7 | Sudah punya pacar?

145 15 8
                                    

Seano berjalan sendirian menuju parkiran. Bimbingannya sudah selesai dan ia diijinkan pulang oleh guru pembimbingnya. Sesuai perbincangannya kemarin malam dengan Alisha, ia akan menjemput Alisha di kampusnya. Kemarin Seano memang menolak, tapi ia tidak setega itu sampai harus membiarkan kakak perempuannya pulang sendiri.

Sampai di depan mobil Seano merogoh saku celananya untuk mencari kunci mobil. Kernyitan tampak di dahinya saat tangannya tidak menemukan benda yang ia cari. Ia baru ingat jika kunci mobilnya ia tinggal di loker bersama dengan baju olahraganya tadi pagi. Seano mengambil langkah lebar menuju loker yang ada di koridor kelas duabelas IPA.

Dari jauh matanya menangkap siluet seseorang yang duduk dan menatap lurus kedepan. Sepertinya perempuan. Seano tidak terlalu mempedulikan itu dan terus berjalan. Langkahnya terhenti saat menyadari ia mengenal orang itu.

Alya menoleh karena merasa ada seseorang yang datang dan mengacaukan acara melamunnya.

"Seano? Baru pulang?" tanya Alya.

Seano mengangguk sebagai jawaban. Ia memang sengaja lewat koridor kelas duabelas IPS daripada lewat kantin dengan alasan lebih dekat, tapi ternyata ia malah bertemu Alya padahal hari sudah cukup sore dan semua penghuni sekolah sepertinya sudah pulang ke rumah masing-masing, kecuali dua anak manusia ini.

"Kebetulan banget!" seru Alya tiba-tiba bangkit dan menatap Seano dengan penuh binar. "Gue nebeng dong, ponsel gue mati kehabisan baterai," pintanya tidak tahu malu.

Padahal baru beberapa hari yang lalu ia malu berat pada Seano sampai menghindar untuk bertemu. Sekarang malunya sudah hanyut di sungai belakang sekolah bersama ikan-ikan kuning yang panjang nan menggemaskan.

Tiga detik Alya tidak mendapat jawaban dari Seano, ia hanya mendapat wajah datar Seano yang masih menatapnya, tentu dengan tatapan yang datar pula.

Alya mendengus, "yaudah kalau gak mau gapapa!" ucapnya pada laki-laki yang sedang berdiri dihadapannya dengan nada yang sedikit meninggi. Dia yang minta nebeng, dia sendiri yang galak.

Setelah Alya berkata begitu, Seano kembali berjalan meninggalkan Alya yang sedang menatapnya tak percaya. Oh ayolah... Alya pikir Seano akan minta maaf dengan lembut, membujuknya, dan mengiyakan permintaan nebengnya, tapi nyatanya?!

Alya mencebik dan menghentakan kakinya ke lantai dengan keras. Laki-laki yang sekarang hanya bisa ia lihat punggungnya itu benar-benar tidak peka.

Dengan segala kegondokannya pada Seano, Alya dengan sangat berat hati berbalik badan pergi dari sana. Siap-siap kakinya pegal karena harus pulang jalan kaki. itung-itung olahraga katanya masih mencoba positive thinking.

"Jadi gak?"

Mata Alya membola dan kakinya berhenti melangkah saat sebuah suara dari orang yang ia tuduh tidak peka itu terdengar di telinganya. Ia balik badan dan mendapati Seano dengan wajah datarnya di ujung koridor sana.

"JADI DONG!!" teriakan Alya sampai bergema di sepanjang koridor saking kencangnya.

Beruntung hanya mereka berdua yang masih ada di kawasan sekolah, jika tidak bisa-bisa Alya disumpal kaos kaki yang dijemur teman-temannya di pinggiran jendela oleh Bu Roro yang terkenal galak.

Untung saja hari ini Seano membawa mobil. Ia sengaja membawa mobil karena akan menjemput sang kakak yang tidak bisa dibonceng motor, Alisha takut terbang karena badannya kekurusan.

Suasana di dalam mobil tidak jauh berbeda dengan kuburan, sepi. Baik Alya atau Seano tidak ada yang membuka mulut.

Alya memecah keheningan yang menyelimuti mereka dengan teriakan menggelegar, "LAH WOY! RUMAH GUE BELOK SEANO!!"

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang