Pagi ini cuaca sedikit mendung, jadi hawanya terasa lebih dingin dari biasanya. Meski begitu, di pagi hari yang dingin ini Seano sudah berada di sekolah, tepatnya di koridor kelas IPS. Pagi ini ia tidak berangkat bersama Alya karena Alya berangkat bersama papanya.
Seano tersenyum tipis di tengah koridor. Senang rasanya hubungan Alya dengan papanya sudah mulai membaik. Selain itu ia juga senang hubungannya dengan ayahnya juga jadi seperti semula.
Kini Seano tahu, semua perkara waktu.
"Pagi, Seano."
Seano berhenti juga tersenyum di depan perempuan yang dari tadi memenuhi pikirannya.
"Pagi juga," ucap Seano lalu merogoh tasnya kemudian mengeluarkan kotak makan berwarna merah terang. "Dari Mama. Dimakan, ya."
Alya menerima kotak itu dengan senyum lebar.
"Mama Irina peka banget. Makin sayang."
Seano terkekeh sebelum tangannya bergerak untuk mengacak puncak kepala Alya.
Hal itu berhasil membuat Alya tersenyum makin lebar hingga senyumnya menular pada Seano, kini Seano tersenyum lebar sekali hingga lesung di kedua pipinya muncul ke permukaan.
"Seneng banget?" tanya Seano pada Alya yang dari tadi terus memasang senyuman seolah semyumnya akan dicuri orang jika ia lepaskan barang sedetik.
Alya mengangguk semangat.
Sudah cukup jelas bagi Seano kalau Alya sedang sangat bahagia pagi ini. Mungkin itu karena papanya. Entahlah Seano juga tidak mengerti, bagaimana bisa papa Alya menjadi penyebab sakit hati terhebat Alya sekaligus menjadi penyebab senyuman terbahagia Alya.
Namun apapun itu, Seano tidak peduli. Karena yang terpenting Alya bisa bahagia.
"Bagus, terus kayak gini, ya. Ya udah, aku balik. Dimakan jangan lupa."
Alya memberi hormat kepada Seano lalu berkata, "Siap kapten! Laksanakan."
Seano melangkah mundur sambil melambai kearah Alya. Dan jangan lupakan juga senyumnya yang bertambah lebar seiring dengan langkahnya yang semakin menjauh.
Setelah Seano hilang ditelan tembok belokan koridor, Alya masuk ke kelasnya. Dan hal pertama yang dia lihat adalah Lexa yang menunduk menyembunyikan wajahnya di balik lipatan siku. Sejenak Alya mengernyit sebab pemandangan seperti ini tidak biasa terjadi.
"Kenapa?" Alya bertanya sembari menyentuh lengan Lexa pelan.
Lexa mendongak menatap Alya dengan raut wajah yang super kusut. Sangat bukan Lexa sekali. Lexa biasanya periang dengan wajah yang berseri, namun pagi ini justru sebaliknya.
"C--"
"Gue skip sekolah, kalau guru tanya bilang gue sakit."
"T--Lexa!!"
Lexa memotong ucapan Alya dan pergi begitu saja dengan membawa tasnya.
Alya hanya bisa menggeleng sambil mengangkat bahu ketika Shifa yang baru datang dan berpapasan dengan Lexa memberikannya tatapan tanya.
"Ada masalah?" tanya Shifa begitu ia sampai di depan Alya.
"Jelas ada, tapi masalahnya apa nggak tau."
Shifa menoleh dan menatap nanar pada pintu kelas. Tidak biasanya Lexa begini.
"Coba gue tanya Alta, ya?"
Alya berinisiatif untuk menanyakan masalah yang mungkin sedang menimpa Lexa pada Alta. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sederet kalimat tanya kemudian mengirimkannya pada Alta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seano Magara✓
Ficção AdolescenteRanalya Syakilla, perempuan lugu nan polos yang kerap diajak bercanda oleh takdir. Dia perempuan sederhana, tapi rumit hidupnya. Dia perempuan yang hanya ingin cinta, tapi tidak pernah mendapatkannya. Hingga suatu hari tanpa disengaja, seseorang pe...