20 | Egois

66 10 1
                                    

Pagi buta di bandara bersama Seano dan Alta sama sekali bukan hal yang bagus. Apalagi saat ini Seano sedang dalam keadaan kurang sehat, jadilah Alya yang direpotkan. Tangannya sibuk memegang makanan Seano dan tisu untuk jaga-jaga jika Seano tiba-tiba beler.

"Hatsyii!!"

Setelah bersin Seano mengambil satu tisu yang ada di genggaman Alya kemudian menggosok-gosok hidungnya yang kemerahan dan berair.

"Dibilangin minum ini aja." Alta menyodorkan sebungkus bodrexin rasa jeruk kearah Seano.

Seano yang sudah kebal dengan kelakuan ajaib Alta hanya memasang wajah jengah yang kelewat datar. Kepala pusing ditambah lagi dengan kelakuan Alta yang luar biasa sepertinya cukup menjadi alasan jika ia tiba-tiba pingsan disini.

"Mau Seano minum selusin bahkan sekodi juga gak akan mempan Alta! Lagian itu tuh obat demam!" kata Alya disertai toyoran di kepala Alta.

"HOII WHATS UP??!!"

Perhatian mereka bertiga teralih kearah sumber suara. Terlihat Alisha dan Irina yang berlari kecil dari arah berlawanan.

Sesampainya di depan Alya, Seano, dan Alta, Irina langsung memeluk mereka bergantian.

Selesai memeluk Seano, Irina mengusap dahi Seano yang terasa hangat kemudian menyentilnya.

"Aduh! Kok disentil sih, Ma." Seano meringis sambil mengusap dahinya yang habis menjadi korban sentilan maut Irina.

"Lemah banget jadi cowok, gitu aja sakit," sindir Alisha tanpa menatap wajah Seano yang sekarang tambah merah akibat sindiran Alisha.

Alya dan Alta sedang mempersiapkan diri jika saja akan ada adegan kurang menyenangkan pagi ini, tapi sepertinya tidak akan terjadi karena pawang Alisha dan Seano ada disini.

"Udah ah! Ayo pulang."

Irina berjalan dengan Seano dan Alya yang ada di kanan kirinya. Pelan tangannya menyenggol Alya lalu memandang gadis disampingnya lembut. "Makasih ya sudah ngurus Seano selama sakit."

Jika dipikir-pikir memang benar Alya lah yang mengurus Seano selama Seano kurang sehat. Alya akan mengomel jika Seano tidak memakan bubur hambar dari hotel, dan Alya juga yang akan memaksa Seano untuk minum paracetamol yang hanya meredakan demamnya saja tidak dengan pileknya.

Tapi darimana asalnya Irina bisa tahu bahwa yang mengurus putra bungsunya adalah Alya.

"Kok Mama tau?" tanya Alya.

"Kalau yang ngurus Alta, pasti Seano gak akan balik dengan selamat," kata Irina lalu melirik Seano yang sedang bersin-bersin.

Alya dan Alisha tertawa ngakak mendengar ucapan Irina yang mungkin benar, sedangkan Alta berlagak ngambek sambil menyenggol-nyenggol Seano meminta pembelaan. Tapi bukannya pembelaan, yang ia dapat justru virus-virus pilek karena Seano bersin tepat di depan wajahnya.

"Hatsyii!!" Alta mengerjap-erjap sejenak sebelum mengusap wajahnya yang setengah basah akibat liur dan ingus Seano.

"Makasih virusnya," kata Alta disertai dengan dirinya yang melipir ke samping Alya, menjauhi Seano.

Hari masih sangat pagi, bahkan ayam pun masih enggan bangun untuk berkokok. Langit juga masih gelap belum menunjukan tanda-tanda akan segera berganti menjadi warna ungu. Namun, pesawat Seano, Alya, dan Alta telah landing dan mereka sudah sampai Jakarta dengan keadaan utuh tanpa kekurangan apapun. Itu berarti, sepanjang hari ini mereka bisa menikmati sisa-sisa dispensasi yang diberikan oleh sekolah. Siapa yang tidak senang? Tidak ada.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang