Terkadang amarah dan kekecewaan akan hilang begitu saja
Karena terkalahkan oleh satu rasa
Yaitu rasa sayang- Ranalya Syakilla -
•~•~•~•~•
S
ebuah cafe bergaya paris dengan lampu yang sedikit temaram, mengantarkan pikiran Alya pada tempo hari saat ia pulang dari bolos sekolah.
"Ibu?"
Mata Alya terbuka lebar menatap seseorang yang berdiri di dapur menatapnya.
"Udah pulang?" tanya Sang Ibu.
"Eh? I-iya." Alya rela jika ia harus menemani Malin Kundang menjadi batu karena berbohong pada Ibunya.
"Ibu mau bicara sebentar," ucap Tiffany lembut lalu berjalan duduk di sofa ruang tengah.
Alya yang akan naik ke kamarnya mengurungkan niat dan mengikuti Sang Ibu duduk di ruang tengah.
Tiffany berdehem sebelum membuka suara, membuat Alya yakin seratus persen yang akan dibicarakan ibunya adalah perihal yang serius.
Tiffany menatap lekat kedua manik Alya dan meraih tengan Alya untuk ia bawa ke genggemannya. Tiffany menghela napas untuk menetralkan perasaannya saat akan mengatakan berita yang masih mengambang antara berita baik atau buruk.
"Sebelum itu, Ibu minta maaf karena setelah ini mungkin Ibu akan lebih sering tidak ada untuk Alya," ucap Tiffany sama persis seperti yang ia ucapkan ketika terakhir kali bertemu Alya.
Ingat ketika Alya berada di rumah Lexa, tapi ia harus pulang lebih dulu setelah mendapat telepon? Ya, saat itu Tiffany yang menelponnya dan mengajak untuk bertemu.
Alya memberikan respon yang sama seperti saat itu, "Alya gapapa, udah biasa juga."
Tiffany tersenyum. "Kamu tau tidak, jika orang tua dari anak perempuan harus siap menyerahkan putri mereka pada orang yang akan menjadi pendamping hidup putrinya?"
Alya mengangguk, ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Ibunya bicara tentang suatu hal yang tidak mungkin terjadi dalam waktu cepat.
"Dan sekarang saatnya." tiga kata dari Sang Ibu meruntuhkan segala ketidakmungkinan yang baru saja melintas di pikirannya.
Alya melepas tangan Tiffany yang merengkuh tangannya, ia mundur beberapa senti kebelakang. "Maksud Ibu?" tanyanya dengan kekehan tidak percaya.
"Papa menjodohkan kamu dengan anak temannya, Sayang."
Berita macam apa yang diucapkan ibunya saat itu, sungguh Alya berharap semua itu hanya omong kosong. Dan lagi, sayang? Ibunya memanggilnya sayang? Baru disaat-saat seperti itu ibunya akan memanggilnya sayang. Basi.
"Ibu dan Papa bercanda? Alya masih sekolah, Bu? Gimana masa depan Alya?" mata Alya yang dipenuhi kekecewaan menatap tidak percaya kearah wanita yang sempat tidak ia percayai pernah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya ke dunia.
"Ibu dan Papa serius, ini semua untuk masa depan kamu, Nak. Ini rencana yang bagus untuk masa depan kamu," ucap Tiffany yang lagi-lagi membuat Alya kecewa. Bagaimana bisa perjodohan di usia muda merupakan rencana yang baik untuk masa depan. Alya tidak paham dengan jalan pikiran orang tuanya.
"Tapi-"
"Alya sayang, kan, sama Ibu dan Papa? Alya mau, kan, melihat Ibu dan Papa bahagia? Ibu mohon, sayang, untuk sekali ini dengarkan Ibu dan Papa. Ini bukan hal yang buruk, ini demi kebaikan kamu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seano Magara✓
Teen FictionRanalya Syakilla, perempuan lugu nan polos yang kerap diajak bercanda oleh takdir. Dia perempuan sederhana, tapi rumit hidupnya. Dia perempuan yang hanya ingin cinta, tapi tidak pernah mendapatkannya. Hingga suatu hari tanpa disengaja, seseorang pe...