19 | Realistis

72 13 0
                                    

"Salah satu cara menghindari sakit hati adalah berpikir realistis"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Salah satu cara menghindari sakit hati adalah berpikir realistis"

-Seano Magara

.
.
.

Langit malam Samarinda kali ini sungguh cantik, dan Seano, Alya, Alta tidak menyianyiakan kesempatan tersebut. Mereka duduk di belakang penginapan yang memiliki pelataran lebar untuk sedikit menenangkan pikiran setelah konferensi yang panjang dan memusingkan.

Keheningan masih menyelimuti mereka hingga menit kelimabelas duduk disana. Entah mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, atau tidak tahu harus membicarakan apa.

"Kok gak pake jaket?" tanya Seano pada Alya yang hanya mengenakan kaos lengan pendek.

"Tadi dipinjem sama temen," jawab Alya jujur.

"Cuaca kan lagi dingin, kenapa dipinjemin?"

"Ya gak enak lah, orang pinjem gak dipinjemin."

Seano mendengus dan tersenyum remeh, "jangan gak enakan sama orang, nanti orang jadi seenaknya sama lo."

"Iya."

Seano mulai membuka jaket yang membungkus tubuhnya, menyisakan kaos hitam polos yang kini terpampang jelas.

"Nih pake, nanti lo ngerepotin gue kalo sakit." Seano memberikan jaketnya lalu membantu Alya memakainya, ia juga meresletingkan jaketnya yang dipakai Alya hampir ke menutupi mulut cewek itu.

"Ih, jangan tinggi-tinggi!" tangan Alya sudah bergerak ingin menurunkan resleting, tapi Seano menahan tangannya.

"Biar gak dingin."

"Tap--"

Tringtiriririring...

Protes Alya terhenti karena ponsel Seano yang tiba-tiba berdering. Seano merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel yang terus berbunyi nyaring.

Nama Ayah terpampang di layar ponselnya, tanpa ragu ia menggeser tombol merah menolak panggilan tersebut.

Alya yang tidak sengaja melihat seketika membulatkan mata tak percaya. "Kenapa ditolak?!"

"Gak penting," ucap Seano yang membuat Alya melotot semakin lebar.

"Gue kalo ditelpon papa gue rasanya seneng banget, bahkan sampe pengen gue umumin di speaker masjid! Dan lu malah nolak panggilan dari ayah lo? Seano lu gila??!" ungkap Alya penuh ketidakpercayaan.

"Lu berdua dari tadi nyerocos, gue gak diajak anjir!"

Seano dan Alya seketika menghentikan perdebatan dan menoleh pada Alta sambil nyengir.

"Oh iya gue lupa ada lo," kata Seano dengan senyuman lebar hingga lesung pipinya terlihat.

"Wah Seano! Lo punya dimple?!" tanya Alya takjub. Ia memang begitu menyukai dimple.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang