4 | Lomba yang ditunggu

181 16 9
                                    

Sore ini, hujan turun cukup deras. Seano menyukai ini. Aroma tanah yang khas sangat memanjakan hidungnya. Ia begitu tenang, menikmati tetes demi tetes air yang turun dari langit. Berbeda dengan gadis di sampingnya. Terlihat jelas bahwa gadis itu merasa kurang nyaman.

Alya merasa benar-benar kedinginan. Berulang kali ia menggosokkan telapak tangannya untuk mengurangi sensasi dingin yang menusuk kulitnya. Ia sedang berteduh di emperan toko dengan Seano. Mereka terjebak hujan dan Seano tidak membawa jas hujan.

Alya tidak suka hujan, oleh karena itu ia merasa sangat tersiksa dengan suasana ini. Ia terus bergerak, menggosok tangannya, menggoyangkan kakinya, sampai merapatkan pelukan untuk dirinya sendiri. Hal itu membuat Seano menoleh padanya.

"Dingin?"

Alya menoleh. Kepalanya mengangguk tanda kalau yang Seano tanyakan benar adanya.

Seano melepas jaket yang dia pakai dan memberikannya pada Alya. Sungguh, Alya melting dengan perlakuan Seano sekarang. Mirip dengan adegan di drama-drama katanya.

Suasana antara Alya dan Seano terasa sangat suram dan sunyi sekarang. Alya diam, Seano diam. Hanya suara gemericik hujan yang terdengar, ditambah hari sudah gelap. Entah kenapa mulut Alya yang biasanya gak bisa berhenti berbicara, sekarang justru sulit untuk berbicara.

Berbeda dengan Alya, Seano sangat menyukai hujan. Menurutnya hujan adalah nikmat Tuhan yang begitu menenangkan. Hujan bisa membuat Seano tenang. Hujan juga yang bisa membuat dia melupakan masalahnya.
Tapi hujan telah reda sekarang. Seano segera mengajak Alya pulang, karena daritadi anak itu merasa tidak nyaman.

"Udah reda, ayo balik." Seano berjalan diikuti Alya dibelakangnya.

Di perjalan, Seano menjalankan motornya dengan kecepatan normal. Di tengah perjalanan ia merasa punggungnya terasa berat seperti ada sesuatu yang menimpa. Dilihatnya kaca spion dan mendapati Alya yang tengah tertidur di balik punggungnya.

•~•

Setelah persiapan yang cukup panjang, akhirnya lomba yang ditunggu-tunggu datang juga. Semua panitia sibuk dengan urusan masing-masing. Termasuk Seano yang sedang membawa seember air ke tengah lapangan. Dia mendapat bagian menjadi panitia di lomba estafet air.

"Woy, Seano. Airnya kurang, lagi dong!" Alta berteriak dengan santainya sambil memakan siomaynya. Padahal dia juga panitia di lomba ini.

"Ogah, lo aja sono!" Tepat setelah mengucapkan itu, Seano balik badan dan melihat Alya yang kesusahan membawa seember penuh air.

"Bantuinnn!!" Seano yang melihat Alya kesusahan seperti itu masih tetap diam di tempat.

"Woy Seano, bantuin!" Baru setelah Alya berteriak lebih kencang Seano berinisiatif untuk mengambil alih ember di tangan Alya.

Setelah semua persiapan selesai, siswa dari kelas 10 sampai kelas 12 semua berkumpul di lapangan utama guna melakukan pembukaan acara lomba agustusan kali ini. Pembukaan tidak berlangsung lama, agar mulainya acara juga tidak terlalu siang.

Sekarang semua siswa sudah menempati pos lombanya masing-masing. Lomba estafet air sudah penuh dengan siswa yang mengantre menunggu giliran.

"Siap adek-adek? Hitungan 3 mulai, 1 2 3 yokk!!" Alya berteriak heboh memberi aba-aba kepada regu pertama yang bertanding. Dia sangat excited bisa menjadi panitia di lomba ini. Setidaknya sekali seumur hidup dirinya bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi bagian penting dari suatu acara besar.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang