29 | Belajar menerima kembali

37 9 0
                                    

Seano memang siswa berprestasi, tapi tidak menutup kemungkinan kalau Seano juga malas ketika jam pelajaran terakhir. Seperti saat ini, di jam pelajaran terakhir yang merupakan mata pelajaran biologi, Seano tiba-tiba terserang kemalasan luar biasa. Bukan hanya malas, ia juga mengantuk setelah gurunya mendongenginya tentang asal usul zigot.

Tak lama setelah itu, bel pulang sekolah berbunyi bak pahlawan bagi siswa-siswi yang kepala juga matanya sudah berat. Setelah bel berbunyi, lesu yang semula menghiasi wajah lenyap diganti dengan sumringah, begitupun dengan mata yang awalnya sayu menjadi penuh binar. Hal itu juga berlaku untuk Seano.

Seano yang awalnya lemah, letih, lesu, kini menjadi segar dan bergairah. Tapi hanya sebentar, karena setelah itu semangatnya lenyap bersamaan dengan keluarnya ia dari kelas. Seano yang awalnya semangat, menjadi lesu kembali karena sinar matahari yang luar biasa panas. Kalau sudah begini Seano malas untuk kemana-mana. Panas.

Cuaca memang tidak bisa diprediksi akhir-akhir ini, kadang panas, kadang dingin, kadang hujan. Buktinya hari ini. Setelah beberapa hari diguyur hujan deras, hari ini malah disengat sinar mentari yang panasnya hampir sama dengan pantat panci yang habis turun dari kompor.

Dengan kecewa Seano balik badan untuk kembali masuk kelas, namun nahas, begitu ia balik badan dahinya menabrak dahi Alta yang ternyata berdiri di belakangnya.

Dak!

Benturan tak terelakan. Alta maupun Seano sama-sama meringis kesakitan. Benturan antara kepala Seano dan kepala Alta begitu keras, hingga membuat Raffa dan Alex ikut meringis dan mengelus dahi mereka.

"Kalau otak gue geser gimana?!" Alta berseru heboh sambil mengusap dahinya yang masih sangat sakit.

"Awas, udah di pucuk berarti," jawab Alex dengan santainya, dan hal itu sukses membuat Alta menekuk muka.

"Seano!"

Seano juga Alta, Alex, dan Raffa menoleh kearah sumber suara, hanya untuk mendapati Alya, Shifa, dan Lexa sedang berjalan beriringan kearah mereka.

"Yaya nggak masuk, Lex?" tanya Lexa kepada Alex, pasalnya tadi ketika ia mampir ke kelas Yaya untuk mengajak Yaya kesini, teman Yaya bilang kalau Yaya hari ini tidak masuk. Jadinya Lexa penasaran kenapa Yaya tidak masuk.

"Hooh, sakit katanya."

"Oh..."

"Gue duluan, ya, nanti keburu benjol ini jidat."

Seluruh atensi beralih dari Alex dan Lexa menjadi ke Alta. Mereka cukup dibuat heran ketika Alta melangkah menjauh sendirian, tidak dengan Lexa. Padahal biasanya Alta akan pulang bersama Lexa.

"Lexa nggak bareng Alta?" Alya berinisiatif bertanya.

Alta yang memang belum berjalan terlalu jauh masih cukup bisa mendengar pertanyaan Alya untuk Lexa, tapi ia tetap enggan berhenti dan lanjut berjalan menjauhi sahabat-sahabatnya.

Kentara sekali Lexa sedikit gelagapan setelah pertanyaan Alya terucap, bahkan Lexa juga terbata ketika menjawab pertanyaan Alya.

"E-eh? Ah, nggak, gue bareng Alex."

"Dih, og—AAA IYA IYA!"

Baik Alya, Seano ataupun yang lain tahu ada yang tidak beres dengan Alta dan Lexa. Terlebih lagi beberapa hari yang lalu Seano dan Alya mendapati Alta dan Lexa yang sedang cekcok di koridor. Mereka bertanya kenapa, tapi baik Alta atau Lexa mengatakan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena hanya masalah biasa. Awalnya Seano dan Alya percaya, tapi setelah melihat minimnya interaksi keduanya kemarin malam di rumah Alya, tingkah Alta saat ini, dan gelagat juga jawaban Lexa atas pertanyaan Alya barusan, mampu membuat mereka semua tahu kalau antara Alta dan Lexa sedang tidak baik-baik saja.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang