Namanya juga hidup. Kalo gada yang ngoreksi kita dengan cibiran, mungkin kita gatau dimana letak kesalahan kita"

Risi yang mendengar seseorang meringis pun langsung menghapus kasar air matanya

"e eh ada orang. Hehe" ujarnya cengengesan

"lah risi. Ngapain disini? " ujar orang tersebut

Risi tak menjawab. Ia tetap diam tak berniat menjawab sama sekali. Ia menundukkan kepalanya

Erza yang melihat bahu risi berguncang pun heran

Iya. Dia erza. Tidur di atas pohon setelah di hukum membersihkan taman belakang. Sedangkan yang lain ada yang membersihkan lapangan, perpus, laboratorium, dan lain lain. Tergantung seberapa sering ia melanggar

"ris. Lo gapapa? " ujarnya pelan sambil menepuk bahunya lembut

"hei. Lo kenapa? " risi tetap tak bergeming dari tempatnya

Ntah mengapa tiba tiba erza memeluk risi. Padahal ia tak berniat sama sekali

Ia mencoba memberikan ketenangan dengan mengelus elus rambutnya pelan

"luapin semua. Sama gue, di pelukan gue, lepasin semua, gue tau di balik sikap dingin lo ada rahasia yang gamau lo kasi tau ke semua orang termasuk sahabat lo"

" luapin semua ris luapin"

Risi menangis sesegukan. Tangisnya semakin menjadi

"GUE BENCI . GUE BENCI SEMUA ZA.  Gue benci.. " lirihan di akhir kalimatnya membuat erza semakin mengeratkan pelukannya

". Zaa Gue capek, gue ga kuat, gue lemah,pecundang , pengecut, Gue ga kuattt.... " lirihan itu seakan menyakitkan jika terdengar di telinga erza

"stutt. Gue emang gatau yang lo rasain tapi percaya sama gue. Ga semua yang lo pikir buruk, ga semua yang lo pikir jahat, gak semua yang lo pikir ngecewain emang sebenernya gitu. Gak semua ris. Kadang kita harus memahami dulu baru mengerti. Gue gatau gimana jadi lo. Gue ga ngerasain gmn jadi lo. Gue emang gabisa apa apa. Luapin semua sama gue ris. Luapin semua apa yang ingin lo luapin. "

Erza merasa tak ada pergerakan dan tak ada isak tangis dari risi. Yang ada hanya helaan nafas teratur yang ia bekap

Ia terus mengelus elus kepala risi dengan lembut lalu memindahkan kepala risi ke pangkuannya agar tidur risi semakin nyaman

"Ris. Bangun yuk. Udah waktunya pulang nih" ujar erza sambil menepuk pelan pipi risi yang telah di hiasi air mata yang mengering

Sebenarnya ia tak ingin membangunkan risi. Namun ia terpaksa karna ia takut jika ia menggendong risi dan mengantarnya pulang. Risi akan semakin di hujat oleh para fansnya

"emhh" erang risi sambil mengusap matanya

"eh erza. Hehe. Maaf ya. Baju lo basah" ujarnya cengengesan

"santai kali. Mau gue anter? "

"hemm. Gimana ya. Gatau juga nih gue. "

"dih gimana si ,dasar. Udah deh pulbar sama gue. Kapan lagi lo pulbar bareng cogan"

"serah dah serah" ujar risi sambil memutar bola mata malas

"btw maaf gara gara gue lo kena hukum"

"kan udha gue bilang itu sebagai permintaan maaf. Gausa di bahas lah"

"hehe. Oke oke. Makasi ke 2 kalinya"

"yaudah yuk pulang"

"eh tas gue ada di kelas"

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang