6 | Memalukan

155 16 4
                                    

Setelah drama uang ketinggalan dua hari yang lalu. Alya sedikit malu untuk menampakan wajahnya di depan Seano dan semesta sepertinya berpihak padanya karena selama dua hari ini ia tidak melihat penampakan Seano ataupun dua curutnya.

Pikirannya kembali berkelana di kejadian setelah Seano membayar belanjaannya yang melebihi batas wajar.

"Makasih banget, Sean! Gila malu banget!"

Seano mengangguk. "Mau bareng?"

Alya nyengir hingga matanya hanya membentuk garis lurus. "Jujur gue malu sama lo, tapi gapapa deh gue nebeng, hehe."

Untuk kesekian kali Seano mengangguk.

Di mobil hanya bacotan Alya yang terdengar dan Seano hanya menanggapinya dengan anggukan atau sesekali deheman. Tolong jangan kaget karena Alya anaknya memang SKSD, sok kenal sok deket.

"HUWEE KEBABLASAN!!!" teriak Alya tiba-tiba. Seano spontan menginjak rem dan membuat mereka sedikit terpental ke depan.

"Sorry sorry."

"Iya, tunggu sini! gue ambil uang dulu." Alya buru-buru keluar dari mobil Seano.

Tidak sampai lima menit Alya kembali dengan uang yang ada di genggamannya.

tok tok

Kaca mobil dibuka hingga menampilkan wajah Seano. "Noh, makasih ya Seano, gue jadi gak enak sama lo."

Seano mengangguk lagi lalu menerima uang dari Alya. "Santai aja."

Kalimat 'santai aja' tidak cukup untuk membuat Alya tenang dari rasa malunya. Alya gengsian dan perfeksionis, bagi kalian yang sifatnya berkebalikan dengan Alya mungkin santai-santai saja, toh Alya mengembalikan uang Seano. Tapi bagi seorang yang sifatnya seperti Alya itu adalah hal yang sangat buruk.

"ALEX!! WOY kapan datengnya?!" pekikan Shifa berhasil mengembalikan pikirannya ke tempatnya.

Alya baru sadar dia sudah berada di depan pintu kantin. Sialnya Seano and the gang telah duduk manis disana.

Shifa bergegas masuk menghampiri orang yang membuatnya memekik. Sedangkan Alya, dia masih belum mendapat keberanian untuk masuk ke dalam sana.

"ALYA! sini! ngapain di situ?!" teriak Shifa saat menyadari Alya tertinggal di belakang, ah bukan tertinggal, tapi meninggalkan diri di belakang. Dengan sisa keberanian yang dimilikinya perlahan ia mulai menyusul Shifa yang sekarang sudah bertos ria dengan seseorang di depan sana.

"Eh, Alya, apa kabar bosku?" sambut Alex saat Alya sudah sampai di depan mereka semua.

"Baik kok, lo?"

"Kapan sih kabar gue gak baik-baik aja."

"Kapan lu dateng? Lexa mana kok gue belum ketemu?" Shifa bertanya pada Alex sambil menyendok bakso milik Raffa.

"Jangan diabisin woy!" Raffa memukul punggung tangan Shifa dengan sendok.

Shifa nyengir. "Ehehe, maap sayang."

"Wah! kapan nih? kok gak kabar-kabar." tanya Alex karena memang hanya dia yang belum tahu kalau sahabatnya dan sahabat kembarannya ini sudah resmi berpacaran.

For your information, Alex ini salah satu sahabat Seano. Alex mempunyai kembaran, namanya Lexa yang merupakan sahabat Alya dan Shifa, oleh karena itu mereka bisa saling mengenal bahkan cukup dekat. Namun, sekitar satu tahun yang lalu Alex dan Lexa pulang ke kampung halaman Papa mereka dan baru kembali sekarang.

"Jawab dulu pertanyaan gue dong!" sungut Shifa.

"Kemarin malem." jawaban Alex kompak membuat Shifa dan Alya terbelalak.

"Buset dah, lu dateng kemarin malem terus langsung sekolah?" tanya Alya sedikit mendrama.

Alta melempar gumpalan kertas tepat ke wajah Alya sambil berkata, "biasa aja kali ah, Alya mah suka lebay."

"Ya gimana, Lexa aja belum masuk lah ni bocah udah disini aja." Alex cuma nyengir aja.

"Seanoooo, lo masih jadi kulkas aja dah, gue ngiranya setelah balik lo jadi bacot ketularan si Alta." Alta yang disebut namanya sudah siap menghadiahkan gumpalan kertas untuk wajah tampan Alex.

"Gausah bawa-bawa gue dong setan!"

"Lo gak bawa oleh-oleh?" satu kalimat dari Seano sudah seperti sihir hingga membuat semua makhluk penghuni meja menoleh penuh padanya.

"Anjir lu, sekalinya ngomong minta oleh-oleh."

"Yaudah gue diem."

"Nah loh nah loh, ngambek dong Aanya." kompornya Alta nyala.

"Emang kulkas bisa ngambek?"

"Wah! Sean, kalo gue jadi lo, gue gak akan terima dikatain kayak gitu." Alta mengompori lagi. Alya sampai ke-trigger dengan ucapan Alta.

"Mulut lo kompor banget sih, Ta. Emang salah apa gue nanya?!"

Alta garuk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Ia bingung harus merespon apa kalau Alya sudah ngegas seperti ini. "Hehe, pms ya mbaknya?"

"Kalau iya?!"

"Habisin aja, Al." Seano ini jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong memang agak ngeselin.

•~•

Sore ini, Seano sedang membantu Irina membuat kue di dapur. Jangan salah, Seano bisa dibilang cukup mahir dalam urusan dapur. Irina membiasakan anak-anaknya untuk melakukan pekerjaan rumah sekalipun Seano adalah anak laki-laki.

"Sean, besok jemput gue ya."

Perhatian Seano teralih dari tepung-tepung dihadapannya kepada Kakak Perempuannya yang berada di meja makan tepat depan mereka.

"Gak bisa," jawab Seano sekenanya. "Gue ada bimbingan besok, pulangnya agak sorean."

Irina menoleh. "Mau ada lomba, Dek?"

Seano mengangguk mengiyakan.

"Pacar lu kemana emang Sha?" Seano terbiasa memanggil Kakaknya tanpa embel-embel kak, mbak, mpok atau apapun itu. ia selalu memanggil Kakaknya dengan nama, Alisha. Tapi ia lupa jika sekarang ada Irina diantara mereka.

"Dek, dibiasain pakek Kak, jangan nama aja. Gitu-gitu dia Kakak kamu," tegur Irina sambil mengetok telur ke pinggiran wadah.

"Tau tuh Ma, Seano kebiasaan." Alisha melempar sebiji kacang kepada Seano dan mendarat mulus di dahi cowok itu.

"Anj-"

"Ngomong apa Adek?" Seano langsung kicep kalau sudah begini. Dia memberi pelototan kepada Alisha yang sudah tertawa menang.

Alisha menggoyangkan mangkok dihadapannya yang berisi kacang. "Biasanya kacang segini cukup Ma? Kenapa nambah lagi?"

"Mau bagi-bagi sama tetangga," jawab Irina yang membuat dua anaknya mengangguk-angguk.


tbc.

sy tau ini pendek, tapi enjoy aja

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang