2 | Panitia lomba

288 23 12
                                    

"Fyuh, lega." Alya baru saja keluar dari kamar mandi setelah mengeluarkan sesuatu yang dari tadi sudah memberontak ingin keluar. Dia bermaksud akan kembali ke kelas, tapi di tengah jalan dia bertemu Mita—teman sekelasnya.

"Alya, lo bisa ambil buku paket biologi di perpus gak? Gue kebelet banget nih," kata Mita sambil merapatkan kakinya.

Alya mengangguk, "butuh berapa?"

"Sepuluh aja."

Alya menyatukan jempol dan telunjuknya membentuk istilah 'ok'

Saat masuk ke perpustakaan ia tidak melihat satu manusiapun ada di sana, bahkan penjaga perpustakaan juga tidak ada di tempatnya. Ia berjalan masuk ke dalam perpustakaan, matanya menangkap seseorang yang sedang tidur di kursi panjang dengan lengan kanannya menutupi sebagian wajahnya. Seseorang yang tidak asing bagi Alya, tapi dia tidak tahu pasti karena wajahnya tidak begitu jelas terlihat.

Beberapa detik matanya sempat terpaku pada orang itu sambil menerka-nerka siapa gerangan yang tidur di perpustakaan saat jam pelajaran.

"Ngapain gue jadi liatin orang ini? Tadi gue mau ngapain kesini? Oh ambil buku."

Alya berjalan ke rak buku-buku pelajaran diletakan. Matanya menyisir setiap buku yang ada untuk menemukan buku yang ia cari. Alya mendesah samar karena buku biologi ada di rak paling atas, dan dengan tinggi badannya yang hanya secuil ia tidak mungkin bisa mengambil buku itu.

Kepalanya menoleh kesana kemari untuk mencari orang yang memiliki tubuh tinggi untuk dimintai bantuan. Dan kandidat pertama adalah Seano yang sedang terlelap. Ya, orang yang terlelap itu adalah Seano.

Sebenarnya Alya sungkan membangunkan Seano dari tidurnya, tapi mau bagaimana.

"Bangunin gak, ya?" Alya terdiam untuk beberapa saat, otaknya sibuk berdiskusi haruskah ia membangunkan cowok yang sedang terlelap dihadapannya ini atau tidak.

Demi buku paket biologi Alya memantapkan tekad untuk membangunkan cowok itu.

"Oy! Cowok! Bangun! Bantuin gue, dong." Alya menggoyang goyangkan kaki Seano.

Seano yang merasakan guncangan yang di kakinya sedikit membuka matanya kemudian bangun dan menatap Alya dengan tatapan bertanya.

"Oh Seano, kebetulan deh, tolong ambilin buku biologi mau gak?"

Seano menatap Alya kemudian buku biologi yang ada di rak paling atas bergantian.

Alya sadar betul apa yang akan keluar dari mulut Seano sebentar lagi, tidak bisa dibiarkan. "Kenapa? Gue emang pendek, gak perlu dijelasin lagi."

Alya mendengus, ia sudah menduga Seano pasti akan menghina tinggi badannya, walaupun itu memang kenyataan tapi siapa yang akan terima-terima saja kalau dihina.

Seano bangkit dan mengambil buku biologi dengan mudahnya, "berapa?"

"Sepuluh aja."

Alya sedikit merasa iri dengan tinggi badan Seano, mungkin tinggi badan Alya hanya sampai sedadanya saja. Ingin sekali Alya memotong kaki Seano untuk menyambung kakinya yang pendek.

Setelah berhasil mengambil buku biologi yang berdebu, Seano memberikan tumpukan buku paket biologi itu kepada Alya. "Makasih. Gue jadi gak enak soalnya kalau ketemu lo selalu minta bantuan. Maaf ya ngerepotin."

Seano mengangguk pelan kemudian Alya pergi untuk kembali ke kelasnya.

Kalau dipikir-pikir memang benar, pertama Alya meminjam payung agar bisa pulang, kedua ia meminta tolong untuk diambilkan buku. Sungguh tidak tahu malu makhluk satu ini.

•~•

Seano dan kedua temannya baru saja memasuki kantin, ketika mereka masuk hampir semua mata tertuju pada mereka. Bisa dibilang mereka bertiga adalah orang tersohor di SMA Pelita. Seano sang maniak olimpiade, Raffa sang ketua osis, dan Alta sang kapten basket utama di SMA pelita ditambah dengan paras mereka yang diatas rata-rata. Sudah cukup menjadi alasan kenapa seantero sekolah bisa mengidolakan mereka.

"Kalian berdua mau gak jadi panitia lomba agustusan minggu depan?" Raffa membuka percakapan.

"Kita, kan, bukan anggota OSIS," kata Alta sambil memasukan tiga butir pentol ke mulutnya.

"Emang, tapi personel OSIS gak cukup karena ini acara besar. Jadi harus ada tambahan dari siswa lain. gimana mau gak?"

"Mau deh, sekalian cari pacar. Udah capek gue menjomblo," kata Alta sang presiden jomblo. Sebenarnya banyak cewek yang rela ngantre untuk jadi pacarnya hanya saja ia tidak tertarik, cewek yang berhasil membuatnya tertarik semuanya tidak berhasil menjadi pacarnya, entah karena ditolak, beda agama, bahkan sudah punya suami. Kasihan sekali manusia satu ini. Dan lagi, jangan percaya jika Alta bilang dirinya tidak laku, gak mungkin modelan seperti Lucas WayV seperti dia tidak laku. Impossible.

"Jomblo udah mendarah daging di lo, gabakal dapet pacar lo."

"Amit-amit, mulut lo, Raf, minta di ruqyah," katanya mengetuk kepala dan meja di depannya tiga kali bergantian.

Raffa terkekeh sebelum ganti menatap Seano yang masih asik dengan gamenya, "lo gimana?"

"Oke."

"Siplah, kalian. Eh? Shifa!"

Shifa menoleh kemudian berjalan mendekati meja Raffa diikuti Alya dibelakangnya.

"Apa, Raf?"

"Gue udah dapet orang buat bantu lomba minggu depan."

"Wah, bagus dong, siapa?"

Raffa menunjuk Alta dan Seano bergantian. "Nih dua tuyul ini."

Shifa dan Alya seketika tersenyum mendengar julukan yang diberikan Raffa pada Seano dan Alta.

"Gue juga mau." Semua menatap Alya hingga membuat yang ditatap sedikit salah tingkah.

Alya meringis kemudian manggaruk dahinya yang tidak gatal. "Eung, itu anu, gue juga mau bantu boleh kan?"

"Boleh, boleh banget malah." bukan Raffa yang menjawab, tapi Alta.

"Iya udah, nanti kalau ada apa-apa gue kabari lagi kalian," kata Raffa.

•~•

Alya melangkah masuk kedalam rumahnya. Seperti biasa, gelap dan hening selalu setia menyambutnya. Keadaan seperti ini sudah biasa, jadi Alya tidak memusingkan hal itu.

Selalu seperti ini, entah kenapa ketika ia di depan teman-temannya rasanya seperti orang tolol yang tidak punya beban hidup. Tapi ketika ia sendiri, semua berbalik. Segala hal yang menyedihkan tiba-tiba teringat, seribu satu masalah yang ia miliki terasa begitu berat.

Alya sering bertanya-tanya, apa yang merasakan keadaan seperti ini hanya dirinya? Sepertinya iya.

Lamunannya buyar ketika dering telepon memenuhi telingannya.

"Oyy bro, ngapain nelpon segala? Kangen nih?"

"Kumat deh lo kumat."

"Iye iye, ada apa sih, Shif?"

"Lo kan ikut jadi panitia acara osis. Besok pagi ada rapat, jangan telat, jangan molor. ngerti kan lo?"

"Kalo gue telat gimana?"

pip!

"Ih, dimatiin. Jahat banget sih," Alya ngomel-ngomel sendiri gak jelas.

tbc.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang