17 | Heartbeat

67 12 0
                                    

Alya, Lexa, Seano, Alta, Alex, ditambah Yaya sedang duduk di salah satu meja kantin. Mereka mengobrol ringan untuk menghabiskan jam kosong, sedangkan Raffa dan Shifa tidak bisa join karena urusan OSIS.

"Yay, lu gimana? Udah ditembak si fucek ini belum?" tanya Lexa sambil menunjuk Alex.

"Heh, enak aja, gue udah tobat!" ucap Alex tak terima.

"Lah, yang kemarin di—mpphhm!"

Alex membungkam mulut Alta yang hampir membocorkan sesuatu. "Gak usah diomongi disini bambang!" bisik Alex pada Alta.

"Wah, Lex, gak bener lu lex." Alya menunjuk-nunjuk Alex dengan jari tengahnya.

"Nunjuknya santai aja, Mbak." Seano melipat jari tengah Alya lalu digantikan jari telunjuk. Alya cuma nyengir aja setelah jarinya diganti.

Lexa menyenggol lengan Yaya yang duduk disampingnya, "Yay, kalo Alex macem-macem sama lu, lapor gue! Biar gue mutilasi dia."

"Iya, Kak, makasih," ucap Yaya dengan senyum manisnya.

"Sering-sering dah introgasi dia, jangan dikasih percaya gitu aja. Posesifin sekalian," kata Alta ikut nimbrung memberi nasehat pada Yaya.

"Nah mantap, setuju gue sama Alta." Alya memberi jempol pada Alta, lalu mereka bertos ria.

"Iya, tapi posesifnya tetep yang wajar," kata Seano ikut menambahkan.

Yaya hanya ngangguk-ngangguk saja setelah mendapat berbagai wejangan dari orang-orang terdekat calon pacarnya. Ia semakin yakin kalau Alex memang benar-benar fakboi. Mimpi apa dia bisa-bisanya klepek-klepek sama fakboi.

"Anjir gila! Lu semua ngomong gitu kayak Yaya mau jadian sama siapa aja?!" Alex yang menjadi subjek dari perkataan teman-temannya akhirnya bicara setelah sekian lama diam.

"Sama fucekboi," ucap mereka semua kompak, kecuali Yaya tentunya.

Allahu Akbar... Allahu Akbar...

"Udah adzan, yang solat yang solat??" kata Alta sambil memakai kalung salibnya yang tadi sempat ia lepas.

"Lu kira cangcimen!" Alex melempar kulit kuaci pada Alta.

"Gue lagi nggak nih, yang lain buru solat sono," kata Alya.

"Yaudah kita solat dulu," Seano berdiri lalu diikuti Alex, Lexa, dan Yaya.

"Awas! berduaan yang ketiga setan!" teriak Alex saat sampai di pintu kantin.

Gila, batin Alya dan Alta.

Alta menghela napas begitu keras hingga Alya menoleh padanya.

"Kenapa?" tanya Alya pada Alta yang terlihat gusar.

"Gue makin pusing mikirin cewek yang gue suka." Alta memijat pangkal hidungnya. Jelas sekali manusia bernama Gevariel Alta Danendra ini sedang galau berat.

"Ini tandanya lo lagi diuji, Ta. Lo harus bijak nentuin pilihan di permasalahan ini."

"Tapi gue rasa... gue gak bisa milih."

Alya tersenyum. "Pilih apa yang lo rasa benar, turuti kata hati lo."

Alta diam. Tatapannya mengambang ke depan.

Alya menepuk punggung Alta sekali. "Udah ih, lo kayak bukan Alta tau gak."

"Gue suka sama orang gak pernah bener anjir! Gak pernah jauh-jauh dari pacar orang, istri orang, sama beda agama. Capek gue. Gue kan juga pengen melepas status jomblo," ucap Alta berapi-api.

"Lah lu mah gitu! Ya bener kalo lo gak dipertemukan sama orang yang tepat. Lo pacaran cuma biar gak jomblo. Pacaran gak cuma sekedar melepas status jomblo aja, Ta." Alya rasa setelah pulang sekolah ia akan membuka praktek dokter cinta.

"Gitu ya, makasih deh Bu Dokter Cinta," kata Alta sambil mengalungkan lengannya di pundak Alya.

"Dih peluk-peluk, minggir sono!" Alya berusaha melepas lengan Alta yang melingkar di pundaknya, bersamaan dengan itu Seano, Alex, Lexa, dan Yaya masuk ke kantin.

"Hayolo! Ngapain kalian?!" Alex yang baru selangkah masuk kantin langsung teriak-teriak.

"Rahasia suami istri," jawab Alta sambil melirik Alya.

"Suami istri palalu." umpatan dengan nada lembut keluar dari mulut Seano.

•~•

Disinilah Alya sekarang, duduk berpangku dagu di pinggiran lapangan basket. Entah kenapa tadi ia menyetujui permintaan Lexa yang meminta dirinya untuk menemani menonton latihan anak ekskul basket sore ini.

"Seneng banget nontonnya, Neng?" tanya Alya pada Lexa yang begitu serius menonton.

"Ehehe." bukannya menjawab, Lexa justru mengeluarkan cengirannya.

"Oi Seano! Sini!" terdengar teriakan Alta yang kelewatan keras. Bahkan hampir seluruh manusia yang ada di lapangan basket ikut menoleh kearahnya.

Cowok yang dipanggil pun balik badan lalu mengubah arah jalannya menjadi ke lapangan basket. Dari jauh Seano melihat Alya dan Lexa sedang duduk anteng di pinggiran lapangan. Matanya masih melihat dua orang itu, bahkan sampai seorang dari mereka berdiri setelah membisikan sesuatu.

Seano membulatkan mata saat sebuah bola basket terbang menuju Alya yang sedang berdiri. Ia bergerak cepat dan berdiri di depan Alya yang malah memejamkan matanya takut.

Bukk!

Punggung kekar Seano berhasil melindungi kepala Alya dari bola basket. Alya membuka matanya sedikit demi sedikit saat merasa tidak ada yang mendarat di kepalanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah dada bidang Seano yang terbalut seragam.

"Kenapa gak menghindar sih?" tanya Seano pada Alya yang masih bengong menatap dadanya.

Alya mengerjap beberapa kali guna mengembalikan kesadarannya. Ia tidak berani mendongak karena mata Seano benar-benar menatapnya tajam.

"A-e-o-anu." Alya mengedarkan pandangan kemana saja asal tidak ke mata Seano yang penuh pesona.

Seano mengangkat sebelah alisnya, "hm?"

Jantung Alya sudah berdisko ria sekarang, entah, Alya sendiri tidak tahu apa yang membuatnya begitu salah tingkah. Aksi Seano yang melindunginya atau tatapan Seano yang menusuk. Mungkin dua-duanya.

"Refleknya merem bukan ngehindar," ucap Alya apa adanya.

Seano geleng-geleng kepala saja, "lain kali hati-hati kalau lagi di pinggir lapangan."

Setelah membuat Alya gonjang-ganjing tak karuan, Seano pergi begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Alya masih tetap berdiri menatap punggung yang melindungi kepalanya perlahan menjauh, lalu senyum tipis tersungging di bibirnya tanpa sadar.

"WOY ALYA!!" Alya terlonjak karena teriakan Lexa di depan telinga kirinya.

"Dipanggil gak nyaut-nyaut! Lo gapapa kan? Gak kena kan?"

"Gapapa, lo harusnya nanya gitu ke Seano, kan dia yang kena," kata Alya sambil mengarahakan dagunya ke Seano.

"WOY SEANOO! LO GAPAPA?" sekali lagi Lexa berteriak di dekat telinga kirinya, membuat Alya meringis sambil menutup telinganya dengan telunjuk.

Diujung sana Seano menjawab pertanyaan Lexa dengan anggukan dan acungan jempol, dan lagi-lagi membuat Alya tersenyum tanpa sadar.

tbc.

voment jangan lupa... ok?
double up yuhuu

btw, udah takbir, besok hari raya.
lebaran dirumah aja kan?

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang